Mohon tunggu...
Aliya Nur Fathiya
Aliya Nur Fathiya Mohon Tunggu... Lainnya - Terpuaskan dengan membaca dan menulis

Meester Op Alle Wapens ✍

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Menjunjung Tinggi 3 Pilar Pendidikan

13 Agustus 2018   11:05 Diperbarui: 13 Agustus 2018   13:51 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasannya orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).

Perlakuan dari keluarga di masa emas anak kadang sering terlewatkan. Mulai dari kurangnya pengetahuan orangtua sampai masalah ekonomi yang menimpa keluarga. Hal ini nantinya berpengaruh pada usia dewasa anak.

Sebagai contoh, sering saya menemukan orang-orang yang ketika sudah dewasa baru menyadari bahwa mereka tidak tahu arah dan tujuan dari pendidikannya. Mereka hanya mengikuti pola pendidikan yang ada saat ini: SD, SMP, dan SMA.

"Gue bisa menyelesaikan semua mata pelajaran di sekolah dengan hasil ujian yang memuaskan. Tapi gue nggak tahu tujuan hidup gue selanjutnya kemana."

Pernyataan itu sering kali saya dengar dari kaum terpelajar. Parahnya lagi, mereka baru menyadari saat sudah masuk ke jenjang perkuliahan. Saya tidak yakin mereka akan percaya diri saat masuk ke dunia kerja jika kondisi seperti ini terus bertahan.

Selain sekolah dan keluarga, pilar selanjutnya adalah lingkungan. Pilar lingkungan seyogyanya mengandalkan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan komunitas pendidikan yang menjadi wadah penyaluran minat dan bakat anak didik.

Di dalam UUD telah dikatakan bahwa tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan itu saya ingin berpendapat mengenai kegiatan presiden Joko Widodo yang seharusnya mampu mencerdaskan bangsa.

Kegiatan presiden yang mana?

Baik, sering kita melihat presiden mengunjungi rakyatnya di beberapa kesempatan. Dengan baik hati, beliau memberikan sepeda kepada anak-anak yang mampu menjawab pertanyaannya. Menurut pandangan saya, ada masalah di sini.

Saya tidak menemukan unsur yang dapat mengasah logika anak tersebut di dalam pertanyaan beliau. "Sebutkan nama-nama ikan?!"

Lagi, beliau mengajarkan anak untuk menghafal. Bukan untuk mengembangkan daya kritis anak. Dan momen tersebut terkesan hanya untuk membagi-bagikan sepeda. Anak pun menanti kehadiran beliau dengan memprediksi dan menghafalkan hal-hal yang mungkin akan ditanyakan beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun