Dalam model komunikasi krisis di atas, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk memulihkan masa krisis yang sedang dialami oleh organisasi yaitu dengan cara:
- Crisis Preparedness : Memiliki rencana komunikasi untuk antisipasi krisis
- Initial Respons : Mengumpulkan fakta-fakta, menganalisis fakta-fakta, menyampaikan press release
- Berkomunikasi Dengan Key-Persons; Corrective & Reaction : Menyesuaikan strategi komunikasi dengan situasi krisis yang sedang terjadi
- Evaluation : Mengevaluasi semua yang telah dilaksanakan, termasuk strategi untuk memulihkan dampak negatif terhadap reputasi
Membangun Kepercayaan di Tengah Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah musuh terbesar perencanaan. Kepercayaan merupakan elemen penting dan aset yang sangat berharga untuk organisasi khususnya selama masa krisis dan harus dibangun kembali setelahnya. Ini menjadi pondasi kokoh dalam hubungan antar individu dan pemimpin dengan anggota. Tanpa kepercayaan, pemangku kepentingan akan sulit untuk menerima informasi dan perubahan yang dilakukan oleh organisasi.
Untuk membangun kepercayaan di tengah ketidakpastian ini, diperlukan strategi dan memerhatikan faktor-faktor diantaranya :
- Transparansi dalam Komunikasi : Organisasi harus berkomunikasi secara terbuka dan jujur secara sungguh-sungguh, menyampaikan informasi yang jelas dan akurat kepada para pemangku kepentingan mengenai situasi mereka (proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan) tanpa ditutup-tutupi dan memanipulasi fakta.
- Empati : Menunjukkan bahwa bisa peduli dan memahami selama masa krisis terhadap  kesulitan yang dialami seluruh pihak yang terlibat.
- Konsistensi dan Kejelasan dalam Menyampaikan Pesan : Menyampaikan komunikasi baik internal maupun eksternal di semua saluran komunikasi dan tidak membuat harapan palsu dan janji berlebihan agar tidak membingungkan pemangku kepentingan.
- Komitmen Jangka Panjang : Berusaha menunjukkan keseriusan dalam berkomitmen untuk memperbaiki situasi krisis ini dan mengembalikan stabilitas, sehingga terlihat memiliki rencana yang matang untuk menghindari periode krisis yang serupa di masa depan.
- Pemimpin yang Terpercaya : Berani mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan.
- Keterlibatan Publik : Dalam setiap  proses pengambilan keputusan, selalu libatkan partisipan publik agar dapat meningkatkan rasa memiliki dan kepercayaan mereka terhadap organisasi.
Baca artikel-artikel menarik lainnya di https://bk.fip.unesa.ac.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H