Remaja didefinisikan  sebagai  masa  transisi  yang  ditandai  oleh  adanya perubahan  fisik,  emosi  dan  psikis. Masa  remaja  juga  diartikan  sebagai  masa yang  rentan  dengan  perubahan  biologis,  kognitifdan  sosio-emosional(Karneli, Firman  &  Netrawati,  2018).  Perubahan  biologis  (perubahan  fisik)  remaja ditandai  oleh  permulaan  pubertas  dan  penghentian  pertumbuhan  fisik; perubahan kognitif pada remaja adalah perubahan dalam kemampuan berpikir secara abstrak; sedangkan perubahan sosial-emosional pada masa remaja adalah periode persiapan untuk menjadi dewasa, dimana remaja mulai berpikir tentang sekelilingnya dan mengekspresikan emosinya baik tingkah laku maupun tidak. Remajacenderung  berada  dalam  keadaan  labil  dan  memiliki  sifat emosional   dalam   hal   ini   dikarenakan   individu   itu   mengalami   banyak perubahan-perubahan  yang  berlangsung  cepat (Fitri,  Zola  &  Ifdil,  2018; Ifdil, Denich  &  Ilyas  2017)). Sifat  labil  merupakan  sifat  yang  biasa  dimiliki  oleh remaja. Sifat  labil  adalah  perasan/kejiwaan  seseorang  orang  yang  mudah berubah  dan  berlangsung  secara  tiba-tiba  (perubahan mood)  seperti  sering marah-marah  dan sedih dikarenakan sesuatu yang tidak jelas (Agustinus et al., 2023).
Kenakalan remaja dalam masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan- aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja dapat berupa: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, Â pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat- obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media massa (Sulaiman, 2023).
Model komunikasi orang tua dalam mengatasi kenakalan remaja di Kelurahan Soasio adalah bersifat otoriter, membatasi nilai kebebasan berpendapat, hubungan yang bersifat kurang terbuka, dan kurang saling menghargai perbedaan sikap dalam lingkungan keluarga, serta pendapat anak di nilai secara negatif,  kurang di beri kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dirinya dan di beri batasan-batasan dalam bersikap maupun bertindak, faktor pisikologi anak / kepribadian yang menghambat komunikasi orang tua, sangat di pengaruhi oleh faktor keteladanan orang tua maupun anggota keluarga lainnya yang dipraktekan dalam  kehidupan keluarga, faktor. metode pembiasaan yang dilakukan orang tua dalam kehidupan sehari-hari, faktor pengalaman dan latar belakang pendidikan orang tua dan faktor sosial ekonomi keluarga (Abdullah, 2017).
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal -- hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasa-nya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja (Multi Wijaya et al., 2023).
Media sosial dalam ranah kekinian merupakan sebuah era baru dalam hal sarana komunikasi yang semakin intensif dalam pemanfaatan kemajuan teknologi. Media sosial memiliki efektivitas untuk digunakan sebagai media promosi kesehatan. Media sosial memiliki dampak positif dan negatif, dampak negatif pun cukup banyak dirasakan terutama terjadi di kalangan anak usia sekolah misalnya beberapa bentuk kenakalan remaja yaitu salah satunya merokok pada remaja. Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia mengingat bahwa merokok adalah suatu kebiasaan yang sangat merugikan. Prevalensi merokok terus terjadi peningkatan terutama pada kalangan remaja. merokok di kalangan remaja disebabkan karena rasa ingin tahu atau mencoba-coba pengalaman baru, mencoba menghilangkan kejenuhan, ingin dianggap lebih jantan dan ingin diterima dikelompoknya (Multi Wijaya et al., 2023).
Dinamika perkembangan remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan signifikan, baik secara fisik, kognitif, maupun sosial-emosional. Masa ini merupakan jembatan antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana individu mengalami transformasi yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan Fisik Tumbuh kembang pesat: Pertumbuhan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan organ reproduksi terjadi dengan cepat. Perubahan hormonal: Perubahan hormon menyebabkan munculnya berbagai gejala fisik, seperti jerawat, suara yang berubah, dan pertumbuhan rambut (Handayani et al., 2020)
Kenakalan remaja merupakan masalah sosial yang kompleks dan seringkali menjadi perhatian banyak pihak. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja ini dapat berdampak buruk bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kenakalan remaja, antara lain:
- Faktor Individu:
- Masalah identitas: Remaja yang kesulitan menemukan jati diri cenderung mencari pengakuan melalui tindakan yang menyimpang.
- Perubahan hormonal: Perubahan hormon pada masa pubertas dapat menyebabkan emosi yang tidak stabil dan impulsif.
- Rendahnya harga diri: Remaja dengan harga diri rendah cenderung mencari perhatian dengan cara yang negatif.
- Masalah psikologis: Depresi, kecemasan, atau gangguan perilaku lainnya dapat mendorong remaja melakukan tindakan yang merusak.
- Faktor Keluarga:
- Komunikasi yang buruk: Kurangnya komunikasi yang terbuka dan efektif antara orang tua dan anak dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik.
- Disfungsi keluarga: Masalah dalam keluarga seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, atau masalah ekonomi dapat memberikan tekanan yang besar pada remaja.
- Kurangnya pengawasan: Pengawasan yang kurang dari orang tua dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk terlibat dalam perilaku berisiko.
- Faktor Lingkungan:
- Pengaruh teman sebaya: Tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hal-hal yang negatif dapat sangat kuat.
- Lingkungan yang tidak kondusif: Lingkungan yang penuh dengan kekerasan, kriminalitas, atau penyalahgunaan narkoba dapat meningkatkan risiko kenakalan remaja
- Media massa: Paparan media yang mengandung kekerasan, seks, dan konten negatif lainnya dapat memengaruhi perilaku remaja. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja. Kenakalan remaja dapat berupa: Kekerasan: Tawuran, vandalisme, bullying, dan kekerasan fisik lainnya. Penyalahgunaan narkoba: Penggunaan narkoba, alkohol, atau zat adiktif lainnya. Perilaku seksual: Seks bebas, kehamilan di luar nikah. Kenakalan di sekolah: Membolos, mengganggu pelajaran, dan tindakan indisipliner lainnya. Kejahatan: Pencurian, perampokan, dan kejahatan lainnya. Pencegahan Kenakalan Remaja. Untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat.
 Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Membangun hubungan yang kuat dengan remaja: Orang tua perlu meluangkan waktu untuk berkomunikasi, mendengarkan, dan memahami anak mereka.Memberikan pendidikan seks: Pendidikan seks yang komprehensif dapat membantu remaja memahami tentang kesehatan reproduksi dan membuat keputusan yang bijak. Menciptakan lingkungan yang kondusif: Sekolah dan masyarakat perlu menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung bagi remaja. Memberikan konseling: Konseling dapat membantu remaja mengatasi masalah emosional dan perilaku yang mereka hadapi. Melibatkan remaja dalam kegiatan positif: Ajak remaja untuk terlibat dalam kegiatan yang positif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial (Anjaswani et al., 2020).
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah perilaku yang secara global bersifat serius dan kompleks sehingga harus segera diatasi. Dalam penanganan tersebut diperlukannya kerjasama oleh semua pihak dimulai dari masyarakat, bangsa dan negara. Penyalahgunaan narkoba ini telah menyebar di semua kalangan usia, jenis kelamin, anak-anak, remaja, orang dewasa dan strata sosial (Sujarwo & Artanti, 2024).
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa ikatan pernikahan. Seks bebas menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja, seperti: psikologis, fisiologis, sosial, fisik dan penularan penyakit menular seksual. Secara alamiah dorongan seks pada remaja merupakan hasil dari perubahan karena. Keinginan yang tidak terkendali membuat remaja terjerumus dalam pelacuran, seks bebas terlarang, seks pranikah, dan berbagai akibat negatif lainnya, termasuk aborsi (Bachruddin et al., 2017).