Mohon tunggu...
Aliva Rosdiana
Aliva Rosdiana Mohon Tunggu... Penulis - edupreneur

Sebagai seorang edupreneur, saya harus mengasah diri dengan meningkatkan kualitas diri agar menjadi seorang yang memberikan manfaat dalam dunia pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Seorang Ibu Harus Memilih Bekerja di Kantor atau di Rumah

9 Januari 2018   06:54 Diperbarui: 9 Januari 2018   12:06 3229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun kemudian masalah yang sama kembali muncul, saya kembali membaca buku parenting untuk mencari solusinya. Masalah pun telah saya temukan bahwa saya tidak boleh terlalu keras menuntut anak-anak untuk belajar. Saya sadar mungkin saya biarkan saja mereka untuk menonton TV dan bermain sepuasnya. Seperti yang dikutip dalam buku Chira bahwa menjadi ibu bukanlah suatu pertandingan sebagai ajang memamerkan anak, dan para ibu tidak usah kehilangan jati dirinya dalam perjalanan membesarkan anaknya. Hal ini menjadi kekhawatiran berlebih terhadap anak akan masa depannya terlalu berlebihan dan saya akan merubahnya.

 Saya tidak boleh terlalu membiarkan mereka karena mereka belum waktunya mandiri. Dan yang paling penting dan selama ini saya abaikan yaitu menjadi ibu yang peka. Peka disini yaitu memahami anak, dan tidak membiarkan anak melakukannya sendiri tanpa pantauan orang tua. Karena mereka belum saatnya. Hingga nanti saatnya mereka siap baru saya bisa melepaskannya. Akan tetapi, apakah sampai akhir hayatnya seorang ibu sanggup melepaskan anaknya dari genggamannya? Saya rasa tidak.

Solusi bagi ibu bekerja dengan tidak melepaskan pengasuhannya terhadap anak-anak adalah terus melakukan pemantauan baik lewat komunikasi jarak jauh maupun lewat pengasuhan orang lain. Jangan biarkan anak-anak kita lepas dari pemantauan karena mereka belum saatnya melangkah sendiri tanpa pegangan. Terus komunikasi dan tetap teguh pada peraturan. Terkadang seorang ibu seperti saya suka lengah dan akhirnya melanggar peraturan. Tegas itu perlu agar anak memahami bahwa baik di rumah maupun dimanapun mereka berada pasti ada peraturannya. Semoga dengan cara seperti ini seorang ibu bekerja tidak akan berpikir bahwa berkarir adalah sebuah kesalahan, karena pada dasarnya sama saja. Entah berkarir atau tidak, seorang ibu tetaplah memiliki kodrat seorang ibu yang mengasuh anaknya dan mengatur rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun