Mohon tunggu...
Ali Wira Rahman
Ali Wira Rahman Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan

Senang berbagi, diskusi dan sharing pada topik-topik pendidikan dan pengajaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Minimalism dan Isu "Back to Basic" dalam Pendidikan (Bagian Terakhir)

23 Maret 2022   04:39 Diperbarui: 23 Maret 2022   04:43 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada bagian ini mari kita berusaha berpikir lebih positif dan solutif dalam kaitannya dengan minimalism dan isu back to basic dalam pendidikan.

 Konsep Minimalism dalam pendidikan sedikit berbeda dengan defenisi minimalis secara literal. Minimalism dalam pendidikan dimaknai sebagai sebuah proses memberikan Batasan sesuai kapasitas dan selebihnya mengarahkan siswa untuk memaksimalkan potensi dirinya. Guru harus mampu memberikan pemahaman konseptual kepada siswa sehingga siswa memahami dan mengembangkan konsep tersebut secara sadar (matakognitif).

Minimalism cencerung kontradiktif dengan konsep padatnya aktivitas pembelajaran dengan jam pembelajaran serta instruksi yang banyak pula. Beberapa pandangan menganggap bahwa semakin kompetitif dan banyak tes yang diberikan membuka peluang kualitas pendidikan akan meningkat. 

Faktanya di beberapa negara maju mereka sudah menganut konsep less test, learn more. Pendidikan harus kembali pada konsep dasarnya (back to basic) yaitu teaching for understanding bukan teaching for drilling, memorizing atau bahkan testing (Fachrurrazi:2019). 

Minimalism Kembali pada sebuah konsep sederhana "less is more". Bukan berarti melakukan pengurangan pada aspek kuantitas misalnya jam belalar, perancangan pembelajaran, jumlah tes dan aktivitas administrative guru. Akan tetapi memberikan ruang prioritas pada sebuah proses yang "memerdekakan" guru maupun siswa dalam mebangun interaksi positif. 

Pembelajaran perlu dirancang tetapi dalam format yang lebih sederhana agar lebih mudah secara implementasi. Jam belajar dibutuhkan, tetapi berilah kesempatan lebih banyak pada siswa untuk berproses. Begitupun kebutuhan kita pada tes sebagai alat evaluasi tetapi angka itu bukan acuan mutlak dalam mengukur kualitas siswa.

Minimalism dalam pendidikan adalah pesan untuk kembali pada hakikat dasar pendidikan untuk memberi pemahaman, menguatkan karakter serta bagaimana mengarahkan siswa untuk "mau" belajar (autonomous learning). Pendidikan adalah mesin sebuah bangsa, dan guru adalah agen perubahan. 

Pendidikan tidak perlu rumit sehingga menimbulkan keluh kesah, kepentingan kita pada pendidikan adalah bagaimana menciptakan "growth mindset" pada siswa untuk menopang masa depan sebuah bangsa. Peningkatan kualitan pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah, guru atau kepala sekolah, bersama-sama kita merenung dan mengambil peran dalam upaya tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun