Tarekat terdapat banyak macam perspektif untuk menjelaskan pengertiannya. Pertama, taekat menurut etimologi atau asal-usul kata, yaitu berasal dari kosakata bahasa Arab tariqah, dalam bahasa Indonesia yaitu Tarekat. Yang kedua, tarekat menurut peringkat penghayatan keislaman kaum muslimin, bahwa istilah al-tariqah dalam tasawuf sering dihubungkan dengan tiga istilah lain, yakni al-syari'ah (syariat), al-ma'rifah (makrifat), dan al-haqiqah (hakikat). Ketiga, tarekat dari perspektif cara, jalan, dan metode yang dilakukan para sufi dalam mencapai tiga tujuan tasawuf. Yang keempat, tarekat dari perspektif metode psikologi yang dilakukan seorang mursyid dalam membimbing murid-muridnya guna merasakan zikir kalbu. Kelima, Tarekat dari perspektif organisasi para pengamal tasawuf amali di bawah kepemimpinan mursyid.
Adapun Komponen Pokok Tarekat dilihat dari perspektif metode psiologis yang dilakukan seorang mursyid dalam membimbing murid-murid, tumbuh menjadi sebuah metodelogi sistematik yang memiliki delapan komponen pokok, yaitu mursyid  (pembimbing atau guru, tepatnya guru tarekat), murid (secara etimologi : seorang yang berkehendak, berharap, atau menginginkan sesuatu), wirid (secara etimologi : sesuatu terjadi berulang-ulang), talkin (secara bahasa : nasihat yang menyadarkan), baiat (secara bahasa ; janji atau perjanjian diantara dua orang atau dua pihak), silsilah (secara bahasa ; mata rantai ), tempat (diklat Rohani para sufi , ada yang menyebutnya zawiyah dan ribat ), adab (etika yang mengatur hubungan murid dengan mursyid dalam tarekat ).
Salah satu tarekat besar yang ada di Indonesia, yaitu Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah (TQN) Pondok Pesantren Suryalaya, terutama di wilayah Jawa Barat. Tarekat ini merupakan gabungan dari lima tarekat yang berbeda, yaitu Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiyah, Junaydiyah, dan Muwafaqah. Pondok Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi salah satu pusat penting bagi penyebaran tarekat ini.
Pondok Pesantren Suryalaya didirikan pada tanggal 5 September 1905 oleh Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang dikenal dengan julukan Abah Sepuh. Lokasi pesantren ini terletak di Kampung Godebag, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pageur Ageung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Abah Sepuh adalah seorang mursyid TQN yang ke-36 dan memiliki peran penting dalam pengembangan tarekat ini di Indonesia. TQN di Suryalaya merupakan gabungan dari lima tarekat besar yang meliputi Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiyah, Junaydiyah, dan Muwafaqah. Gabungan tarekat ini disusun oleh Syekh Ahmad Khatib bin Abd al-Ghaffar al-Sambasi al-Jawi, seorang tokoh tarekat dari Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, yang juga dikenal sebagai seorang guru besar di Masjidilharam. Meski menggabungkan lima tarekat yang berbeda, Syekh Ahmad Khatib tidak menisbahkan tarekat yang dia bangun ini kepada dirinya, melainkan kepada dua tarekat besar, yaitu Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, sebagai bentuk penghormatan kepada para pendiri tarekat tersebut.
Masing-masing tarekat yang tergabung dalam TQN memiliki ciri khas dalam amaliah zikirnya. Tarekat Qadiriyah dikenal dengan zikir jahar (suara keras), di mana para pengikutnya mengucapkan zikir dengan suara yang nyaring. Tarekat Naqsyabandiyah lebih menekankan pada zikir khafi, yakni zikir yang dilakukan dengan cara diam dan tanpa suara. Tarekat Anfasiyah menggunakan pernafasan sebagai media dalam berzikir, sementara Tarekat Junaydiyah memiliki metode zikir tertentu yang dilakukan pada hari-hari tertentu dalam seminggu. Terakhir, Tarekat Muwafaqah menekankan pada zikir asmaulhusna (nama-nama Allah yang indah).
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang berkembang di Pondok Pesantren Suryalaya tidak hanya berfokus pada pengajaran aspek spiritual saja, tetapi juga memberikan perhatian besar pada pembentukan karakter dan kehidupan sosial masyarakat. Para pengikut tarekat diajarkan untuk tidak menjauh dari kehidupan dunia, melainkan untuk tetap bekerja keras dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mencerminkan ajaran Syekh 'Abd al-Qadir al-Jaylani yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Adapun Amaliah TQN pada dasarnya hanya satu, yaitu zikrullahberzikir kepada Allah. Amaliah TQN dibagi menjadi tiga bagian, yaitu amaliah harian, amaliah mingguan, dan amaliah bulanan. Ajaran dan amaliah TQN Pondok Pesantren Suryalaya bisa ditelusuri pada buku dan kitab yang diterbitkan oleh Pondok Pesantren Suryalaya, diantaranya yaitu Kitab Miftah al-Shudur, Kitab 'Uqudul Juman, Amaliah Mursyid, Saefullah Maslul Menjawab 165 Masalah, Buku Abah Anom Wali Fenomenal Abad 21 dan Ajarannya, dan juga Buku Thoriqoh Qodiryyah Naqsyabandiyyah Sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangannya.
Penulis : Aliyyah Zahra dan Hamidullah Mahmud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H