Mohon tunggu...
Aliya Rahmah
Aliya Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan dan Konseling UNESA

Bercita cita menjadi arsitek penyembuhan batin dan bisa menjadi navigasi handal yang menemukan mercusuar harapan dan titik terang bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Komunikasi Menghadapi Organisasi Krisis : Membangun Kepercayaan di Tengah Ketidakpastian

7 Januari 2025   20:15 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:27 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Di era modern yang dialiri arus informasi yang deras dan perubahan yang cepat serta signifikan ini akan dihadapkan dengan tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah masa krisis. krisis dapat muncul kapan saja dan menimpa siapa saja tanpa bisa dihindari, termasuk organisasi. Sementara itu, di dunia ini tidak ada satupun organisasi yang menginginkan mengalami masa krisis. Akan tetapi, tanpa disadari cepat atau lambat, krisis apapun bentuknya akan menghentak dan mengguncangkan organisasi secara tiba-tiba tak terduga tanpa aba-aba terlepas dari besar kecilnya organisasi tersebut. Jika dibiarkan begitu saja tanpa diantisipasi dengan baik, akan sangat berdampak negatif dan bisa merusak reputasi menghancurkan organisasi. Maka dari itu, salah satu elemen terpenting yang menjadi kunci keberhasilan dalam mengelola krisis untuk keberlangsungan dan pemulihan organisasi adalah strategi komunikasi. Komunikasi yang efektif juga dapat menjadi alat untuk membangun kepercayaan publik.

Mengenal Apa itu Krisis?

Caroline Sapriel (dalam Machfud 1998), mengatakan pada dasarnya krisis adalah suatu kejadian, dugaan atau keadaan yang mengancam keutuhan, reputasi atau keberlangsungan individu atau organisasi. Hal tersebut mengancam rasa aman, kelayakan dan nilai-nilai sosial publik, bersifat merusak baik aktual maupun potensial pada organisasi, sedangkan organisasi itu sendiri tidak dapat segera menyelesaikannya.

Krisis dalam konteks organisasi ini, dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya:

  • Krisis Finansial : Sebuah kondisi dimana suatu organisasi dilanda kesulitan ekonomi, mengalami masalah keuangan yang parah dan kehilangan sebagian besar nilai mereka, seperti bangkrut dan kesulitan membayar semua kewajibannya dalam waktu yang telah ditentukan semestinya.
  • Krisis Reputasi : Kondisi sulit dimana organisasi mengalami penurunan drastis dalam pandangan publik, pemangku kepentingan, dan mengalami kerusakan citra atau nama baik yang disebabkan oleh skandal internal, kesalahan manajerial, tindakan tidak etis, respon yang buruk dalam menghadapi situasi tertentu atau kejadian negatif lainnya yang membuat suatu organisasi terancam oleh peristiwa-peristiwa yang merugikan tersebut.
  • Krisis Operasional : Krisis ini terjadi ketika terjadi gangguan signifikan pada fungsi normal kegiatan organisasi sehari-hari yang dapat mengancam kemampuannya untuk menjalankan fungsi-fungsi utama dalam mencapai tujuannya dan berpotensi merusak reputasi dan keberlangsungan operasional, misalnya saja bencana alam, kecelakaan kerja, gangguan rantai pasokan barang dan jasa, kegagalan proses produksi, perselisihan tenaga kerja, kegagalan teknologi dan peralatan hingga kesalahan manusia.
  • Krisis Sosial atau Politik : Kondisi ini merujuk pada organisasi yang terjebak pada ketegangan sosial dan konflik politik. Krisis sosial ini dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk penyimpangan negatif dari konteks sosial seperti kekerasan, pelecehan, pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, ketidakadilan sosial dan ketidakpuasan dari masyarakat. Sementara itu, krisis politik terjadi ketika ada ketidakstabilan dalam struktur pemerintahan atau kebijakan publik yang dapat mempengaruhi operasi organisasi, seperti adanya demonstrasi, perubahan kebijakan tiba-tiba yang kontroversial, keterlibatan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan, perbedaan pendapat atau ideologi dan konflik kepentingan
  • Krisis Lingkungan : Situasi ini bisa terjadi ketika serangkaian peristiwa, aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan dan ancaman terhadap lingkungan hidup baik secara langsung atau tidak langsung serta organisasi terpengaruh oleh isu-isu lingkungan yang lebih luas. Misalnya saja seperti perubahan iklim, pencemaran (air, tanah, udara), kerusakan habitat dan ekosistem, penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan secara berlebihan, tumpahan bahan berbahaya, kegagalan pengelolaan limbah dan ketidakmampuan organisasi dalam memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah atau masyarakat dan melanggar peratulan/regulasi.

Seberapa Penting Komunikasi Krisis dalam Manajemen Organisasi?

Menurut Fearn-Banks 1996, pada dasarnya, komunikasi krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan publiknya sebelum, selama dan setelah dan setelah kejadian krisis. Ini dirancang melalui program-program untuk meminimalisir kerusakan terhadap citra organisasi. Program-program komunikasi disusun dengan menerapkan model-model komunikasi public relations yang memang ditujukan untuk menjalin dan memelihara hubungan baik dengan publik organisasi. 

Komunikasi  krisis  tidak  hanya  penting dalam  mengatasi  krisis  di  dalam organisasi, tetapi   juga   penting   dalam   meningkatkan   resiliensi   atau   ketahanan   organisasi   dalam menghadapi  krisis  di  masa  depan. Dalam  situasi  krisis,  sebuah  organisasi yang memiliki strategi  komunikasi  krisis  yang baik  dapat  lebih  cepat  beradaptasi  dan merespons  krisis dengan lebih efektif. Hal ini dapat membantu organisasi untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat krisis dan mempercepat proses pemulihan (Silviani, 2020)

Dalam kondisi krisis ini, diperlukannya proses penyampaian informasi yang akurat, transparan dan cepat kepada para pemangku kepentingan untuk mengelola persepsi publik. Karena seperti yang telah kita ketahui, krisis akan menimbulkan ketidakpastian dan kehidupan normal organisasi. Ketidakpastian inilah yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan publik organisasi sehingga mengarah pada tindakan-tindakan yang akan merugikan organisasi dikarenakan minimnya informasi dan tidak efektifnya komunikasi yang dijalankan organisasi. Komunikasi yang buruk atau terlambat  ini dapat memperburuk situasi dan mempercepat hilangnya kepercayaan.

Selain berfokus pada proses penyebaran informasi, tetapi juga pada proses pengelolaan persepsi dan emosi. Oleh karena itu, keterlibatan berbagai pihak sangat penting  dalam perencanaan dan eksekusi strategi komunikasi. Hal ini tidak hanya ditujukan kepada pimpinan organisasi dan pemangku kepentingan saja, tetapi seluruh partisipan anggota internal dan eksternal.

Tujuan-tujuan utama dari komunikasi krisis, diantaranya :

  • Melindungi Reputasi
    Reputasi adalah aset yang sangat berharga untuk identitas organisasi. Dalam situasi krisis yang genting, komunikasi yang efektif dapat membantu melindungi reputasi tersebut. Dengan memberikan informasi yang cepat, akurat dan transparan, menggunakan saluran komunikasi yang tepat dan membangun kerjasama dengan stakeholder, dapat menghindari spekulasi yang tidak perlu, menjaga kepercayaan publik dan mempertahankan stabilitas keberlangsungan organisasi.
  • Membangun Kepercayaan
    Ketika krisis terjadi, para pemangku kepentingan akan mencari informasi yang dapat diandalkan. Komunikasi terbuka dan jujur selama krisis dapat membangun kepercayaan dan menunjukkan bahwa organisasi dapat diandalkan dalam menghadapi tantangan.
  • Mengurangi Ketidakpastian
    Krisis seringkali menciptakan ketidakpastian yang dapat menyebabkan kekhawatiran di kalangan pemangku kepentingan. Dengan menyampaikan informasi yang jelas dan tepat waktu, organisasi dapat mengurangi ketidakpastian dan memberikan rasa tenang kepada semua pihak yang terlibat
  • Memfasilitasi Pengambilan Keputusan
    Selama krisis, pemimpin organisasi harus membuat keputusan yang cepat dan efektif. Komunikasi krisis yang baik menyediakan informasi yang diperlukan untuk membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan

Bagaimana Model Komunikasi Proses dalam Fase Krisis?

  • Pra-Krisis : Membentuk pengetahuan tentang krisis (lebih bersifat internal), menyamakan persepsi di antara anggota organisasi.
  • Krisis : Memengaruhi persepsi publik tentang krisis, persepsi tentang organisasi dan segala upaya organisasi mengatasi krisis (initial response dan corrective & reaction)
  • Pasca-Krisis : Memulihkan reputasi dan mengembalikan reputasi yang sempat hilang akibat krisis (evaluation).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun