Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melempar Jumrah di Mina, Pertempuran Sepanjang Hayat Melawan Syetan

4 Oktober 2014   16:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345557" align="aligncenter" width="520" caption="Melempar kerikil di Jumrah Aqabah"][/caption]

Selesai melaksanakan mabit (bermalam) dan mengambil kerikil di Muzdalifah, para jamaah siap-siap bergerak ke Mina. Letak Mina kira-kira 5 kilometer sebelah timur Makkah. Bus mulai bergerak sekitar jam satu malam tanggal 10 Dzulhijjah. Lalu, sekitar jam empat pagi bus sudah sampai di Mina. Para jamaah langsung ditempatkan di tenda-tenda yang telah ditetapkan.

Mina dikenal sebagai kota tenda karena seluruh wilayah ini penuh berisi tenda-tenda jamaah haji. Berbeda dengan tenda di Arafah yang didirikan hanya untuk keperluan wukuf saja, tenda di Mina dibuat permanen dengan disain yang kuat, cukup indah, anti api dan dilengkapi fasilitas AC.

[caption id="attachment_345555" align="aligncenter" width="520" caption="Tenda-tenda permanen di Mina"]

14122251841808392554
14122251841808392554
[/caption]

Setelah menunaikan shalat subuh, pembimbing haji kami langsung memberi aba-aba kepada para jamaah untuk segera berangkat melempar jumrah. Jarak antara tenda yang kami tempati dengan tempat melempar jumrah (jamarat) sekitar 3 km. Pagi itu, kami harus siap jalan bolak-balik sepanjang 6 km. Tanggal 10 Dzulhijjah pagi itu, berbarengan dengan kaum muslimin di seluruh dunia melaksanakan shalat Iedul Adlha, para jamaah haji bergerak untuk melempar jumrah Aqabah di Mina.

Masih dalam keadaan berpakaian ihram, kami berangkat bersama-sama. Sepanjang jalan kami terus melafazkan doa sesuai dengan buku petunjuk manasik haji. Semuanya pergi dengan jalan kaki, kecuali jamaah yang sakit atau tua bisa menggunakan kursi roda.

[caption id="attachment_345556" align="aligncenter" width="520" caption="Terowongan Mina, kini hanya satu jalur"]

14122252531209595534
14122252531209595534
[/caption]

Setelah berjalan kira-kira satu setengah jam akhirnya kami sampai di tempat yang dituju. Kali ini para jamaah langsung melempar ke jumrah yang ke-3 yaitu jumrah Aqabah. Pada tanggal 10 Dzulhijjah tersebut kami hanya melempar jumrah Aqabah tersebut

Kami baru melempar jumrah secara lengkap dimulai dari jumrah yang pertama, jumrah ula, jumrah yang ke-2, jumrah wustha dan jumrah yang ke-3, jumrah aqabah, pada keesokan harinya tanggal 11 Dzulhijjah dan berlanjut pada tanggal 12 Dzulhijjah. Cara ini disebut sebagai Nafar Awal. Sebagian jamaah ada juga yang mengambil Nafar Tsani, yaitu melempar tiga jumrah kembali pada tanggal 13 Dzulhijjah.

Dasar pelaksanaan melempar jumrah dalam ibadah haji termaktub dalam sebuah hadits Nabi , “Ketika Ibrahim kekasih Allah melakukan ibadah haji, tiba-tiba Iblis menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah Aqabah. Lalu Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah. Iblis itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga iblis itupun masuk ke tanah. Kemudian Iblis menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga iblis itu masuk ke tanah.”

Melempar jumrah adalah simbol perlawanan terhadap syetan, musuh abadi kita. Syetan telah bersumpah untuk menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran. Secara khusus, syetan juga telah mendapat ijin dari Allah SWT untuk melakukan pekerjaannya tersebut.

Perlawanan terhadap syetan adalah perjuangan sepanjang hidup kita. Kita tidak boleh lengah sedikit pun dan jatuh mengikuti godaan dan rayuan syetan. Dengan cara ini, hidup kita akan selamat, di dunia kini, hingga akherat kelak. Insyaallah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun