Beberapa hari kemudian, kebun bunga mereka diserang oleh sekelompok pria yang dikirim oleh pedagang kaya itu. Mereka merusak dan menghancurkan banyak bunga. Sinta dan ibunya sangat sedih melihat kebun mereka yang indah hancur dalam semalam.
Namun, Sinta tidak menyerah. Ia ingat akan peri bunga dan memutuskan untuk memanggilnya kembali. Malam itu, saat bulan purnama bersinar terang, Sinta berdiri di tengah kebun yang hancur dan memanggil peri bunga. "Peri bunga, tolonglah kami. Kebun kami telah dihancurkan," katanya dengan suara gemetar.
Peri bunga muncul kembali. "Jangan khawatir, Sinta. Keajaiban sejati tidak dapat dihancurkan oleh kejahatan," kata peri bunga dengan lembut. Dengan satu lambaian tongkatnya, kebun bunga yang hancur kembali pulih. Bunga-bunga yang lebih indah dan kuat tumbuh di tempat yang telah dihancurkan.
Pagi berikutnya, penduduk desa terkejut melihat kebun bunga Sinta yang kembali indah. Pedagang kaya itu juga datang dan melihat keajaiban itu dengan mata kepala sendiri. Ia merasa malu dan meninggalkan desa tanpa berkata apapun.
Kebun bunga Sinta menjadi simbol harapan dan ketahanan bagi penduduk desa. Setiap kali mereka melihat bunga-bunga yang mekar, mereka teringat akan kebaikan hati dan keajaiban yang bisa terjadi. Sinta dan ibunya hidup bahagia, dan mereka terus merawat kebun bunga mereka dengan cinta dan perhatian.
Kebun itu menjadi tempat bagi penduduk desa untuk berkumpul dan merayakan kehidupan. Banyak cerita dan legenda muncul tentang kebun bunga ajaib itu, tetapi hanya Sinta dan ibunya yang tahu rahasia sebenarnya di balik keindahan itu.
Pada suatu malam yang tenang, beberapa tahun kemudian, Sinta yang kini telah menjadi wanita dewasa duduk di beranda rumahnya, memandangi kebun bunga yang indah di bawah sinar bulan. Ia teringat akan peri bunga yang pernah ia temui dan bagaimana keajaiban itu telah mengubah hidupnya. Dalam hatinya, ia selalu bersyukur atas keajaiban itu dan berjanji untuk selalu menjaga kebun bunga mereka dengan sepenuh hati.
Di tengah keheningan malam, angin berhembus lembut, membawa aroma bunga yang menenangkan. Sinta tersenyum dan berbisik, "Terima kasih, peri bunga, atas keajaibanmu." Bunga-bunga di kebun itu tampak bersinar lebih terang, seakan-akan merespons ucapan terima kasih Sinta. Dan begitu, kebun bunga itu terus menjadi sumber keindahan dan kebahagiaan bagi Sinta, ibunya, dan seluruh desa.
Kisah tentang Sinta dan kebun bunganya menjadi legenda di desa itu, diceritakan dari generasi ke generasi. Anak-anak desa sering bermain di kebun itu, bermimpi tentang peri bunga dan keajaiban yang mungkin terjadi. Dan meskipun peri bunga itu tidak pernah muncul lagi, kehadirannya tetap terasa di setiap kelopak bunga yang mekar dengan indah di kebun ajaib itu.
Sinta dan ibunya hidup bahagia sampai akhir hayat mereka, meninggalkan warisan kebun bunga yang penuh keajaiban dan kebaikan hati. Kebun itu menjadi simbol bahwa kebaikan hati dan cinta dapat membawa keajaiban dalam kehidupan, menjadikan dunia tempat yang lebih indah untuk dihuni. Dan demikianlah, kebun bunga itu terus mekar, membawa kebahagiaan bagi setiap orang yang melihatnya, selamanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI