Interferensi bahasa atau penyimpangan bahasa seringkali terjadi karena penggantian ragam atau bahasa dengan ragam atau bahasa lainnya. Kekeliruan akibat interferensi biasanya disebabkan oleh kebiasaan menggunakan ujaran bahasa pertama (dialek ibu) ke dalam bahasa kedua. Hal yang terjadi biasanya keliru dalam pengucapan, tata bahasa, kosakata, makna, bahkan budaya baik secara lisan maupun secara tulisan. Gejala terbesar yang diakibatkan oleh interferensi dari segi kemurnian bahasa terjadi pada tingkat apapun baik fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis, sehingga gejala ini dianggap penyakit yang harus dihindarkan karena merusak bahasa. Kesalahan yang diakibatkan bisa berupa kesalahan intrallingual (intralingual errors) atau kesalahan kompetensi yang disebabkan oleh penyamaan yang berlebihan (over extension of analogy) atas dua bahasa pertama dan kedua, pemahaman yang tidak lengkap atas struktur dan pola bahasa yang kemudian salah dalam penerapan (incomplete learning), dan asosiasi yang salah (incorrect association) yang disebabkan oleh pencampuradukan bahasa yang dipelajari sehingga bentuk yang dihasilkan menjadi keliru.Â
Analisis kontrastif dilakukan karena adanya asumsi penyimpangan bahasa pertama ke dalam bahasa kedua. Melalui pendekatan kontrastif ini diharapkan adanya pemahaman komparasi antara bahasa pertama dan kedua sehingga guru bisa mempersiapkan materi pengajaran dan mempertimbangkan interferensi yang akan muncul saat pembelajaran di kelas. Maka dari itu, cara yang perlu dilakukan guru adalah mendeskripsikan kaidah kedua bahasa, menyeleksi item-item tertentu yang mewakili perbedaan kedua bahasa, membandingkan perbedaan dan persamaan kedua bahasa, dan memprediksi dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang menjadi sebab terjadinya kesilapan.Â
Namun, bisa jadi langkah-langkah yang dilakukan guru untuk mencegah interferensi bahasa dengan mengkomparasi bahasa justru ditemukan hal-hal seperti:
1. tidak ditemukannya perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua.
2. fenomena konvergen pada dua item atau lebih dalam penyimpangan antara bahasa pertama dan bahasa kedua.
3. tidak ditemukannya struktur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua.
4. ditemukannya perbedaan distribusi antara bahasa pertama dengan bahasa kedua.
5. tidak ditemukan persamaan struktur antara bahasa pertama dan bahasa kedua.
6. ditemukannya fenomena divergen pada satu item tertentu dalam bahasa pertama menjadi dua item pada bahasa kedua.
Seringkali ungkapan Bahasa Inggris salah diucapkan karena terkena pengaruh dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Ungkapan yang sering muncul, seperti :