Mohon tunggu...
AliZain Risjad
AliZain Risjad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dekat di Mata Jauh di Hati

11 November 2017   17:21 Diperbarui: 11 November 2017   18:23 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ada pepatah yang cukup akrab ditelinga kita jauh dimata dekat dihati. Bagi Kang Dedi Mulyadi ungkapan ini baru saja dimaknai dan sangat tidak terduga. Oh ya, mohon maaf kepada pembaca, penulis akan cerita sedikit tentang siapa dan mengapa Kang Dedi Mulyadi ini, kalau ada pembaca yang belum kenal siapa beliau karena nama Dedi Mulyadi pasti bukan hanya satu - satunya nama, apalagi pangkal/awal nama Dedi itu banyak sekali. Ada Dedi Mizwar, ada Dedi Supardi, Dedi Maulana, Dedi Dores, dedi Dhukun dan banyak sekali nama - nama Dedi.

Khusus yang kita perbincangkan ini Dedi Mulyadi yang jadi ikon daerah Jawa Barat wabil khusus daerah Purwakarta dimana Dedi Mulyadi jadi Bupati sampai 2 (dua) periode berarti 10 (sepuluh) tahun.

Dalam masa jabatannya sebagai Bupati, beliau belum pernah berurusan atau dipanggil KPK karena ada kasus - kasus yang memalukan pihak keluarganya/kerabatnya tidak pernah ikut - ikut mengatur pemerintahan, apalagi ikut - ikut bagi - bagi proyek.

Karena ada prestasi dalam mengemban amanah, beliau jadi Ketua DPD GOLKAR JAWA BARAT. Dalam kurun waktu lama beliau merawat beringin tetap rimbun dan banyak warga Jawa Barat ikut berteduh. Akibat pohon beringin makin rimbun, warga yang sering berteduh dibawah pohon beringin mengadakan mufakat dengan sang Bupati ikut bertarung memeperebut kursi Gubernur Jabar yang akan berlangsung tahun 2018 yang akan datang.

Dengan modal jabatan/posisi Ketua DPD GOLKAR JABAR sangat masuk akal kalau beliau ikut pertarungan pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2018 yang akan datang. Tapi karena sistem dalam pemilihan Kepala Daerah baik Gubernur, Bupati dan Walikota, para calon harus diusung oleh partai politik maka jalan menuju pertarungan Dedi Mulyadi tersumbat karena Partai Golkar belum mau mengusung Dedi Mulyadi.

Pukulan batin yang sangat menyesakan menghimpit ruang gerak Dedi Mulyadi. Sebagai Kader Partai, harus patuh, respect, loyal, maka kang Dedi wajib legowo. Kalau Dedi Mulyadi ingat nasehatpara Ustadz, umur, nasib, jodoh dan kematian itu adalah rahasia Tuhan, maka Dedi Mulyadi tidak boleh frustasi dan harus bergerak untuk meneruskan perjuangan dibidang lain tanpa restu GOLKAR.

Ingat Bapak Jusuf Kalla 2 (dua) kali ikut pencalonan Wakil Presiden RI 2 tidak didukung GOLKAR. Kalau nasib baik, siapa tahu nanti jadi Menteri Sosial mengganti KHOFIFAH INDAR PARAWANSA.

Bukan penghianat seandainya Dedi Mulyadi ganti kostum merah nempel pada Ketum PDIP Calon Wakil Gubernur Jabar mudah -- mudahan datang petunjuk dari Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun