Mohon tunggu...
Ali Sodikin
Ali Sodikin Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Masalah Sosial Politik, Dosen Ilmu Komunikasi

Pemerhati Masalah Sosial Politik , mantan aktivis HMI, twitter: @alikikin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Capres Alternatif

5 Agustus 2018   12:38 Diperbarui: 5 Agustus 2018   13:26 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ketika Anies menutup tempat prostitusi Alexis, pendukung Jokowi (Ahok) teriak itu langkah politik. Padahal Alexis adalah janji Anies saat kampanye, dan Ia tunaikan tak lama setelah Ia menjabat. Awal Tahun 2018, Anies melakukan ground breaking hunian DP 0 di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, para supporter Ahok meledek bahwa itu akan sulit terealisasi. Lalu, Ketika Anies hadir sendiri dan menyegel hampir seribu bangunan di Pulau Reklamasi, yang menjadi penyegelan terbesar sepanjang sejarah Jakarta, Ia lagi-lagi dituduh tengah mengambil langkah politik.

Anies adalah pemimpin politik, lahir dari sebuah proses politik. Kita semua meyakini bahwa langkah politiklah yang bisa membuat Jakarta bisa lebih baik seperti hari ini. Jadi, tak ada yang salah jika Anies mengambil langkah politik. Justru kita perlu bertanya jika Anies tak menjadikan langkah politk sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan keadilan di Jakarta.

Hari ini terpampang dengan jelas, bahwa ada semacam kekuatiran  bagi kubu Joko Widodo, apapun yang dilakukan Anies adalah antitesa keberhasilan  mereka. Karena itu label gagal harus selalu distempelkan ke Anies. Secara sederhana, para pendukung Ahok (yang notabene adalah pendukung Joko Widodo) selalu melihat keberhasilan Anies sebagai pengurang dari elektabilitas Jokowi.

Maka, gempur, jangan kasih ampun. Maka tak heran, pernah ada sebuah kicauan di twitter yang diposting oleh pendukung Jokowi, isinya sama : hoax bahwa Anies melanjutkan Reklamasi. Siapa yang nge-twit ?  sebut saja Addie MS, Gunawan Muhammad, Yunarto Wijaya, Chico Hakim, Saiful Mujani, dan banyak lagi.

 

Maka, dari pihak yang ingin perubahan,  membahas bahwa  Pilpres 2019,  bukan hanya  momentum untuk bertarung di Arena Pilpres. Tetapi saat yang tepat untuk mengalahkan Jokowi. Pilpres 2019 tidak sekedar  momentum untuk bertarung saja, tetapi bertarung untuk menang. Lalu bagaimana mewujudkannya? Kita harus sepakat, bahwa menghadirkan Antitesa Jokowi sebagai lawan adalah faktor kunci untuk merebut kursi Presiden.

 

Oposisi pemerintah perlu memikirkan, menimbang Anies Baswedan untuk menjadi lawan yang setara bahkan lebih kuat dari Jokowi. Anies memiliki semuanya, elektabilitas, pendukung yang kuat di akar rumput dan jiwa kepemimpinan yang tidak khianat. Ingat minggu lalu, Anies berkata "Saya tidak ingin menjadi daftar orang yang mengkhianati promotornya". Anies hanya perlu dukungan dari Prabowo dan Parpol untuk menjadi penantang Jokowi.

 

Di akhir tulisan ini, mari kita sama-sama menunggu, apakah Prabowo akan rasional ingin Joko Widodo kalah, atau dia tetap ingin masuk arena dan membiarkan Jokowi melenggang dua periode. Kita tunggu saja. (-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun