Mohon tunggu...
Al Izza Hakikatul
Al Izza Hakikatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

saya aktif berorganisasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PKM PM Unnes 2024 Sukses Melaksanakan Program Sex-Education pada Anak Usia Dini, dengan Media Pop Up Book di Komunitas Satoe Atap Semarang

18 Juli 2024   14:00 Diperbarui: 18 Juli 2024   14:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan seks adalah suatu pengetahuan mengenai seksualitas manusia. Yaitu dengan memberikan pengertian tentang peran laki - laki dan perempuan, mengenalkan anggota tubuh pribadi, hasrat dan naluri seksual manusia dengan baik dan benar. Pendidikan seks masih banyak dianggap tabu oleh masyarakat, masih banyak yang menganggap pembicaraan tentang pendidikan seks merupakan hal yang kotor dan tidak layak untuk dibicarakan. Pendidikan seks hanya sebatas pengetahuan bagaimana melakukan hubungan seks.

Padahal, pendidikan seks merupakan suatu pengajaran yang sudah sewajarnya diberikan orang tua kepada anak-anak mereka sejak usia dini. Sesederhana mengenalkan anggota tubuh anak, manakah anggota tubuh pribadi, dan yang boleh atau yang tidak boleh di pegang oleh orang lain. Dengan tujuan agar anak dapat memahami bahwa sebagai manusia, kita dicipatakan Tuhan memiliki keistimewaan masing-masing, sehingga anak mampu menerima kondisi dirinya dan menghargai orang lain.

Namun, ternyata masih banyak orangtua yang masih ragu untuk memulai pembicaraan mengenai pendidikan seks kepada anak-anak mereka. Mereka khawatir anak-anak akan penasaran apabila diberitahu saat masih kecil, mereka juga percaya bahwa nanti anak-anak akan diajarkan hal demikian saat disekolah, dan lain-lain. Hal ini yang justru akan menjadi ancaman, anak akan memenuhi rasa penasaran mereka dengan mengakses hal-hal mengenai seksualitas manusia dengan cara yang kurang baik dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua mereka. Anak-anak juga kemungkinan mendapat pengertian yang tidak sebenarnya mengenai pendidikan seks yang sebenarnya. Mereka bisa saja kurang paham bagaimana cara melindungi martabat dan diri mereka, dan ini akan berpengaruh pada tahap/fase perkembangan anak selanjutnya. 

Pendidikan seks juga merupakan upaya preventif agar anak terhindar dari tindak kejahatan atau pelecehan seksual. 

Selanjutnya, dalam memberikan pendidikan seks kepada anak yang usianya masih dini juga memerlukan upaya tersendiri agar apa yang diajarkan dapat diterima dengan baik dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya apabila menghadapi anak anak, pembelajaran harus dikemass sederhana dan suasana yang menyenangkan. 

Dalam hal ini, perlu adanya media pembelajaran yang menarik dan fasilitatif agar materi dapat tersampaikan dengan baik sembari mempertimbangkan karakteristik peserta didik. TIM PKM-PM UNNES 2024 menggunakan Pop Up Book sebagai media pengajaran pendidikan seks. Media ini cocok digunakan karena dapat memvisualisasikan gambar yang mudah ditangkap maknanya oleh peserta didik. 

Pop Up Book ini merupakan media yang bisa dibuat dengan sederhana, dan dapat digunakan untuk beberapa kali pengajaran dengan materi yang sama. Gambar dapat disesuaikan dengan konteks materi, dan peserta didik supaya diarahkan untuk melihat dan memahami materi yang ada dalam Pop Up Book. Selain dengan media Pop Up Book, metode pembelajaran yang digunakan adalah dengan metode Cooperative Learning. Cooperative Learning adalah metode mengajar dengan membangun suasana interaktif antar peserta didik, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan adanya diskusi aktif, tanya jawab, dan situasi yang tidak membosankan. Dalam Cooperative Learning terdapat beberapa model pembelajaran, diantaranya ada Game Based Learning, Think Pair and Share, Jigsaw, Project Based Learning, Problem Based Learning, Group Investigation, dan lain sebagainya. 

Sebelum program dilaksananakan, Tim PKM PM mengambil data awal dari anak-anak Komunitas Satoe Atap Semarang untuk mengukur seberapa pemahaman anak-anak tentang pendidikan seks itu sendiri. Saat dilakukan wawancara sederhana, setidaknya ada 8 dari 10 anak menjawab "tidak tahu, kak" ketika ditanya tentang apa itu pendidikan seks. Dari data awal pun menunjukkan bahwa pemahaman anak-anak terhadap pendidikan seks masih rendah. Mereka mengaku belum pernah mendapatkan pengajaraan mengenai seksualitas dari orang tua mereka. 

Program ini diimplementasikan dengan diadakannya beberapa pertemuan, yaitu sebagai berikut :

1. Day One

  • Topik : Apa itu Pendidikan Seks?,Yang Boleh dan Tidak BolehDipegang, dan Pubertas dan Ciri-cirinya.
  • Cooperative Learning dengan metode Game Based Learning 
  • Media : Pop Up Book dan mading tempel

2. Day Two

  • Topik : Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual - materi ini mengajarkan tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual dan kemana harus melapor apabila mengalami atau menjumpai peristiwa pelecehan seksual.
  • Cooperative Learning dengan metode Think Pair and Share 
  • Media : Pop Up Book dan papan pelecehan seksual

3. Fun Match

  • Topik : Materi keseluruhan
  • Cooperative Learning dengan metode Game Based Learning
  • Media :Giant Pop Up Book
  • Fun Macth berisikan kegiatan permainan seru, dimana anak-anak diminta untuk menyelesaikan tantangan yang ada pada gamabr yang terdapat di Giant Pop Up Book. Anak yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan menjadi pemenangnya.

Setelah program di implementasikan, data akhir menunjukkan bahwa ada peningkatan pemahaman anak tentang pendidikan seks. Mereka mengetahui apa itu pendidikan seks, anggota tubuh yang boleh dan yang tidak boleh dipegang, pubertas dan ciri-cirinya, bentuk pelecehan seksual, dan keman aharus melapor apabila mengalami atau menjumpai peristiwa pelecehan seskual. Selain itu, dengan adanya program ini Komunitas Satoe Atap kemudian menambahkan pengajaran pendidikan seks kedalam kurikulum pengajaran mereka. TIM PKM-PM juga telah memberikan BUKU PEDOMAN MITRA yang berisikan rangkaian alur program, materi penagajaran, tutorial pembuatan media Pop Up Book yang dapat menjadi panduan mitra dalam melanjutkan program tersebut. 

Dengan demikian, akan berpotensi bahwa pengajaran pendidikan seks akan ditiru oleh komunitas lain yang serupa yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya. Semakin meluasnya pengajaran pendidikan seks, diharapkan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan anggapan tabu tentang pendidikan seks, sehingga semakin banyak pihak yang teredukasi maka semakin menurun pula resiko terjadinya pelecehan seksual.

Demikian program yang kami usung, semoga dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. 

TAK RAGU WALAU TABU! 

- TIM PKM-PM TABU TERANG 2024, Universitas Negeri Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun