Mohon tunggu...
Aliva Rosdiana
Aliva Rosdiana Mohon Tunggu... Penulis - edupreneur

Sebagai seorang edupreneur, saya harus mengasah diri dengan meningkatkan kualitas diri agar menjadi seorang yang memberikan manfaat dalam dunia pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehidupan Bagaikan "Gambling"

24 Juni 2018   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2018   07:07 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percayakah Anda bahwa kehidupan itu bak gambling (perjudian) yang mana kita tidak tahu apa yang akan terjadi dan seolah-olah kita bertaruh akan terjadi kebaikan atau keburukan. Bisa nulis seperti ini gara-gara nonton film 'Dear Zindagi' (salam kehidupan). 

Betapa ceritanya hampir sama dengan yang kualami. Pertama, sejak kecil aku merasa dekat dengan nenek kakek karena aku pernah dititipkan mereka dalam kurun waktu agak lama hingga akhirnya aku sangat menyayangi nenek kakek. 

Mereka begitu sangat menyayangi ku pula. Kedua, aku takut diputus sehingga aku selalu mengalami kegagalan dengan laki-laki. Ketiga, aku selalu takut dan masa kecil hingga remaja merasa belum dan tidak punya jati diri. Hingga akhirnya aku menemukan jati diriku yang sebenarnya.

"Untuk merasa aman, pertama rasa takut itu harus hilang. Takut dibuang, takut sendirian."

Dan taukah kau, rasa takut ini kubawa sepanjang hidupku. Dan beban ini berakibat pada hubungan asmaraku kala itu dan hubungan dengan kelurgaku. Jadi kutinggalkan orang lain sebelum mereka meninggalkanku. 

Aku ingin bilang 'bye' sebelum mereka bilang 'bye'. Itu karena aku tak mau hadapi kepedihan itu lagi. Itulah kenapa aku harus meninggalkan ketakutan itu selamanya dengan cara memiliki pandangan bahwa mereka hanyalah orang biasa yang pasti berbuat salah kapan saja. 

Dulu saat aku masih muda dan labil mungkin sulit untuk memahami semuanya, tapi sekarang saat sudah dewasa setidaknya aku bisa mencoba."Jangan biarkan masa lalumu merenggut masa kinimu hingga hancurkan masa depanmu. 

Taukah kau, kegagalan pasti semua mengalaminya. Ketakutanku terhadap anak-anakku saat ini dan mungkin ketakutan ortuku kala itu terhadap aku jika mengalami kegagalan. 

Ada begitu banyak kegagalan dan itu yang kualami saat ini. Thanks, Dear Zindagi. You made my day. Hal yang bisa jadi pegangan hidup adalah, "apa yang kau tanam itu yang kau tuai." Hendaklah kita selalu menanam banyak kebaikan dengan banyak memberi dan memberikan cinta kasih. Segala kebaikan yang kita tanam akan kita peroleh balasan kebaikan itu. Begitupun sebaliknya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun