1. Pastikan instruktur yang ditugaskan, benar-benar berkapasitas sebagai instruktur. Bukan sekedar fasilitator atau jadi moderator dalam kelas.
2. Materi pelatihan harap dilengkapi, jika memang perlu untuk guru kelas 1. Saya cek juga buku materi guru kelas 2. Kontennya lengkap. Pelatihan dan post-test sudah lewat, jadi kepada semua guru-guru yang akan meng-implementasikan kurikulum 2013 di sekolahnya, khususnya guru kelas 1, silakan lihat konten-konten tentang: Model-model pembelajaran (konsep, fakta, keuntungan & kelemahan, langkah-langkah operasional, serta penilaian), keterkaitan buku guru dan siswa, proses kognitif dan proses belajar kolaboratif, form telaah RPP, predikat dan range nilai yang diusung kurikulum 2013, serta contoh data rekap nilai carilah dan pelajarilah sendiri dari buku kelas 2 atau kelas 5.
3. Kecurigaan saya benar. Sertifikat pasti sudah disiapkan sebelumnya. Entah bagaimana system yang dipakai panitia untuk membuat nilai predikat, kalau ternyata banyak guru yang baru selesai praktek mengajar pada jumat siang, dan ada guru yang kamis ketika post-test tidak hadir, tetap mendapat sertifikat dengan predikat yang sama di jumat sore itu. B. Semua peserta di kelas mendapat B. Guru-guru lainnya mengira saya berbohong soal itu. Mereka mengira, saya seharusnya mendapat nilai sangat baik.
4. Kesal dengan keanehan itu, saya bermaksud mencari forum atau apaun itu tempat mengadu soal ini. Saya ketik di google nama lembaga yang mengeluarkan sertifikat. Saya search keyword: PPPPTK Bandung post test kurikulum 2013. Sangat dikejutkan dengan munculnya soal-soal test ketika saya klik hasil pencarian di baris pertama. Luar biasa Indonesia. Saya baca soalnya, sama dengan test saya. Sertifikat dan soal test yang kacau. Kerja keras saya, benar-benar hanya agar saya menguasai materi yang saya pelajari. Sisanya, ternyata hanya pelatihan formalitas lainnya, yang hanya harus diadakan agar program terlihat berjalan. Entah berjalan dengan baik atau pun tidak
5. Kalau systemnya seperti ini, pantas saja guru-guru yang terbiasa berurusan dengan diknas itu tak perlu berusaha keras. Mereka tahu akan lulus, mereka tahu akan dapat B juga. Bukankah nanti berarti mereka juga akan tidak memotivasi siswa? Kalau gurunya saja malas membaca, apa berhak meminta siswa melakukan yang sama? Kalau guru-guru juga tak jujur dengan tugas dan saat test, apa berhak berharap siswa juga demikian? Kalau ini tidak diperbaiki, kurikulum diganti dengan nama apapun, konsep apapun, tak akan memperbaiki sikap dan attitude orang Indonesia.
6. Keluhan saya tentang soal ujian yang tidak sesuai materi pelatihan, atau saran saya agar materi guru kelas 1 dilengkapi juga, saya sampaikan langsung kepada salah seorang panitia. Bapak A ini bilang, “tolong ditulis saja listnya, akan saya sampaikan ke bagian akademik”. Saya tulis daftar itu, namun urung saya serahkan, karena pada saat penutupan, si bapak itu memberikan sambutan sebagai penanggung jawab akademik.
7. Seorang Bapak lainnya (B), berkata demikian dalam sambutannya, “beberapa sekolah yang jadi pilot untuk project kurikulum 2013, sudah kami sampaikan kepada para kepala sekolahnya dan para pengawas agar menutup mata saja dulu. Ya...namanya juga percobaan pertama. Jadi bagaimanapun, pasti masih kurang disana-sini. Kami minta mereka tutup mata saja dulu”. Menurut saya, itu pernyataan yang aneh. Meskipun aka nada kekurangan pastinya, tak seharusnya mereka diminta menutup mata. Tetapi harus mengawasi dan mengevaluasi setiap step nya, karena kalau pilot project tidak cukup baik hasilnya, bagaimana sekolah-sekolah negeri ini akan punya contoh dan dasar evaluasi, dimana mereka akan pakai ini Juli nanti. Itu 2 minggu lagi, Pak!
8. Kepada bapak C, anda berbicara di forum formal, di depan para pendidik. Apalagi, anda sedang berbicara di lokasi sekolah. Bicaralah yang sopan. Mungkin tidak ada siswa di ruangan itu. Tetapi anda tahu itu acara formal yang di dalamnya anda menyanyikan lagu BAGIMU NEGERI sebagai pembuka dan dengan doa penutup yang begitu panjang. Anda bukan pelawak yang bahan jokesnya hanya materi berbau porno kan? Anda juga seorang pendidik, harusnya mengerti kapan dan dimana anda pantas berucap seperti itu.
9. Kepada Bapak menteri pendidikan, Bapak kepala badan PSDMPK dan PMP, juga kepada Bapak kepala PPPPTK TK dan PLB, tolong perhatikan hal-hal yang saya sampaikan di atas. Evaluasilah yang perlu dievaluasi. Jangan menutup mata. Kalau anda-anda masih akan menggunakan soal yang sama untuk pelatihan saya di bulan Juni, jangan pula sampai soal itu sudah anda upload dari April.
10.Kepada Bapak menteri pendidikan, Bapak kepala badan PSDMPK dan PMP, juga kepada Bapak kepala PPPPTK TK dan PLB, kalau mau kurikulum ini berjalan dengan baik, mari kita semua lakukan apapun yang perlu dilakukan sebaik mungkin. Tidak hanya sekedar berjalan. Selain itu, coba dipikirkan. Bagaimana guru-guru yang tidak memiliki dan tidak mahir menggunakan laptop/komputer untuk memproses nilai dan membuat deskripsi laporan? Kurikulum baru ini akan sangat menyulitkan jika mereka masih mengolah begitu banyak nilai dengan kalkurator dan menulis deskripsi yang juga banyak dengan tulisan tangan. Di kelas saya saja, banyak yang demikian. Mohon perhatiannya.
Tadinya sudah saya putuskan untuk diam saja. Toh sekolah saya tidak diharuskan memakai kurikulum ini. Atau bisa saja, pergantian presiden dan menteri dsb nya membuat ini berganti lagi. Tetapi, saya tulis dan publish juga pada akhirnya, karena bukan hanya saya yang kecewa dengan pelatihan itu. Dalam artikel ini, saya tidak menyebutkan nama, tidak pula menyertakan bukti apa-apa. Tetapi jika dibutuhkan, saya pastikan bahwa saya bisa tunjukkan bukti, bahkan saksi sekali pun.