Mohon tunggu...
Alivia Nur Fauziyah
Alivia Nur Fauziyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa keperawatan

Saya mahasiswa alih jenis keperawatan 2024 dan memiliki minat untuk penelitian dan penulisan artikel serta jurnal.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Manajemen Diabetes Melitus pada Remaja: Pendekatan Empat Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus

21 Agustus 2024   15:15 Diperbarui: 21 Agustus 2024   15:22 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diabetes melitus termasuk ke dalam salah satu penyakit kronis paling umum didunia yang disebabkan oleh gagalnya pangkreas dalam memproduksi insulin (IDF,2019). Adapun tipe diabetes melitus yang sering dijumpai adalah diabetes melitus tipe 2. Akhir-akhir ini penyakit diabetes melitus ini bisa menyerang disemua usia dan sering kita jumpai dikalangan masyarakat, remaja bahkan anak-anak. Diabetes pada remaja semakin meningkat dan dianggap berbahaya karena kombinasi elemen gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes melitus tipe 2 sendiri adalah kondisi kronis yang mempengaruhi tubuh karena gagalnya pankreas memproduksi insulin yang menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah dalam tubuh (WHO, 2022).
Secara global Indonesia menempati peringkat ke-5 dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia yang jumlah penderita diabetes melitusnya sebanyak 19,47 juta penduduk (IDF,2021). Menurut data dari Riskesdas Jatim (2018), penderita DM sebanyak 98.566 kasus. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dirilis pada 1 Februari 2023 menunjukkan 70 kali lipat jumlah kasus diabetes pada anak dibandingkan tahun 2010. Pada tahun 2000, jumlah anak dengan diabetes sebesar 0,004 per 100.000 jiwa; kemudian meningkat menjadi 0,028 per 100.000 jiwa pada tahun 2010, dan kemudian meningkat drastis menjadi 2 per 100.000 anak di bawah usia 18 tahun dalam waktu 12 tahun.
Diabetes Melitus tipe 2 memiliki tiga kriteria klinis umum yaitu, poliuri (banyak kencing),polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum). Kronologi terjadinya diabetes melitus tipe 2 yaitu berawal dari gaya hidup yang tidak sehat sehingga memicu akumulasi lemak visceral, hal tersebut dengan atau tanpa adanya faktor risiko yang dimiliki setiap individu masing-masing akan memicu terjadinya resistensi insulin yang disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi agar kadar glukosa darah tetap normal. Akan tetapi, jika resistensi insulin memburuk maka akan menyebabkan defisiensi insulin yang mengakibatkan penggunaan glukosa menurun sehingga memicu kadar glukosa darah meningkat dan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah. Ketidakstabilan kadar glukosa darah tersebut penyebab terjadinya penyakit diabetes melitus, jika tidak diberikan perawatan yang tepat dan dibiarkan terus-menerus akan menimbulkan komplikasi kronik pada seluruh sistem tubuh, seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal, retinopati diabetika, dan neuropati diabetika (W. L. Price, 2012) dan (Kemenkes,2019).
Selain faktor pola hidup, faktor keturunan juga menjadi salah satu kontributor penderita diabetes melitus pada remaja. Data ini juga dilaporkan oleh data diabetes di UK tahun 2010 di dalam Sahayati (2019) bahwa risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75%.
Sebagian besar pasien remaja dengan Diabetes Melitus Tipe 2 (T2DM) terkait dengan keluarga yang memiliki kebiasaan harian yang kurang aktif, pola makan tinggi lemak, dan kebiasaan makan yang buruk yang sering kali memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Hal ini dapat merugikan bagi manajemen diabetes pada remaja. Tanggung jawab klinisi dalam memajukan perawatan diri sangat penting dan perlu ditekankan. Untuk mencegah komplikasi jangka panjang, penting untuk mengenali sifat komprehensif dari masalah ini dan melibatkan kemajuan yang teratur, beragam, dan terkoordinasi dalam memajukan praktik perawatan diri.
Selain itu, konsep empat pilar dalam manajemen diabetes melitus yaitu edukasi, pola makan, olahraga, dan farmakologi. Aktivitas fisik harian dan rutin (3-4 kali seminggu selama sekitar 30 menit), disarankan dalam bentuk latihan aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan ini sebaiknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kebugaran fisik. Gizi yang seimbang, melibatkan karbohidrat, protein, dan lemak, disesuaikan dengan kebutuhan gizi yang mencukupi. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, tingkat stres, dan aktivitas fisik untuk mencapai dan menjaga berat badan yang ideal. Total kalori yang diperlukan dihitung dengan mengalikan berat badan ideal dengan kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk pria dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita), kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktivitas (10-30%, atau lebih untuk atlet dan pekerja berat, sesuai dengan tingkat kalori yang dibutuhkan dalam kegiatannya) (Pinatel et al., 2022).
Manajemen diabetes melitus (DM) pada remaja sangat penting untuk diimplementasikan guna mencegah kematian dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Remaja dengan DM memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi serius. Manajemen diabetes pada anak-anak yang mengarah ke masa remaja sangat penting untuk memastikan kontrol glikemik optimal dan mencegah risiko komplikasi jangka panjang. Dengan menjaga rutinitas manajemen, seperti pengukuran glukosa darah, pengaturan insulin, dan pemilihan makanan yang tepat, anak-anak dapat membentuk kebiasaan sehat yang akan mendukung kesehatan mereka ketika tumbuh dewasa (Collet et al., 2018).

REFERENSI
Collet, N., Batista, A. F. De M. B., Nbrega, V. M. Da, Souza, M. H. Do N., & Fernandes, L. T. B. (2018). Self-Care Support For The Management Of Type 1 Diabetes During The Transition From Childhood To Adolescence. Revista Da Escola De Enfermagem Da Usp, 52.
Sahayati, S. (2019). Faktor Risiko Kemungkinan Timbulnya Diabetes Melitus Pada Remaja Di Kabupaten Sleman (Skoring Dm Menggunakan Findrisc). Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 4(2), 201.
Pinatel, N., Plotton, C., Pozzetto, B., & Gocko, X. (2022). Nurses Influenza Vaccination And Hesitancy: A Systematic Review Of Qualitative Literature. Vaccines, 10(7), 997.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2021). Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2021. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. www.dinkesjatengprov.go.id
Riskesdas Jatim. (2018). Laporan Provinsi Jawa Timur RISKESDAS 2018. In Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Kemenkes RI. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_PTM.pdf.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Pedoman Pelayanan Kefarmasian Pada Diabetes Melitus.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. Diktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
WHO. (2021). Diabetes. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/
ADA. (2020). Standards of medical care in diabetes: Response to position statement of the American Diabetes Association. Diabetes Care, 29(2), 476.
PERKENI. (2021). Guidelines for the Diagnosis and Management of Hyperglycemia in Pregnancy 2021. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Hiperglikemia Dalam Kehamilan, 51. https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2021/11/22-10-21-WebsitePedoman-Diagnosis-dan-Penatalaksanaan-Hiperglikemia-dalam-KehamilanEbook.pdf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun