Generasi milenial, yang lahir di antara tahun 1981 hingga 1996, kini sudah banyak yang menjadi orangtua. Berbeda dengan pola asuh yang mereka terima di masa kecil, para orangtua milenial ini kerap menerapkan gaya pengasuhan yang unik dan kreatif. Mereka sadar bahwa dunia terus berkembang, dan pola asuh yang kaku serta berfokus pada pencapaian akademis semata mungkin tidak lagi relevan untuk masa depan anak-anak mereka.
Lalu, seperti apakah pola asuh unik orangtua milenial yang berpotensi menciptakan generasi kreatif? Mari simak ulasannya di bawah ini!
1. Menghargai Keunikan dan Minat Anak
Generasi milenial sebagai orangtua lebih cenderung menghargai keunikan dan minat anak mereka. Mereka tidak memaksakan anak untuk menjadi seperti anak lainnya atau menggapai cita-cita yang diinginkan orangtua. Orangtua milenial memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi minatnya dan mengembangkan potensi mereka secara maksimal.
Contohnya, jika anak lebih tertarik pada seni daripada pelajaran matematika, orangtua milenial akan mendukung minat tersebut. Mereka mungkin akan mendaftarkan anak pada kursus seni lukis atau musik untuk menyalurkan kreativitasnya. Dengan demikian, anak akan merasa dihargai dan lebih bersemangat untuk mengembangkan bakatnya.
2. Menanamkan Critical Thinking dan Problem Solving Sejak Dini
Orangtua milenial sadar bahwa kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dan pemecahan masalah (problem solving) sangat penting untuk masa depan anak. Oleh karena itu, mereka menerapkan metode parenting yang mengutamakan pengembangan dua kemampuan tersebut.
Misalnya, saat anak mengalami kesulitan, orangtua milenial tidak langsung memberikan jawaban. Sebaliknya, mereka akan mengajak anak untuk berpikir tentang penyebab masalah dan mencari solusi sendiri. Orangtua bisa memberikan pertanyaan panduan seperti "Menurutmu kenapa mainan kamu rusak?" atau "Coba kamu pikirkan cara lain untuk menyelesaikan tugas ini." Dengan demikian, anak terbiasa berpikir kritis dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
3. Menerapkan Digital Literacy Sejak Dini
Generasi milenial yang lahir dan besar di era digital sadar pentingnya literasi digital bagi anak-anak mereka. Mereka tidak menghindari gadget dan teknologi, melainkan mengajarkan anak cara menggunakannya secara bijak dan aman.
Orangtua milenial bisa memperkenalkan aplikasi pendidikan atau game  edukatif kepada anak mereka. Mereka juga bisa mengajarkan anak tentang etika berinternet, bahaya cyberbullying, dan cara menjaga privasinya di dunia digital. Dengan demikian, anak dapat memanfaatkan teknologi untuk belajar dan berkreativitas.
4. Menjalin Komunikasi Terbuka dan Saling Menghargai
Orangtua milenial lebih mengutamakan komunikasi terbuka dan saling menghargai dalam hubungannya dengan anak. Mereka berusaha menjadi teman dekat bagi anak dan membuka peluang diskusi tentang permasalahan yang dihadapi anak.
Orangtua milenial tidak segan untuk menjelaskan alasan di balik setiap aturan yang dibuat. Mereka juga memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapat dan perasaannya. Dengan demikian, anak merasa dipercaya dan dihargai, dan hubungan antara orangtua dan anak menjadi lebih kuat.
Contohnya, saat anak ingin melihat televisi terlalu lama, orangtua milenial tidak langsung melarang. Mereka akan mengajak anak untuk berdiskusi tentang durasi waktu yang tepat untuk menonton televisi. Orangtua juga akan menjelaskan dampak negatif terlalu lama menonton televisi terhadap kesehatan dan prestasi anak. Dengan demikian, anak memahami aturan dan memiliki motivasi untuk menaatinya.
5. Mengajarkan Kemandirian dan Tanggung Jawab
Orangtua milenial ingin anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, mereka memberikan anak kesempatan untuk melakukan banyak hal sendiri, seperti merapikan kamar, membantu pekerjaan rumah, dan mengurus kebutuhan pribadi.
Contohnya, orangtua milenial tidak selalu mengantar anak ke sekolah, melainkan memberikan anak kebebasan untuk berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Mereka juga mengajarkan anak tentang pengelolaan keuangan, seperti menabung dan menggunakan uang dengan bijak. Dengan demikian, anak belajar menjadi pribadi yang mandiri dan mampu mengurus dirinya sendiri.
6. Menjadi Role Model yang Baik
Orangtua milenial sadar bahwa anak-anak banyak belajar dari contoh orangtua mereka. Oleh karena itu, mereka berusaha menjadi role model yang baik bagi anak-anak mereka. Mereka menunjukkan sikap yang positif seperti rajin bekerja, jujur, dan peduli terhadap orang lain.
Orangtua milenial juga mengajak anak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti membantu korban bencana alam atau menyumbangkan barang ke panti asuhan. Dengan demikian, anak belajar bersikap baik dan peduli terhadap orang lain.
7. Menikmati Proses Pengasuhan dan Beradaptasi dengan Perkembangan Anak
Orangtua milenial memahami bahwa proses pengasuhan anak tidak selalu mudah dan ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, mereka menikmati proses tersebut dan belajar beradaptasi dengan perkembangan anak. Mereka tidak sempurna dan bisa melakukan kesalahan, tetapi mereka terbuka untuk belajar dan berkembang sebagai orangtua.
Orangtua milenial juga tidak ingin meniru gaya pengasuhan orangtua mereka yang mungkin sudah ketinggalan zaman. Mereka terbuka untuk menerima saran dan informasi baru tentang parenting dari berbagai sumber. Dengan demikian, mereka dapat memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anak-anak mereka sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Penutup
Pola asuh unik orangtua milenial memiliki potensi untuk menciptakan generasi kreatif yang mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pola asuh yang universal dan cocok untuk semua anak. Orangtua perlu memahami keunikan dan kebutuhan anak mereka masing-masing dan menerapkan pola asuh yang paling tepat untuk membantu anak mereka tumbuh menjadi individu yang sukses dan bahagia.
