Pasca perang dunia kedua menjadi titik balik kekuatan Yahudi. Pada tahun 1948 mereka mengokupasi Palestina dan memenangkan perang 6 hari di tahun 1967 melawan aliansi negara Arab.
Menurut Nafez Abdullah Nazzal, okupasi zionist Yahudi ini punya cerita tragis di 6 desa di wilayah Western Galilee Al Sumeiriya, AlBassa, Al-Zib, ALGhabisiya, Kabi, Al Birwa di mana penduduk di desa itu harus berhadapan dengan senjata-senjata modern tanpa perikemanusiaan. Di desa Al Gahbisiya seorang korban bernama Hussein Shehada mengingat kesedihannya, “saya kembali membawa sepotong selimut, bantal dan makanan untuk keluargaku. Saya tinggalkan desa ini di bawah pengejaran tentara Israel tanpa membawa apa apa” (Nazzal, Journal of Palestine Studies).
Peristiwa okupasi 1948 ini menurut Ilan Pappe, sejarawan Israel, adalah sebuah kebijakan terencana ethnic cleansing untuk mengusir dan membunuh warga Palestina(https://www.youtube.com/watch?v=fMHSdnRZoLc). Peristiwa ini dikenang oleh orang Palestina sebagai hari An-Nukbah (hari tragedi) menyisakan 700.000 warga terusir dari kota-kota serta desa-desa Palestina yang segera berubah menjadi negeri yang kosong.
Kaum zionist Yahudi dengan sinisme gagalnya asimilasi Yahudi di berbagai belahan bumi dan tragisnya pasca perang dunia menyatukan kekuatan memilih tanah Palestina sebagai national home untuk mengembalikan para diaspora Yahudi ke tanah kelahirannya berkumpul kembali secara eksklusif dalam wadah negara Yahudi independent bernama Israel yang berdiri sejak 1948. Alasan sepihak inilah yang dikatakan Chomsky sebagai argumen lemah dan justifikasi kosong para Zionist Yahudi mengokupasi Palestina (https://www.youtube.com/watch?v=yLRoyb-SPoQ..chomsky).
Karena tak punya alasan maka cara yang paling kuat mereka lakukan adalah jalan kekerasan dan jalan ketidakadilan terhadap bangsa Palestina yang lemah sebab sesungguhya mereka tak pernah punya hak atas Palestina sedikit pun, kata Edward Said ( https://www.youtube.com/watch?v=anOMM5S6NMw).
Di 2014 ini, ingatan-ingatan para Zionist Yahudi jauh menelisik ke konspirasi pembunuhan Yesus, antisemitisme, problem psikologis ke-Yahudia-an mereka persis seperti gejala kejiwaan; eksklusif, rasis, feodal hirarkis, dan tak berperikemanusiaan. Entah sampai kapan.
Akhir kata, Israel sebagai representasi kedigdayaan para Zionist Yahudi telah memperkosa paling tidak dua poin besar dalam 10 perintah Tuhan yang diagungkan kaum Yahudi yaitu jangan membunuh dan jangan menginginkan rumah saudaramu. Sejak 1948 hingga 2014, mereka masih membunuh dan merampas rumah Palestina. Ah.........inilah tragedi kemanusiaan. Alangkah bengisnya Israel, alangkah gelapnya zaman kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H