Pada tanggal 22/05/2021 saya melakukan pengabdian masyarakat yaitu berkesempatan menjadi penjaga loket di wisata Gua Ngerong.Â
Hal ini merupakan salah satu program desa yang sangat penting agar wisata tersebut tetap terjaga dan tidak disalah gunakan. Saya menjaga loket tidak hanya sendiri, tetapi ditemani oleh mbak putri selaku pihak pengelola wisata Gua Ngerong.Â
Dalam sehari kami dapat menjual 100 Lembar tiket dari kategori dewasa dan juga anak-anak. Total pendapatan bersih yang didapatkan dalam sebulan adalah Rp 3.000.000, namun nomial  tersebut  juga tergantung oleh situasi tingkat keramaian pengunjung tutur pengelola.Â
Rata-rata pengunjung yang berwisata ke Gua Ngerong berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro dan lain sebagainya. Para pengunjung  dapat menghabiskan waktu rata-rata sekitar 30 menit. Menurut pengelola, pengunjung akan meningkat pesat pada hari minggu dan tanggal merah.
Saat saya menjadi penjaga loket tidak terdapat kendala atau kesulitan, justru saya sangat senang karena melihat banyak pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah.Â
Salah satu pengunjung yang saya wawancarai bernama Ani dan Nurul, mereka berasal dari Sumatera Selatan. Saya sempat terkejut ketika mendengar asal daerah mereka, saya pikir pengunjung yang datang kesini hanya berasal dari Pulau Jawa saja.Â
Ketika saya tanya tau wiasata Gua Ngerong ini dari mana, mereka menjawab dari keluarga yang tinggal di Bojonegoro dan sudah pernah mengunjungi wisata ini beberapa kali.Â
Mitos atau cerita yang mereka dengar dari Gua Ngerong ini adalah ikannya tidak boleh diambil dan dibawa pulang. Hal ini memang benar adanya, ikan-ikan yang ada di wisata ini sangat dikeramatkan oleh warga setempat.Â
Jika ada orang yang membawa pulang dan memakan ikan tersebut akan mendapat suatu musibah. Hal itulah yang membuat mereka tertarik untuk mengunjungi wisata ini.