Mohon tunggu...
Ali Zaenuddin
Ali Zaenuddin Mohon Tunggu... Penulis - Masih Mahasiswa

Analis Kebijakan Publik Pada Konsentrasi Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik (IPKP) Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beragama Tidak Hanya Seputar Simbol, Akhi dan Ukhti

26 Januari 2020   21:35 Diperbarui: 26 Januari 2020   21:33 2581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrai Ikhwan (Sumber: Instagram @kumorowl)

Riak-riak kecil seperti inilah yang dapat memunculkan sebuah permasalahan-permasalahan dalam relasi kemanusiaan. Mengajak kepada kebenaran yang berorientasi simbolis, tidak bisa dipaksakan. Karena, simbol itu akan menyesuaikan sesuai dengan perjalanan waktu yang dialami dan dijalaninya. 

Menjadi seorang pribadi yang soleh tidak hanya dari tampilan luar dan identitas yang melekat padanya. Namun ada satu hal yang terkadang luput dari perhatian kita, yakni penyesuaian antara simbol dengan akhlak.

Antara kesalehan simbolis dan kesalehan sosial harus berjalan beriringan, se-iya, sekata dan seirama. Antara keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebab, kesalehan simbolis menuntut adanya suatu kesalehan sosial. Ketika seseorang identik dengan pakaian yang islami, maka dia dituntut untuk berperilaku sesuai dengan apa yang dipakainya. 

Penulis menggaris bawahi satu hal pada tulisan ini agar pembaca sekalian tidak salah paham dalam memahaminya. Persepi utama dan yang terutama adalah membangun sebuah persepsi yang objektif. Bukan berarti orang yang tidak berpenampilan islami adalah orang yang rajin sholat atau orang yang berjilbab tidak rajin sholatnya atau bahkan beranggapan lebih baik tidak berjilbab daripada berjilbab tapi akhlaknya buruk. 

Tidak demikian cara berpikirnya. Agama adalah sebuah pedoman yang mengatur kehidupan manusia. Mulai dari hal yang terkecil sampai yang besar, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Begitupun dengan simbol-simbol identitas.

 Ada simbol-simbol yang mengandung sebuah kesunnahan, seperti jenggot, sorban dan lain-lain. Atau bahkan merupakan sebuah kewajiban seperti mengenakan jilbab. Sebagai seorang hamba, makhluk ciptaan Tuhan, kita dituntut untuk menjalankan agama dan berperilaku yang baik. Artinya semua berjalan seiringan, tidak hanya fokus pada satu aspek saja.

Artikel ini ingin memunculkan sebuah konstruksi berpikir yang lebih objektif bahwa ada kepantasan lain yang lebih dari sekadar tampilan, yakni hati, perilaku, ucapan dan tindakan. Mengapa demikian? Karena harus ada kesesuaian antara apa yang dipakai dengan sikap kita sebagai makhluk sosial dan spiritual. 

Menjadi pribadi yang lebih bijak dalam merespon peristiwa yang terjadi. Berusaha menjadi seorang teladan bagi yang lain, dengan menggunakan cara-cara yang seolah-olah tidak menggurui, serta tidak mudah terpancing untuk berkata-kata yang tidak pantas.

Seperti fenomena yang baru-baru ini terjadi terkait dengan kontroversi seputar jilbab yang dilontarkan oleh Ibu Sinta Nuriyah Wahid. Menurutnya, wanita muslimah tidak diwajibkan untuk mengenakan jilbab. Terlepas dari apapun statement atau dalil yang beliau kemukakan, penulis tidak sependapat, karena ranah fiqih sarat dengan perdebatan, ada yang mendukung pendapatnya, adapula yang tidak sependapat. 

Namun tidak serta merta kita menghakimi, mencaci-maki atau bahkan mengeluarkan perkataan yang tidak baik terhadap beliau. Jika tidak sependapat, buatlah sebuah kritikan yang mengandung kontra wacana. Jangan mengkritik prbadinya. 

Analoginya begini, jika seseorang terserang virus korona, lantas apakah orang itu dijauhi, atau bahkan ditelantarkan? Tidak. Tentunya tenaga medis akan saling bahu-membahu untuk memberantas penyakitnya, bukan mematikan orangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun