Mohon tunggu...
Aliya Hamida
Aliya Hamida Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Enthusiast

International Relations Student

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Dunia Islam: Antara Radikal, Kesengsaraan, dan Mispersepsi

6 Oktober 2021   08:46 Diperbarui: 6 Oktober 2021   09:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya rasa persepsi ini menggambarkan bagaimana masyarakat pada umumnya memahami istilah negara islam. Dimana negara islam terkesan negara yang menegakkan hukum syariat islam sebagai hukum negaranya. 

Begitu pula dengan sistem politik pemerintahannya. Anggapan ini menjadikan klaim Saudi Arabia sebagai negara islam ialah hal yang sangat populer dipahami. 

Kita lupa bahwa kerajaan itu merupakan hal yang berbeda dengan konsep khilafah. Sependek yang saya tahu, dalam politik islam, bukan bentuk pemerintahan kerajaan yang dimaksudkan sebagai pemerintahan ideal. 

Dalam pasal kedua kitab yang ditulis Ibnu Taimiyyah, "Siyasah Syar'iyah" atau dalam bahasa Indonesia Politik Islam yang dipilih paling ideal ialah pemimpin. 

Buku yang kemudian diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Griya Ilmu ini memberikan judul pada bab kedua ini "Memilih yang lebih ideal lalu yang lebih ideal lagi", judul yang menarik. 

Dijelaskan lebih lanjut berbeda dengan monarki yang erat dengan pemahaman bahwa pemimpin ialah wakil tuhan maka apapun yang dikatakannya ialah mutlak. 

Di dalam islam, pemimpin adalah wakil Allah untuk hambaNya, maknanya justru Allah menjadikan pemimpin sebagai wakil hamba-hambaNya. 

Di sisi lain pemimpin juga merupakan wakil hamba terhadap diri mereka sendiri. Nah, yang kadang juga dipahami salah ialah Allah menempatkan wali di bumi bukan berarti karena Ia tak mampu sehingga membutuhkan pengganti, namun justru karena kita sebagai muslim, konsekuensinya ialah wajib melakukan yang baik atau menegakkan syariat islam dan mencegah keburukan. 

Sehingga, kita semua sejatinya adalah pemimpin, minimal bagi diri kita sendiri. Kemudian sama maknanya, kita masing masing adalah wakil Allah di muka bumi.

Pemahaman ini menghantarkan saya pada kesimpulan bahwa di dunia ini tak ada satupun negara yang bisa disebut negara islam. Dan pendefinisian negara sebagai negara islam seharusnya tidak karena ia melakukan hukum gantung atau cambuk. Bukan pula kewajiban berjilbab atau dilarangnya wanita untuk bekerja. 

Hal-hal itu justru jauh dari nilai-nilai dalam islam. Saudi Arabia dengan sistem kekerajaannya justru bisa saya katakan dalam pemilihan pemimpin saja sangat tidak islami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun