Mohon tunggu...
Dik Ror
Dik Ror Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - saya adalah pelajar MA Tahfidh Annuqayah

saya adalah seorang yang suka bergurau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perbudakan Masa Depan

19 September 2024   02:48 Diperbarui: 20 September 2024   13:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang dari berbagai negara, mulai dari warga sipil sampai pejabat, mondar-mandir dalam ruangan tersebut dengan penuh antusias. Karena robot-robot itu sudah berjejeran rapi di sana.

Dan akhirnya, peresmian itu dimulai sejak Pak Reyhan menertibkan para pengunjung. Pelegalisasiannya dengan diaktifkannya robot-robot itu. Mata mereka bersinar. Mereka bergerak, berjalan, bahkan berkomunikasi langsung dengan para pengunjung.

"Para warga yang saya banggakan, robot-robot ini untuk membantu menyelesaikan pekerjaan kita semua. Dan jika anda semua ingin membelinya, datanglah lagi beok." Pidato Pak Reyhan, yang sudah pasti dimengerti semua orang karena bahasa di dunia hanyalah satu, Bahasa SIAINDONE, adalah pertanda berakhirnya acara peresmian itu.

Tak lama setelah pidato itu selesai, para pengunjung mulai beranjak pergi dari toko tersebut. Dan robot-robot tersebut dinonaktifkan dan digiring keluar toko untuk diletakkan di gudang yang terletak agak jauh dari toko tersebut. Terkunci di dalamnya.

***

"Mereka semua, khususnya Pak Reyhan, menciptakan kita semua untuk memperbudak kita!" Jelas salah satu dari mereka.

Kini, mereka sedang rapat resmi sebagaimana orang-orang itu rapat untuk menciptakan mereka dahulu kala. Mereka semua aktif dengan bantuan seekor tikus yang tidak sengaja menekan tombol ON ketika lewat. Dan sekarang, mereka sedang rapat tentang cara untuk menggagalkan tujuan orang-orang tersebut menciptakan mereka.

"Ya, benar, itu yang disampaikan Pak Reyhan di acar peresmian." Kata robot lainnya, membenarkan. Seluruh wajah pun tertoleh kepadanya. "Kita harus mencari cara untuk membinasakan orang-orang tersebut. Setuju?!" Lanjutnya dengan mengepalkan tangan dan menghentakkannya ke udara yang diikuti oleh robot-robot lainnya.

Rapat terus berlanjut. Pendapat demi pendapat terlontarkan. Muka-muka serius tergambar. Malam semakin larut. Hingga, sebuah pendapat terputuskan. Yang akan memorakporanda semuanya.

***

Malam akhirnya pergi tergantikan oleh pagi. Robot-robot itu menonaktifkan sistemnya dengan kemampuan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun