Sastra telah lama lahir dan berkembang di tanah Indonesia. Saat ini, terdapat begitu banyak karya sastra yang dapat kita nikmati dan jelajahi. Jenis karya sastra yang sering kita jumpai salah satunya yaitu puisi. Puisi merupakan karya sastra yang ditulis sebagai bentuk ekspresi pengarang yang didalamnya memuat kata-kata indah dan penuh makna. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Waluyo (dalam Dani, 2013:9), puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Puisi menjadi karya sastra yang paling unik karena tercipta dari imajinasi serta memuat pengalaman dari penyairnya yang kemudian dianalogikan ke dalam bahasa yang indah. Puisi sebagai karya sastra tentu dapat dikaji untuk membuat karya tersebut lebih dihayati dan dimaknai oleh pembaca. Dalam mengkaji sebuah karya sastra, diperlukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakteristik karya sastra yang akan dikaji. Terdapat beragam pendekatan dalam mengkaji sastra, salah satu diantaranya yaitu pendekatan objektif yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini.
Pendekatan objektif atau dikenal juga dengan pendekatan struktural adalah pendekatan yang lebih memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Lebih lanjut, Welek & Waren (1990) mengemukakan pendekatan objektif sebagai pendekatan intrinsik karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendekatan objektif berupa pendekatan dalam mengkaji atau menganalisis sastra dalam hal ini puisi, yang didasarkan pada puisi itu sendiri tanpa melihat penyair, pembaca maupun realitas yang ada.
Puisi yang akan kita kaji yaitu puisi Tiada karya Joko Pinurbo. Penyair ternama asal Yogyakarta ini namanya tentu sudah tak asing lagi di telinga penikmat sastra. Penulis yang biasa dikenal dengan sapaan Jokpin ini terkenal dengan ciri khasnya dalam menulis puisi yang cenderung nyeleneh namun tetap digemari bagi penikmatnya. Salah satunya pada puisi berjudul Tiada yang terdapat dalam antologi puisi "Kekasihku" karyanya yang diterbitkan pada tahun 2004.Â
Berikut ini merupakan isi dari puisi Tiada karya Joko Pinurbo:
Tiada
Tiada pengembara yang tak merindukan
sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada
di balik iklan yang ia baca di perjalanan
Tiada rumah yang tak merindukan seorang ibu
yang murah berkah, bahkan jika ibu tinggal ada
di bingkai foto yang mulai kusam.
Lebih baik punya ibu daripada punya rumah,
kata temanku yang rumahnya konon baru enam
sementara sosok ibunya belum juga ia temukan.
Ya lebih baik punya keduanya, kata saya,
dan entah mengapa air matanya leleh perlahan.
Dalam mengkaji puisi Tiada karya Joko Pinurbo melalui pendekatan objektif ini dapat dilihat dengan menganalisis struktur fisik dan struktur batin puisi tersebut. Berikut hasil analisisnya:
1. Struktur Fisik
a. Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata sehingga puisi memiliki nilai estetika yang tinggi. Dalam puisi "Tiada" karya Joko pinurbo, analisis diksi yang dipilih pada kutipan larik berikut: Tiada pengembara yang tak merindukan, sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada di balik iklan yang ia baca di perjalanan.
Dari kutipan larik puisi tersebut terdapat kata pengembara dan rumah. Pengembara yang dimaksud disini adalah seseorang yang tidak memiliki tempat tinggal atau pekerjaan tetap. Sedangkan, rumah yang dimaksud bukan hanya dari segi fisiknya sebagai sebuah bangunan saja, namun juga dari segi psikologis yang bermakna kehangatan dari sebuah keluarga yang dapat membuat seseorang merasa aman dan nyaman berada di dalamnya.
b. Pencitraan
Pencitraan merupakan gambaran kepada pembaca agar seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami hal-hal yang terkandung dalam puisi. Pencitraan yang digunakan dalam puisi ini adalah pencitraan penglihatan melalui indra penglihatan yaitu mata, sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat hal yang tertulis secara nyata. Hal ini terdapat dalam larik Tiada pengembara yang tak merindukan sebuah rumah danpada larik Kata temanku yang rumahnya konon baru enam.
c. Majas
Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan sebuah karya sastra dan menimbulkan konotasi tertentu. Dalam puisi Tiada ini, majas yang digunakan adalah majas hiperbola. Majas hiperbola berarti majas yang menggunakan ungkapan yang berlebihan dan tidak masuk akal. Majas hiperbola dalam puisi ini terdapat pada larik kata temanku yang rumahnya konon baru enam dan pada larik dan entah mengapa air matanya leleh perlahan.
d. Tipografi
Tipografi adalah seni atau teknik penataan huruf, kata, atau baris dalam puisi. Pada puisi ini, tipografi yang digunakan berbeda dari biasanya di mana terdapat penggunaan huruf kapital hanya pada awal kata di baris baru saja dan huruf yang lainnya hanya menggunakan huruf kecil. Selain itu, didalam puisi ini pun memiliki tanda baca koma dan titik dalam penulisannya.