Jadi saran saya kalau kalian masih mau menerjemahkan menggunakan GT, boleh saja tapi paling tidak punya kemampuan bilingual dari bahasa yang diterjemahkan dan juga pemaham linguistik dan budaya yang cukup. Atau jika memang terpaksa boleh saja menerjemahkan ke bahasa ibu untuk teks informatif karena kalian pasti memahami kaidah bahasa dan budaya dari bahasa ibu kalian. Kalau tidak tahu kan keterlaluan.
Untuk menerjemahkan ke bahasa lain yang tidak kalian kuasai baik kaidah linguistik dan budayanya lebih baik serahkan pada ahlinya apalagi jika kebutuhannya adalah untuk publikasi baik itu di jurnal, prosiding, maupun repository kampus. Jangan mentang-mentang Harari mengatakan bahwa suatu saat mesin akan mengalahkan kapasitas manusia dalam berbagai bidang dan memunculkan kelas baru, kelas manusia tidak berguna jadi kalian menganggap GT sudah cukup untuk menerjemahkan naskah penting yang bisa dibaca oleh banyak orang.
Hati-hati kawan, dulu skripsi dan thesis hanya tersimpan di perpustakaan yang jarang sekali dibaca orang. Sekarang semuanya terbit online dan masuk ke mesin pencarian Google yang bisa dibaca oleh orang di seluruh penjuru dunia. Daripada jadi aib seumur hidup lebih baik serahkan pekerjaan itu kepada kami para penerjemah yang sedang terhimpit oleh kebutuhan ekonomi yang semakin tidak tercukupi dan susahnya lapangan pekerjaan
Artikel ini pernah terbit di Terminal Mojok, 10 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H