Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saatnya Mengalahkan si Bos

21 Oktober 2014   01:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-Orang Kantoran

#3  Saatnya Mengalahkan si Bos

Di kantor saya, kegiatan olah raga termasuk cukup maju. Ada teman-teman yang bergabung di klub bulu tangkis, sepak bola, tenis meja, tenis lapangan, futsal dan catur. Banyak juga teman-teman yang punya prestasi membanggakan dalam berbagai cabang tersebut.

Dulu, sebelum jaman krisis moneter pada tahun 1998, setiap dunia tahun sekali, perusahaan rutin mengadakan pekan olah raga dan seni secara nasional. Pesertanya adalah perwakilan dari seluruh karyawan se Indonesia, sedangkan tempatnya berpindah-pindah. Pernah di Magelang, Jakarta, Bandung dan Ujung Pandang.

Setelah krisis moneter, kegiatan tersebut langsung terhenti. Banyak pekerjaan lain yang harus diprioritaskan. Dari segi anggaran, juga banyak yang dipotong disana-sini.

Dulu, banyak karyawan di kantor saya yang direkrut melalui jalur atlet ini. Mereka ada yang pernah menjadi sparring partner-nya Icuk Sugiarto. Ada juga yang pernah meraih medali mas di pekan olah raga nasional. Bahkan ada yang pernah meraih medali di tingkat Sea Games.

Untuk even-even di tingkat lokal yang melibatkan berbagai instansi dan perusahaan, tim dari kantor saya hampir selalu merajai. Mereka selalu menjadi momok dan mimpi buruk bagi semua lawan.

***

Untuk olah raga ini, saya sendiri hanya sekedar hobi. Untuk cari keringat dan agar badan selalu sehat. Yang rutin saya lakukan adalah main tenis meja atau pingpong. Pertimbangan kenapa saya memilih olah raga ini adalah sederhana saja. Untuk main pingpong, saya tidak perlu meninggalkan kantor. Begitu jam kerja selesai, saya bisa langsung main, karena di kantor meja pingpong selalu terpasang. Kalau ikut olah raga lain, tempat latihannya selalu di tempat lain dan kadang sampai malam hari. Saya termasuk agak malas untuk hal-hal seperti itu.

Soal main pingpong ini saya punya cerita yang tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya. Suatu sore, Pak Panda, bos saya, menantang saya main pingpong. Selama ini saya belum pernah bertanding dengan Pak Panda. Beliau tentu sibuk sehingga jarang punya waktu untuk main. Maklum bos, banyak tamu, undangan dan sering rapat.

Pernah saya lihat sesekali Pak Panda bermain. Menurut saya, mainnya cukup bagus dan taktis. Beberapa teman yang sering tanding dengan saya kalah ketika main sama Pak Panda. Saya tidak tahu itu mengalah atau memang kalah beneran.

Teman-teman itu biasanya agak sungkan kalau tanding sama si bos. Harusnya menang tetapi demi menyenangkan hati si bos dia terpaksa harus mengalah.

Tetapi untuk saya pribadi, hukum itu, maaf, tidak berlaku. Soal tanding olah raga, kalau menang ya menang. Kalau kalah ya kalah. Tidak perlu sungkan, meski sama si bos. Kalau tidak di olah raga , di kesempatan mana lagi kita bisa mengalahkan bos kita. Hehe, hanya gurauan.

Dan benar, ternyata, sore itu saya yang menang. Saya mengucapkan terima kasih dan minta maaf karena telah mengalahkannya. Di hadapan saya kelihatannya Pak Panda baik-baik saja. Kami berjabat tangan dan kemudian saya memohon pamit.

Yang agak mengagetkan, keesokan harinya seorang teman memberi tahu saya bahwa Pak Panda sangat malu dengan kekalahan itu. Saking marahnya, Pak Panda sempat beberapa kali mengumpat saya dengan kata, “Bajingan!”

Untung saya tidak mendengar sendiri umpatan itu. Saya menganggap kata-kata itu tidak pernah ada. Karena itu hingga sekarang, saya tetap menaruh hormat pada Pak Panda.

Kejadiannya mungkin akan lain, jika saya mendengar langsung apa yang diucapkan Pak Panda. Untuk yang satu ini, terus terang saya sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana saya akan mereaksinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun