Semarang – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Masyarakat Peduli Stunting (MASLINTING) dari Universitas Diponegoro telah mengambil inisiatif penting dalam menyoroti persoalan serius yang berkaitan dengan isu stunting. Dalam upaya pengentasan stunting, mahasiswa KKN Tematik MASLINTING secara khusus melaksanakan sosialisasi tentang kemungkinan risiko stunting yang ditimbulkan oleh pernikahan dini (28/12/2023).
Pernikahan dini merujuk pada proses pernikahan yang terjadi pada usia dibawah batas yang ditetapkan oleh regulasi yang berlaku. Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Sosialisasi “Menuju Generasi Tanpa Stunting: Membangun Kesadaran Remaja akan Dampak Pernikahan Dini pada Pertumbuhan Anak #StopPernikahanDini” merupakan langkah awal dari kampanye sosial yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran para remaja tentang hubungan erat antara pernikahan dini dan isu stunting pada anak-anak. Sasaran audiens dalam kegiatan ini adalah para remaja Kelurahan Jabungan yang berusia di bawah 19 tahun.
Apakah benar ada Hubungan Pernikahan Dini dan Stunting?
Fakta mengatakan bahwa sebesar 43,5% kasus stunting di Indonesia terjadi pada anak berumur di bawah tiga tahun (batita) dengan usia ibu 14-15 tahun, sedangkan 22,4% dengan rentang usia 16-17 tahun. Jadi, artinya apa? Artinya, ibu yang berusia sangat dini dalam melahirkan akan besar kemungkinannya bahwa anak tersebut terkena stunting.
Kaitan lainnya, para remaja masih memerlukan asupan gizi optimal hingga usia 21 tahun. Namun, jika mereka menikah pada usia remaja, situasi tersebut dapat menyebabkan persaingan nutrisi antara tubuh ibu dan janin yang dikandungnya. Jika ibu hamil tidak mendapatkan nutrisi yang mencukupi, risiko bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) dan terkena stunting pada pertumbuhan anak akan meningkat.
Realitas Pernikahan Dini di Semarang
Di tahun 2021, ada 259 remaja yang melakukan pernikahan dini di Kota Semarang. Di Maret 2023 sudah ada 42 remaja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Kelurahan Jabungan, mereka menyatakan bahwa tingkat pernikahan dini di daerah Jabungan juga masih terbilang tinggi.
Sosialisasi dan Kampanye Sosial untuk Bangun Kesadaran
Pelaksanaan sosialisasi dan kampanye sosial “Menuju Generasi Tanpa Stunting: Membangun Kesadaran Remaja akan Dampak Pernikahan Dini pada Pertumbuhan Anak #StopPernikahanDini” ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat pernikahan dini di Kota Semarang maupun daerah Jabungan.
Pemaparan dimulai dengan memberikan informasi apa yang dimaksud oleh pernikahan dini, hubungan pernikahan dini dengan risiko terjadinya stunting, dampak negatif yang akan diterima oleh calon ibu dan anak, serta pentingnya menunda pernikahan bagi remaja.
“Pesan dari saya, diadakannya penyuluhan untuk mencegah pernikahan dini harus terus dilakukan karena demi diwujudkannya Indonesia emas di tahun 2045 sehingga kita juga perlu SDM yang berkualitas. Penyuluhan terkait pernikahan dini bisa menambah wawasan kita tentang bahaya yang bisa disebabkan oleh pernikahan dini, contohnya risiko stunting dan kemiskinan” ungkap Saka, salah satu remaja Kelurahan Jabungan.
Harapan dari kegiatan ini adalah agar kesadaran para remaja khususnya daerah Jabungan mengenai dampak pernikahan dini pada pertumbuhan anak semakin mendalam, baik dalam pemikiran maupun perilaku remaja. Melalui pendekatan “Menuju Generasi Tanpa Stunting” dan pesan #StopPernikahanDini, diharapkan remaja dapat memahami bahwa keputusan tersebut dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan anak di masa depan.
Semoga melalui upaya ini, tercipta generasi yang lebih kuat, bebas dari stunting, dan bagi remaja perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang setara untuk tumbuh dan berkembang.
Penulis: Alisya Cahya Namira
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing Lapangan: Nikie Astorina Yunita Dewanti, S.KM, M.Kes
Lokasi: Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H