Kemudian agama merupakan sebuah kredo atau kepercayaan terhadap sesuatu yang di anggap memiliki kekuatan. Agama juga memiliki sistem peribadatan (worship) terhadap sesuatu yang di anggap memiliki kekuatan supra natural tersebut (Tuhan). Antara filsafat dan ilmu juga terdapat kesamaan, yakni dalam pencarian kebenaran dan memiliki sumber yang sama yakni akal tau rasio, di karenakan akal manusia tentunya terbatas, maka filsafat ilmu di anggap relatif, sedangkan agama di katakan mutlak atau absolut di karenakan berasal dari tuhan. Kemudian keterkaitan antara tiga bidang ini adalah adanya akal, budi, dan rasa serta keyakinan yang apabila manusia menggunakan ketiga potensi ini dengan baik maka ia akan bisa mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya.
Menganai Filsafat ilmu dalam perspektif islam, Dr.Zainuddin memaparkan bahwa para ilmuan muslim tentu berbeda perspektif dalam menerima sains. Â Pertama kelompok yang menganggap bahwa sains bersifat netral sehingga apabila di ketemukan dengan alquran tidak akan memberikan dampak negatif, seperti kelompok Bucaillian yang menulis buku yang sangat popoler seperti The Bible dan the Quran and Science. Kedua, kelompok yang berusaha memakmurkan islam dengan menggunakan sains.Â
Mereka berpendapat bahwa apabila sains berada dalam Masyarakat islam, maka akan sangat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dan cita cita islam, tokoh tokoh yang berusaha menerapkan konsep Islamisasi antara lain seperti Naquib Al Attas, Ismail Raaji al Farauqi dan lain sebaagainya. Ketiga, kelompok yang membangun Paradigma (epistimologi) baru dalam islam. Paradigma ini adalah paradigma Pengetahuan yang berpusat pada prinsip dan konsep islam Ketika mencari bidang tertentu dan Paradigma perilaku yang menentukan batasan batasan etika Ketika bekerja.
Sekalipun banyak perbedaan para pakar dalam al-Quran, apakah cukup sebagai petunjuk di dunia maupun akhirat dan apakah memiliki fungsi ganda sebagai eksikplodia di bidang sains. Semuanya berakhir pada sebuah kewajiban bahwa semua harus bermuara pada sesuatu yang kudus, yang biasa di sebut dengan konsep "tauhid". Dan umat islam Ketika bersetntuhan dengan hal hal yang bersifat baru harus menggunakan prinsip al-Muhafadzatu 'ala-al-Qadim al-Shalih wa al Akhzu bi al-Jadid al Ashlah yang artinya tetap memelihara tradisi yang lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang di nilai lebih baik.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H