Mohon tunggu...
Aliya Fitriyani
Aliya Fitriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai perkenalkan aku Aliya Fitriyani, orang suka panggil aku Aliya, hobiku olahraga membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keajaiban Kebun Bunga

29 Mei 2024   07:27 Diperbarui: 29 Mei 2024   07:35 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang gadis bernama Sinta bersama ibunya, Sari. Mereka tinggal di sebuah rumah kayu sederhana dengan sebuah kebun bunga yang luas. Kebun bunga itu adalah sumber mata pencaharian utama mereka, dan setiap hari, Sinta dan ibunya merawat bunga-bunga dengan penuh cinta dan perhatian.

Setiap pagi sebelum matahari terbit, Sinta akan bangun dan berjalan ke kebun bunga. Ia menikmati keheningan pagi dan aroma segar bunga-bunga yang mulai mekar. Pagi itu, Sinta merasa ada sesuatu yang berbeda. Di sudut kebun, di antara semak-semak mawar, ia melihat sebuah bunga yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Bunga itu berwarna ungu cerah dengan kelopak yang berkilauan seperti berlian di bawah sinar matahari.

Sinta terpesona oleh keindahan bunga tersebut. Ia memetiknya dengan hati-hati dan membawanya pulang. Sesampainya di rumah, Sinta menaruh bunga itu di dalam vas dan meletakkannya di atas meja di ruang tamu. Ketika ibunya melihat bunga itu, ia merasa ada sesuatu yang aneh. "Bunga ini bukan bunga biasa," kata Sari dengan nada khawatir. "Aku merasa ada kekuatan magis di dalamnya."

Namun, Sinta hanya tersenyum dan mengabaikan kekhawatiran ibunya. Ia merasa bunga itu membawa kebahagiaan dan ketenangan. Setiap kali ia melihat bunga itu, hatinya terasa hangat dan damai.

Malam harinya, saat bulan purnama bersinar terang, Sinta terbangun oleh suara lembut yang memanggil namanya. Ia mengikuti suara itu ke ruang tamu dan melihat bunga ungu itu bersinar lebih terang dari biasanya. Dari bunga itu muncul seorang peri kecil dengan sayap transparan yang berkilauan.

"Terima kasih telah menyelamatkan aku," kata peri itu dengan suara merdu. "Aku adalah peri bunga yang terperangkap dalam bentuk bunga oleh kutukan jahat. Karena kebaikanmu, aku kini bebas."

Sinta terkejut dan kagum. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu?" tanyanya.

Peri bunga tersenyum. "Kebaikan hatimu telah membebaskanku. Sebagai balasannya, aku akan memberikan keajaiban pada kebun bunga kalian." Dengan itu, peri bunga melambaikan tongkat kecilnya, dan kilauan cahaya menyebar ke seluruh kebun.

Keesokan harinya, Sinta dan ibunya menemukan kebun bunga mereka tumbuh dengan pesat. Bunga-bunga yang tadinya biasa kini tampak lebih indah dan berwarna-warni. Setiap bunga memancarkan aroma yang menenangkan dan menyembuhkan. Desa mereka segera terkenal karena kebun bunga yang ajaib, dan banyak orang datang dari jauh hanya untuk melihat keindahannya.

Namun, keajaiban itu tidak hanya membawa kebahagiaan. Suatu hari, seorang pedagang kaya dari kota datang ke desa. Ia mendengar tentang kebun bunga ajaib Sinta dan ingin membelinya. "Aku akan membayar berapapun untuk kebun ini," kata pedagang itu dengan suara menggelegar.

Sinta dan ibunya menolak tawaran itu. "Kebun ini adalah warisan keluarga kami. Kami tidak akan menjualnya," jawab Sari tegas. Pedagang itu marah dan bersumpah untuk mendapatkan kebun itu dengan cara apapun.

Beberapa hari kemudian, kebun bunga mereka diserang oleh sekelompok pria yang dikirim oleh pedagang kaya itu. Mereka merusak dan menghancurkan banyak bunga. Sinta dan ibunya sangat sedih melihat kebun mereka yang indah hancur dalam semalam.

Namun, Sinta tidak menyerah. Ia ingat akan peri bunga dan memutuskan untuk memanggilnya kembali. Malam itu, saat bulan purnama bersinar terang, Sinta berdiri di tengah kebun yang hancur dan memanggil peri bunga. "Peri bunga, tolonglah kami. Kebun kami telah dihancurkan," katanya dengan suara gemetar.

Peri bunga muncul kembali. "Jangan khawatir, Sinta. Keajaiban sejati tidak dapat dihancurkan oleh kejahatan," kata peri bunga dengan lembut. Dengan satu lambaian tongkatnya, kebun bunga yang hancur kembali pulih. Bunga-bunga yang lebih indah dan kuat tumbuh di tempat yang telah dihancurkan.

Pagi berikutnya, penduduk desa terkejut melihat kebun bunga Sinta yang kembali indah. Pedagang kaya itu juga datang dan melihat keajaiban itu dengan mata kepala sendiri. Ia merasa malu dan meninggalkan desa tanpa berkata apapun.

Kebun bunga Sinta menjadi simbol harapan dan ketahanan bagi penduduk desa. Setiap kali mereka melihat bunga-bunga yang mekar, mereka teringat akan kebaikan hati dan keajaiban yang bisa terjadi. Sinta dan ibunya hidup bahagia, dan mereka terus merawat kebun bunga mereka dengan cinta dan perhatian.

Kebun itu menjadi tempat bagi penduduk desa untuk berkumpul dan merayakan kehidupan. Banyak cerita dan legenda muncul tentang kebun bunga ajaib itu, tetapi hanya Sinta dan ibunya yang tahu rahasia sebenarnya di balik keindahan itu.

Pada suatu malam yang tenang, beberapa tahun kemudian, Sinta yang kini telah menjadi wanita dewasa duduk di beranda rumahnya, memandangi kebun bunga yang indah di bawah sinar bulan. Ia teringat akan peri bunga yang pernah ia temui dan bagaimana keajaiban itu telah mengubah hidupnya. Dalam hatinya, ia selalu bersyukur atas keajaiban itu dan berjanji untuk selalu menjaga kebun bunga mereka dengan sepenuh hati.

Di tengah keheningan malam, angin berhembus lembut, membawa aroma bunga yang menenangkan. Sinta tersenyum dan berbisik, "Terima kasih, peri bunga, atas keajaibanmu." Bunga-bunga di kebun itu tampak bersinar lebih terang, seakan-akan merespons ucapan terima kasih Sinta. Dan begitu, kebun bunga itu terus menjadi sumber keindahan dan kebahagiaan bagi Sinta, ibunya, dan seluruh desa.

Kisah tentang Sinta dan kebun bunganya menjadi legenda di desa itu, diceritakan dari generasi ke generasi. Anak-anak desa sering bermain di kebun itu, bermimpi tentang peri bunga dan keajaiban yang mungkin terjadi. Dan meskipun peri bunga itu tidak pernah muncul lagi, kehadirannya tetap terasa di setiap kelopak bunga yang mekar dengan indah di kebun ajaib itu.

Sinta dan ibunya hidup bahagia sampai akhir hayat mereka, meninggalkan warisan kebun bunga yang penuh keajaiban dan kebaikan hati. Kebun itu menjadi simbol bahwa kebaikan hati dan cinta dapat membawa keajaiban dalam kehidupan, menjadikan dunia tempat yang lebih indah untuk dihuni. Dan demikianlah, kebun bunga itu terus mekar, membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melihatnya, selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun