Mohon tunggu...
Ali Usman
Ali Usman Mohon Tunggu... Jurnalis televisi -

Pernah bekerja untuk koran Merdeka, IndoPos, Radar Bekasi, Harian Pelita, Majalah Maestro, Harian ProGol, Tribunnews.com (Kelompok Kompas Gramedia), Vivanews.com, kini di TVRI nasional. * IG aliushine * twitter @kucing2belang * line aliushine * blog www.aliushine.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan dan Sekeping Kenangan

12 Agustus 2016   10:28 Diperbarui: 12 Agustus 2016   11:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setahun terakhir, aku dan perempuan yang datang dari masa lalu itu sangat intens berhubungan lewat chatting dan saluran telepon. Seperti halnya kawan lama yang baru bertemu kembali, kami cepat akrab dan saling curhat. Aku sendiri beberapa kali sempat merasa khawatir suaminya bisa mencium gelagat kedekatan kami. Tapi perempuan itu, selalu memiliki strategi untuk memuluskan hubungan kami.

Perempuan itu mencubit lenganku. Aku hanya meringis. “Kamu tetap suka melamun. Kebiasaan buruk yang belum hilang rupanya,” perempuan itu kemudian mengambil ikatan rambut. Mengkuncir rambutnya, membiarkan lehernya yang putih itu terlihat. Beberapa kali setan berbisik. Mengajaku untuk mengatakan kepadanya, menyuruhnya untuk menceraikan suaminya itu. Tapi jelas aku tidak hiraukan. Biarlah kusampaikan itu padanya hanya dalam hati saja. Bukankah tidak ada jaminan pula dia akan lebih bahagia jika bersamaku.

Di luar gedung mewah itu, hari sudah beranjak malam. Tak terasa, rembulan pias mulai terlihat sepotong. Angin malam berhembus cepat. Kami sudah setengah hari lebih menghabiskan waktu bersama. Kurasa sejauh ini tidak ada satupun bagian yang membosankan. “Kau ingat saat pertama aku melihatmu? Kamu terlihat keren dengan jaket biru yang kau gulung hingga siku. Waktu itu ada pentas seni di sekolah. Dulu aku juga suka melihatmu dengan topi hijau tua yang kau bilang beli di Bandung itu. Kemana sekarang topi itu ya?” Perempuan itu membuka percakapan kembali. Aku tak menjawab. Aku hanya ingin menikmati momen-moment kebersamaan ini bersamanya.

Malam yang pudar perlahan berganti gelap. Tak ada cahaya datang. Laksana awan yang tertiup angin lalu hilang berganti hujan, gedung pusat perbelanjaan ini mulai sepi. Tapi kami rasanya tak jua bosan untuk bersama. Setelah 15 tahun tak bertemu, rasanya ini seperti mimpi yang terwujud di sore hari. Pantas saja susah untuk bisa terbangun dari mimpi ini.

Perempuan itu menggeser kursi, dan duduk tepat di sebelahku. Aroma parfum yang keluar dari badannya benar-benar membuat ingatanku melayang ke masa remaja dulu. Perempuan itu belum berubah. Masih seperti dulu. Bahkan wangi parfumnya masih sama seperti dulu. Seperti perempuan yang pernah menghiasi hari-hariku. Seperti perempuan yang pernah sangat kucintai. Tunggu dulu. Bicara soal cinta, mungkin hingga saat ini, aku pun masih mencintainya. Rasanya perasaan itu tak akan pernah lekang meski kami telah mengalami banyak peristiwa sepanjang perjalanan usia kami.

Aku hanya bisa tersenyum. Ingatanku kembali terlempar ke masa sekolah dulu. Entah kenapa, saat itu aku percaya, perempuan yang ada di sebelahku ini, benar-benar akan menjadi miliku seutuhnya. Akan menjadi istriku. Bukan malah menjadi istri orang lain. Tapi sudahlah. Cinta memang susah dijelaskan dengan logika. Sejauh ini aku cukup bersyukur, Tuhan kembali mempertemukan kami. Meski harus mencari moment yang tepat, meski harus menyesuaikan dengan segala kondisinya.

Tentu saja. Kami bukan lagi anak sekolah yang bisa seenaknya bertemu kapanpun dan dimanapun. Setidaknya butuh usaha keras untuk bisa membujuknya keluar rumah, meninggalkan sebentar urusan rumah tangganya, meninggalkan suaminya. Aku yakin, perempuan itu harus bersusah payah dulu untuk bisa menemuiku di tempat yang jauh ini. Setidaknya ia pasti akan mengarang cerita untuk bisa menenangkan suaminya, dan mendapat ijinnya untuk keluar rumah. Aku sendiri kaget. Tenyata suaminya sendiri yang kemudian mengantarkannya ke tempat ini, untuk menemuiku. Entah cerita apa yang sedang dikarang perempuan cantik ini kepada suaminya.

Angin berhembus menggoyangkan pepohonan. Hawa dingin mulai menusuk. Kami sudah berada di teras pusat perbelanjaan saat para pramuniaga mulai membereskan dagangannya. Beberapa pintu masuk bahkan sudah ditutup. Perempuan itu merapat ke arahku. Lama ia menatap barisan kendaraan yang hendak menuju loket pintu keluar. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Lalu tangan yang halus itu mulai menggenggam erat jemariku.

Malam kurasakan makin memudar. Ada pedar dalam kesunyiannya. Angin pun mendayu. Rebah pada batang-batang pohon kelapa yang menjadi saksi petang itu. Sungguh, hatiku berdesir. Genggaman tangan perempuan itu seketika telah mematahkan hatiku. Hingga samudera seolah membisu. Langit bergemuruh, daun-daun ikut terpaku.

Bagiku, pertemuan ini seperti membuka kunci hati yang telah lama kosong. Mati dalam kelam. Dan malam itu, kupandang lekat-lekat bola matanya. Tak lagi kuhindari tatapannya. Aku ingin memastikan apakah ada keraguan didalam bola matanya itu. Bukankah memang awalnya, aku berharap bisa menjadi malaikat yang datang memberi kesejukan untuknya. Yang menghapus air matanya dan membawanya ketempat yang tak lagi bayangan ketakutan itu mengejarnya. Dan kurasa, inilah saatnya.

Hujan perlahan turun membasahi jalanan. Matahari pagi tak begitu terik. Pantas kami bangun terlalu siang. Pelataran hotel tempat kami menginap masih sepi. Dari balik kaca jendela mobilku, perempuan itu lama terdiam memandang jalanan. Aku hanya tersenyum. Sepintas kulihat bening di sudut matanya perlahan mulai pecah. Entah apa yang dipikirkannya, aku tak peduli.(*)

 

Senayan, Juli 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun