Begal merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk melaksanakan satu tujuan. Tetapi makna terhadap begal pada kasus pembegalan di Surabaya sedikit berbeda dan tertuju pada tindak yang kurang baik dapat berupa pencurian ataupun kekerasan. Tindakan begal ini sering terjadi di tempat terbuka seperti, jalanan umum, tempat makan, tempat umum, dan lain sebagainya. Begal juga seringkali membawa senjata tajam untuk melukai orang yang akan menjadi sasarannya.
Pada bulan September 2024, Surabaya dihebohkan oleh banyaknya bermunculan sekelompok begal yang berkeliaran kota Surabaya. Korban seringkali berasal dari mahasiswa dan mahasiswi di area dekat dengan kampus. Aksi begal seringkali dilakukan di tengah malam atau dini hari sekitar pukul 01.00 -- 03.00, mereka tentunya memanfaatkan keadaan yang sepi dan sunyi untuk melakukan aksinya hal tersebut membuat para mahasiswa merasa cemas dan tidak tenang jika mengerjakan tugas hingga larut malam. Aksi begal tidak hanya berupa pencurian saja, namun beberapa berupa aksi kekerasan menggunakan senjata tajam. Hal yang cukup menyedihkan yaitu beberapa korban tersebut terluka parah dan adapaun yang meninggal dunia.
Begal di Surabaya terus meningkat di tiap harinya pada bulan September 2024. Hal tersebut tentunya membuat warga merasa cemas. Para warga tentunya berharap lebih terhadap peningkatan keamanan di wilayah Surabaya dan juga penangkapan pelaku begal yang cukup memakan banyak korban. Dengan sigap aparat Polrestabes kota Surabaya telah menangkap beberapa pelaku begal pada tanggal 9 September 2024.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Aris Purwanto, menyampaikan satu komplotan begal yang telah diringkus tersebut seluruhnya beranggotakan delapan orang pelaku. "Terdiri dari enam pelaku anak-anak dan dua lainnya, berinisial MT dan RM, yang di belakang kita ini, sudah dewasa," katanya kepada wartawan saat merilis komplotan begal tersebut di Surabaya, Senin (9/9/2024) Â (Espos.Id | Espos Indonesia Dari Solo Untuk Indonesia," 2024). Dia juga menyampaikan bahwa komplotan begal tersebut tergolong sadis karena masing-masing pelaku selalu membawa senjata tajam dan tidak segan melukai korbannya.
Penyebab terjadinya aksi begal tentunya ada banyak, salah satunya yaitu menururt Pakar sosiologi dari Universitas Airlangga Prof Dr Bagong Suyanto menilai maraknya kejahatan ini terjadi karena adanya peluang di tengah masyarakat. "Seperti marak begal karena ruang terjadinya kejahatan terbuka. Di Indonesia sudah jadi rahasia umum aparat penegak hukum sangat tidak memadai dibanding luas wilayah yang harus dilindungi. Ini yang membuat begal menemui lumbungnya," ujar Bagong saat dihubungi detikJatim, Kamis (22/8/2024). "Namanya pendekatan community support system. Polisi yang terbatas ndak mungkin bisa kalau tidak merangkul komunitas lokal untuk ikut berpartisipasi membangun kelompok yang bentuk kepeduliannya masih dalam koridor wilayah hukum," jelasnya (Devi, 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H