Mohon tunggu...
aliya rahmadani
aliya rahmadani Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Sejarah yang menyukai hal-hal seperti tulisan, gambar, dan video sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masuknya Islam di Aceh

24 September 2024   15:00 Diperbarui: 6 November 2024   23:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Raya Baiturrahman sumber: Misqal N. Reeza/Unsplash 

Arti Islam

Islam secara estimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Kata salima menjadi aslama yang mengandung arti berserah diri ke dalam kedamaian. Dari asal kata tersebut, orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh serta berserah kepada Allah disebut Muslim. Dari asal katanya Islam terdiri dari:

  • Assalmu: Damai, perdamian. Islam adalah agama yang damai dan setiap Muslim menjaga perdamian
  • Aslama: Taat, berserah diri. Seorang Muslim hendaknya berserah diri kepada Allah dan mengikuti setiap ajarannya dengan taat.
  • Saliim: Bersih dan suci. Kata ini gambaran dari hati seorang Muslim yang bersih, suci, dan jauh dari sifat syirik atau menyekutukan Allah.
  • Salaam: Selamat, keselamatan. Islam merupakan ajaran agama yang penuh keselamatan dan jika seorang muslim menjalankan Islam dengan baik, maka Allah akan menyelamatkannya baik dari dunia maupun akhirat.

Secara terminologi arti Islam dapat dikatakan sebagai agama wahyu yang berintikan tauhid dan ke-Esaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir untuk seluruh manusia di mana pun dan kapan pun yang ajarannya meliput seluruh aspek kehidupan manusia.

Proses Islamisasi ke Nusantara

            Kepercayaan dan agama yang berkembang di Nusantara sebelum Islam masuk adalah anismisme, dinamisme, Hindu dan Buddha. Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah budaya di Nusantara pada semua aspek kehidupan. Masuknya Islam ke Nusantara dari beberapa ahli Sejarah berpendapat sejak abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M, dan sebagian berpendapat Islam masuk pada abad ke-13 M di Samudra Pasai.

Ada tiga teori masuknya Islam ke Nusantara antara lain:

  • Teori Gujarat

Dinamakan teori Gujarat karena pandangan yang menyatakan bahwa asal negara yang membawa Islam ke Nusantara dari Gujarat. Peletak dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje dalam bukunya yang berjudul L’Arabie et lesIndes Neerlandaises atau Revue de I’histoire des Religious, jilid lvil. 

W.F. Stutterheim dalam bukunya yang berjudul De islam en Zijn Komst In Archipel, menyatakan bahwan masuknya agama Islam ke Nusantara abad ke-13 berdasarkan bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaam Samudra Pasai, Sultan Malik Al-Saleh wafat tahun 1297. Asal negara yang mempengaruhi masuknya Islam ke Nusantara adalah Gujarat.

  • Teori Makkah

Hamka yang mengemukakan teori yang telah dikoreksi kemudian disampaikan dalam pidato Dies Natalis Perguruan Tinggi agama Islam Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta tahun 1958. Dalam teori ini Hamka menolak pandangan yang menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 yang berasal dari Gujarat. Hamka lebih mendasarkan peran bangsa Arab, Persia dan Gujarat sebagai pembawa agama Islam ke Nusantara. Gujarat hanya sebagi tempat singgah dan Makkah sebagai pusat atau Mesir sebagai pengambilan ajaran Islam.

  • Teori Persia

Pembangun teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat yang memfokuskan pandanganyya tentang teori masuknya Islam ke Nusantara berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah. Teori Persia lebih menitikberatkan pada tinjauan kepada kebudayaan yang hidup dikalangan Masyarakat Islam Indonesia yang dirasa seperti mempunyai kemiripan dengan Persia.

Penyebaran Islam ke Kota Aceh

Secara geografis daerah Aceh terletak di Kawasan paling ujung bagian Utara Pulau Sumatra wilayah Indonesia. Dalam perkembangan mayoritas penduduknya beragama Islam dengan presentasi 98,72 diikuti oleh Kristen Protestan sebanyak 0.96 persen: beragama Buddha sebanyak 0,16; beragama Katolik 0,14 dan 0,02 persen beragama Hindu. Dinamika masyarakat Aceh berasal dari sejarah masuknya budaya dan kepercayaan ke Nusantara melalui peran yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.  

Masuknya agama Islam ke Aceh masih terdapat perbedaan di antara para ahli. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sumber pasti mengenai kapan Islam datang pertama kali ke Aceh. Namun, beberapa ahli berpendapat diperkirakan Islam masuk ke Aceh sekitar abad pertama Hijriah dengan ditemukannya makam raja pertama Samudera Pasai yang bergelar Malik Al-Saleh.

Adapun, beberapa pendapat tentang masuknya Islam ke Aceh melalui beberapa teori tentang masuknya Islam ke Nusantara. Penyebaran Islam ke Aceh disebabkan karena kemajuan pelayaran dari orang-orang Parsi bertambah dengan membawa orang Arab ke India dan dialirkan terus ke Asia Tenggara sampai ke timur, yaitu: Siam, Annam, Tjampa, Tiongkok, dan Canton menjadi pasar perdagangan yang penting di Timur pada saat itu. Sedangkan Sumatra Selatan dan Utara menjadi pelabuhan pemberhentian berlayar.

Dalam catat musafir Tiongkok I Tsing dari Canton tahun 671 yang menuju Nalanda (India) banyak orang-orang Arab berlayar ke asia Tenggara dan Asia Timur. Bukan hanya saudagar Parsia dan India, tetapi dalam rombongan itu terdapat padri-padri Arab sebagai mubaligh yang hendak mengembangkan atau menyebarkan agama Islam ke Nusantara dan Tiongkok. Penyebaran agama Islam di aceh berasal dari saudagar-saudagar Parsi dan arab yang datang untuk berdagang sekaligus menyebarkan agama mereka. Saluran Islamisasi yang terjadi melalui antara lain: a). Perdagangan,  b). Perkawinan, c). Pendidikan, d). Kesenian, e). Tasawuf

a). Perdagangan

            Awal sarana penyaluran Islamisasi di Aceh melalui perdagangan karena Aceh merupakan wilayah yang sangat strategis dilalui oleh kapal-kapal dari negara lain pada saat itu. Mereka singgah di Aceh untuk melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Pada permulaan abad pertama Masehi, bangsa Parsi berlayar ke Teluk Benggala dan Pulau Ceylon (Sailan) kemudian menyusuri Pulai Sumatra hingga tiba di Peureulak, Poli (Oidier) dan Lamuri (Aceh Besar). Dari sana terus ke pesisir Barat (laut Hindia) hingga Pelabuhan Barus untuk mencari kapur barus dan kemenyan. Usaha ini semakin bertambah maju hingga kaum saudagar lain berani dan ramai berdatangan ke India Selatan dan Sumatra (Aceh).

b). Perkawinan

            Perkawinan antara pedagang muslim, mubligh dengan anak bangsawan. Hal ini mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan Masyarakat Muslim di suatu daerah. Misal, Putri dari Kerajaan Peureulak Ratna Kemala menikah dengan Raja Malaka, Sultan Muhammad Syah yang bergelar Pramesjawara Iskandar Syah, sementara putri kedua, Putri Ganggang Sari dinikahkan dengan raja Kerajaan Pase, Meurah Silu atau Malikus Saleh. Pernikahan tersebut dikaruniai dua putra yang bergelar Sultan Malikul Thahir dan Sultan Malikul Manur sebagai penerus Pase dengan demikian Islam berkembang di daerah ini.

c). Pendidikan

            Sarana penting dalam penyaluran Islamisasi dengan adanya Pendidikan dari para penyebar Islam yang dapat menyebarluaskan ajaran Islam kepada para santrinya. Setelah mereka menimba ilmu kemudian kembali ke tempat asalnya dengan menyebarkan ilmunya. Pendidikan pertama yang ada di Aceh adalah di masjid, pesantren-pesantren dan surau-surau. Masjid Jami Baitu al-Rahman merupakan masjid tertua di Aceh yang didirikan oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah pada tahun 691H/1292 M.

            Dalam Masyarakat Aceh terdapat kelompok ulama (tradisional)  yang dipanggil dengan sebutan Tengku (Tgk) di depan namanya, sedangkan ulama intelektual lulusan dari Perguruan Tinggi. Adapun, kelompok turunan Sultan/Raja yang sering dipanggil dengan sebutan Tuwanku (Twk) di depan namanya. Sedangkan untuk Ulee Balang/Bangsawan umumnya yang memegang kekuasaan di masa penjajahan Belanda dipanggil dengan sebutan Teuku (T). Adapula sekelompok Masyarakat Aceh yang menghubungkan mereka dengan keluarga Nabi Muhammad yang dipanggil dengan Habib atau popular dengan Said (S) di depan namanya. Namun, semua strata kedudukan sosial itu tidak menimbulkan hak-hak istimewa pada bidang sosial politik di masyarakat, melainkan tergantung pada kemampuan dan kekuatan usahanya.

d). Kesenian

  • Seni Ukir atau Pahat

Sarana Kesenian pada masa awal Islam di Aceh salah satunya terdapat seni ukir/pahat yang terdapat di makam Sultan Malik Al-Saleh. Dari bentuk dan jirat-jirat di pemakaman raja dapat diketahui bahwa dari mana datangnya Islam. Jirat-jirat tersebut serupa dengan yang ada di Gujarat (bagian Barat India), sedangkan untuk makam-makam di Aceh terdapat sisi-sisi relief dari kuil Hindu di Gujarat yang sengaja didatangkan sudah jadi dan merupakan barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari India

  • Seni Bangunan

Pada awal datangnya Islam ke Nusantara atau Aceh sarana kegiatan dalam berdakwah dan pendidikan adalah Masjid atau Mushalla. Masjid tertua di Aceh adalah masjid Jami Baitu al-Rahma yang didirikan oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah pada tahun 691 H/ 1292 M.

  • Seni Sastra

Syair yang terkenal adalah syair Sufi yang dikarang oleh Hamzah Fansuri, seperti Syair Perahu. Ada kesusastraan tersendiri yang disebut suluk, yaitu kitab-kitab berisi ajaran tasawuf yang bersifat panteisme (manusia Bersatu dengan Tuhan). Adapun muncul seni tari dan seni musik, namun tidak dapat dipisahkan dengan tasawuf di Indonesia, diantaranya Kerajaan Aceh. Oleh sebab itu, muncul seni tari yang masih ada hingga saat ini di Aceh, yaitu tari Saman.

  • Tasawuf

Tasawuf adalah cara hidup manusia yang semata-mata hanya untuk mencari kasih sayang Allah dan Rasul-Nya. Perkembangan pemikiran ini dimulai sejak jaman awal Islam masuk ke Nusantara pada abad ke17 Para Ulama atau Sufi yang kemudian diangkat menjadi penasihat atau pejabat agama di Kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddi ar-Raniri, Abdul Rauf Singkel.

Sumber:

Sodik, Abror.  (2020). Pengantar Studi Islam. Sleman: Aswaja Pressindo, 2020.

Rohman A. M. Asvin, Sungkono.  . “Konsep Arti Islam Dalam Al-Qur’an”. Al-Mikraj, Jurnal Studi Islam dan Humaniora, vol. 2, no. 2 (2022).

Dalimunthe A Latifa.  (2016). Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi Pustaka). Jurnal Studi Agama dan Masyarakat. IAIN Palangka Raya. Volume 12, Nomor 1.

Imran. “Sejarah Islam Dan Tradisi Keilmuan di Aceh”. Jurnal Mudarrisuna: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, vol. 10, no. 2 (2020). Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia.

Ukhro. “Studi Komparasi Proses Awal Islamisasi Di Jawa Dan Di Aceh”. UIN Sunan Ampel, 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun