Bahkan setelah Sidang Umum MPR, Menhankam/Pangab saat itu,  Jenderal Wiranto  memanggil SBY. Bersama Wakil  Panglima TNI Laksamana Widodo AS, SBY menghadap Wiranto. " Saya akan segera meninggalkan TNI, dan mendapatkan tugas lain  Laksamana Widodo AS akan dipromosikan menjadi Panglima TNI ", kata Wiranto.
Wiranto juga menyampaikan  rencana pergantian KSAD Jenderal TNI Subagyo Hadisiswoyo." Karena Anda Letnan Jenderal yang paling siap, Anda akan saya tugaskan menjadi KSAD," kata Wiranto kepada SBY. Sebagai prajurit profesional  SBY merasa bangga bila menjadi KSAD. Tiada kebahagiaan dan kepuasan lain bagi seorang prajurit, kecuali mengabdikan sepenuhnya di satuan hingga menjadi Kepala Staf Angkatan.
Namun apa daya, skenario  Mabes ABRI, porak poranda di tangan Gus Dur. Obsesi SBY untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, terkubur dalam-dalam. Gus Dur sebagai Presiden ternyata  punya pertimbangan dan pilihan lain.   Â
Mengenang peristiwa itu, SBY mengisahkan," saya terkejut mendengar informasi akan menjadi Mentaben. Sebagai prajurit , saya tidak dapat menolak, dan tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali menerima penugasan tersebut. Seluruh peluang saya untuk mengabdikan diri kepada TNI secara paripurna hingga masa pensiun hilang sepenuhnya. Saya benar-benar terpukul dan sedih, karena dengan menjadi menteri berarti harus pensiun lima tahun lebih cepat, saya tidak bisa berbuat lebih banyak untuk TNI AD dan juga TNI secara keseluruhan. Dengan berat hati, saya harus meninggalkan TNI. Inilah yang membuat saya sangat sedih."
SBY kemudian menghubungi bapaknya di Pacitan. " Rasanya berat sekali kalau saya harus meninggalkan TNI sekarang. Saya sebenarnya tidak siap, pak. Saya ingin mengabdi secara paripurna di TNI," kata SBY. " Ya diterima saja Sus. Kamu harus tulus dan ikhlas. Karena setiap pengabdian kepada bangsa dan negara, bisa dilakukan dimana saja, dan pengabdian itu sama saja,"nasehat sang ayah.
SBY pada akhirnya menerima penugasan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi. Ia tulus menerimanya, sekalipun ia sendiri tak mampu menghapus kesedihan dalam hatinya. Ia harus segera pensiun. Obsesinya untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat musnah sudah. Langkah the rising star terganjal. Ia pensiun dengan pangkat Jenderal Bintang Tiga. Meski pada akhirnya mirip dengan jejak sang mertua, Sarwo Edhie Wibowo yang mendapat  Jenderal Kehormatan dari Soeharto. Pada tahun 2000, SBY dianugerahi  pangkat Jenderal Kehormatan Bintang Empat oleh Gus Dur.
Namun peristiwa demi peristiwa, perjalanan seorang SBY dalam dunia politik justru semakin meroket. Dengan ketekunan, kerja keras dan terus berbenah, melalui dukungan dan kekuatan Partai Demokrat, SBY akhirnya menjadi orang nomor satu di Republik ini dengan menjadi Presiden keenam Indonesia pada tahun 2004. Langkahnya kian tak terbendung ketika SBY maju untuk pencalonan Presiden periode kedua tahun 2009. SBY menang mutlak dengan perolehan suara dukungan rakyat Indonesia lebih dari 60 persen. SBY, Oleh politik terhadang, karena politik melenggang ke Istana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H