Mohon tunggu...
Alisya Aninda
Alisya Aninda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

ISTJ

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penerapan Teknologi Hijau dalam Mengurangi Polusi Udara di Kota-kota Besar

28 Desember 2024   00:15 Diperbarui: 27 Desember 2024   23:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polusi udara merupakan masalah global yang berdampak serius terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 90% populasi dunia tinggal di daerah yang kualitas udaranya di bawah standar aman. Kota-kota besar, sebagai pusat kegiatan ekonomi dan populasi, merupakan sumber utama polusi udara. Di Indonesia, kota-kota seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung menghadapi tantangan besar dalam memerangi polusi udara. Kemajuan teknologi memberikan peluang untuk memecahkan masalah ini menggunakan teknik ramah lingkungan. Teknologi hijau mencakup berbagai inovasi yang bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti teknologi energi bersih, transportasi ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah yang efisien.

Sumber Polusi Udara di Kota-kota Besar

Polusi udara di kota-kota besar biasanya mempunyai beberapa penyebab utama. Proporsi terbesar dari hal ini disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, aktivitas industri menghasilkan emisi gas rumah kaca dan partikel pencemar dalam jumlah besar. Pembakaran sampah secara terbuka, termasuk plastik, juga menghasilkan polutan berbahaya yang mencemari udara. Urbanisasi yang pesat akibat pembangunan infrastruktur yang merusak lingkungan juga memperburuk kualitas udara. (Sumber: WHO, 2023; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, 2023).

 

Teknologi Hijau sebagai Solusi

Teknologi ramah lingkungan menawarkan berbagai solusi efektif untuk mengurangi polusi udara di kota-kota besar. Salah satu langkah utamanya adalah pengembangan kendaraan listrik (EV) yang menggunakan baterai sebagai sumber energinya sehingga tidak mengeluarkan emisi. Pemerintah dapat mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui subsidi, pembangunan stasiun pengisian, dan insentif pajak. Selain itu, pengembangan transportasi umum berbasis energi terbarukan, seperti bus listrik dan kereta api bertenaga hidrogen, dapat mengurangi jumlah mobil pribadi di jalan raya. Di sisi lain, penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan biomassa juga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Teknologi seperti panel surya dapat dipasang di gedung perkantoran, sekolah, dan rumah untuk memenuhi kebutuhan energi secara berkelanjutan.  

Pembangunan infrastruktur hijau, seperti taman kota, hutan kota, dan atap hijau, menyerap polutan udara, menghasilkan oksigen, dan membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan. Ruang terbuka hijau berperan sebagai penyerap karbon dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, penerapan sistem manajemen lalu lintas berbasis teknologi digital seperti Intelligent Transport Systems (ITS) dapat mengoptimalkan lalu lintas dan mengurangi emisi kendaraan. ITS menggunakan sensor, kamera, dan software untuk memantau kondisi lalu lintas secara real time, meminimalkan kemacetan dan mengurangi polusi udara secara signifikan.

Tantangan dalam Implementasi Teknologi Hijau

Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan di kota-kota besar menghadirkan beberapa tantangan. Biaya akuisisi yang tinggi merupakan salah satu kendala utama, karena investasi awal pada teknologi ramah lingkungan seringkali tinggi. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya teknologi ramah lingkungan dalam mengurangi polusi udara membuat penerapannya menjadi sulit. Infrastruktur yang tidak memadai, seperti jaringan listrik, untuk mendukung kendaraan listrik juga menjadi kendala. Selain itu, kebijakan dan peraturan yang tidak mendukung penerapan teknologi ramah lingkungan secara penuh seringkali menghambat pengembangan inovasi di sektor ini. Oleh karena itu, penerapan teknologi ramah lingkungan yang efektif di kota-kota besar memerlukan strategi komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.

Kesimpulan

Teknologi ramah lingkungan mempunyai potensi besar untuk mengurangi polusi udara di kota-kota besar. Untuk mencapai manfaat maksimal diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Kita perlu meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan, dengan langkah-langkah untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik melalui subsidi dan insentif pajak. Selain mengedukasi masyarakat akan pentingnya teknologi ramah lingkungan, kita juga harus fokus pada pengembangan infrastruktur hijau dan perluasan ruang terbuka hijau. Dengan pendekatan terpadu dan komitmen yang kuat, kota-kota besar dapat mengurangi polusi udara secara signifikan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Daftar Pustaka

  • WHO. (2023). Global Ambient Air Quality Database. World Health Organization.
  • Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. (2023). Laporan Kualitas Udara Nasional.
  • International Energy Agency. (2023). The Role of Electric Vehicles in Urban Sustainability.
  • United Nations Environment Programme (UNEP). (2023). Green Infrastructure for Sustainable Cities.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun