Mohon tunggu...
Ali Wasi
Ali Wasi Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara

Seorang ASN dari Tahun 2015 s.d. sekarang, yang semula gemar menulis cerita fiksi menjadi rutin menulis analisis informasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Menggenggam Dunia (3) Bunga Desa

25 April 2024   07:00 Diperbarui: 29 April 2024   22:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sudah semakin panas, aku beranjak pulang ke rumah sewaan yang berada di perbatasan desa. Cukup melelahkan tetapi sangat menyenangkan.

Hari ini aku telah menerima pelajaran berharga, bahwa sebaiknya aku harus mensyukuri hidup ini. Semenjak keluar dan memutuskan hijrah dari kota menuju pedesaan, aku kurang mensyukuri hidup pada Tuhan dengan segala yang telah Ia berikan padaku. Berupa ilmu, harta, kedudukan, tetapi yang ada hanya kesombongan untuk melakukan sesuatu. Apakah ini pengaruh dari kota? Entahlah, adakalanya itu benar.

Langkah demi langkah, aku berjalan menikmati pemandangan desa yang indah, sejuk, dan tentram. Aku melewati lapangan bola tempat bermainnya Rahmat dan Saiful. Sepi tak ada yang bermain di lapangan itu, yang ada hanya dua gawang dari kayu dan sebuah bola di tengah lapangan.

Bola? Aku senang dengan permainan bola. Aku menyukai permainan ini, semenjak duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar. Sudah lama tidak bermain bola, bahkan terakhir kali bermain bola saat aku berada di bangku SMA bersama teman sekolah. Permainan bola memang membutuhkan kerja sama tim.

Lapangan sepi dan bola tak ada yang memakai, kebetulan sekali. Aku ingin melepas rasa rindu untuk bermain sepak bola.

Kedua tangan kumasukan dalam saku celana. Aku menari bersama bola tanpa menyentuh tangan sedikitpun, aku memainkan bola dengan menendang ke atas, menyundul bola, memantulkan melalui betis dan berbagai jenis gaya aku mainkan dengan indah. Selang beberapa waktu, saat bola mengenai kaki kanan, dengan cepat aku mengarahkan bola ke gawang, dan shoot. Gool! Tendangan sempurna mengarah tengah gawang.

Sambutan berupa tepuk tangan dari anak-anak mengiringi bola masuk, layaknya pertandingan bola di stadion. Dan aku baru menyadari ternyata anak-anak itu telah memperhatikan gerak-gerikku saat bermain bola.

"Wah, Kakak hebat." Kata anak berambut ikal dan berkulit sawo matang.

"Kakak pemain timnas Indonesia, ya?" tanya penuh kekaguman dari anak yang lain.

"Waduh, anak-anak terima kasih pujiannya. Maaf tadi Kakak pinjam bola kalian."

"Kak Arkan, mau bermain sama kami?" ajak Saiful.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun