[caption id="attachment_306948" align="aligncenter" width="780" caption="Edhi Baskoro Yudhoyono (foto : kompas.com)"][/caption]
Sebenarnya kiprah Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas di ajang politik tak ada yang luar biasa. Karir politiknya pun tak mumpuni, dan keberadaannya di Partai Demokrat dengan jabatan Sekretaris Jenderal juga tak ditempuh melalui proses jenjang kaderisasi, Yang luar biasa dari Ibas adalah karena dia seorang putra kandung Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI yang masih menjabat sampai saat ini, sehingga sosoknya jadi perhatian dan mendapat perlakuan istimewa.
Di lingkungan Partai Demokrat, perhatian dan perlakuan istimewa terhadap Ibas lebih nyata terlihat. Dan itu juga tak lepas karena faktor ayahnya sebagai pendiri dan pemimpin tertinggi di Partai Demokrat. Jabatan Sekretaris Jenderal yang dipegangnya di usia yang sangat mudah, dan baru seumur jagung menghuni Partai Demokrat adalah manifesto dari perlakuan istimewa yang diterimanya di Partai Demokrat
Kebanyakan politisi di Partai Demokrat, bahkan politisi seniornya, selalu berupaya cari perhatian alias ambil muka dan angkat telor dihadapan SBY, salah satunya memberi perlakuan istimewa terhadap putra bungsu SBY tersebut. Pembelaan terhadap Ibas ketika mendapat kritikan dan sorotan juga sangat berlebihan diperlihatkan para politisi Partai Demokrat.
Perlakuan istimewa terhadap Ibas di Partai Demokrat, memang sudah tampak sejak awal dia masuk Partai tersebut. Pertama sekali masuk Partai Demokrat dia langsung menjadi caleg DPRRI pada Pemilu 2009 melalui Daerah Pemilihan VII Jawa Timur yang meliputi Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan dan Ngawi. Salah satu daerah di dapil tersebut yaitu Pacitan merupakan kampung halaman SBY. Faktor Presiden SBY yang saat itu masih mendapat simpati besar rakyat, membuat Ibas terpilih dengan suara terbanyak di Indonesia. Tak lama setelah aktif di DPR RI, Ibas dimasukkan dalam struktur kepengurusan DPP Partai Demokrat sebagai Ketua Departemen Kaderisasi. Kemudian pada Kongres Partai Demokrat di Bandung Tahun 2010, Ibas yang masih seumur jagung menghuni Partai Demokrat di plot menjadi Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat mendampingi Anas Urbaningrum yang terpilih menjadi Ketua Umum DPP. Dengan jabatannya itu, pria kelahiran 24 November 1980 itu pun menorehkan rekor sebagai Sekretaris partai politik termuda.
Aktivitas Ibas ketika menjadi anggota DPR RI pun juga tak menonjol. Nyaris tak pernah terdengar suara lantang yang keluar dari mulut Ibas pada saat rapat-rapat ataupun sidang di DPR. Bahkan Ibas termasuk salah satu legislator yang kerap bolos mengikuti agenda rapat dan persidangan. Setahun yang lalu, dia mundur dari keanggotaan DPR RI, tak lama setelah tertangkap kamera menekan absensi tapi tak masuk pada acara rapat di DPR RI.
Jika di negara Monarkhi, maka sebagai anak kepala negara Ibas akan dijuluki sebagai pangeran. Meskipun negeri ini negara republik, tak menjadi hal yang krusial kalau penulis dalam konteks tulisan ini menjuluki Ibas sebagai pangeran. Dia anak seorang kepala negara yang tengah berkuasa, dan dapat perlakuan istimewa, serta kerap berada di lingkungan istana. Dan memandang dari sisi perlakuan istimewa yang diraihnya, meskipun Ibas anak kepala negara di negara republik, penulis merasa wajar mengkiaskan sosok Ibas ibarat seorang Pangeran. Pangeran Edhi Baskoro Yudhoyono.
Julukan Pangeran yang penulis sematkan kepada Ibas dalam konteks tulisan ini. bukanlah berarti Pangeran yang dimaknai sebagai calon pemegang takhta kekuasaan negara secara turun temurun sebagaimana lazimnya di negara monarkhi. Penulis hanya meilhat sisi perlakuan keistimewaan yang didapat Ibas baik sebagai anak kandung Presiden dan sebagai politisi dan elit di partai yang di pimpin ayahnya.
Sejujurnya kalau dicermati, posisi Ibas sebagai Sekjen Partai Demokrat yang notabene merupakan jabatan orang kedua, lebih tepat mem-pantaskan dirinya dijuluki sebagai seorang Pangeran di Partai Demokrat. Apalagi jabatan Ketua Umum yang notabene merupakan jabatan orang pertama di Partai Demokrat, saat ini dipegang oleh ayahnya yaitu SBY. Dua jabatan tertinggi di Partai Demokrat yang dipegang oleh ayah dan anak secara bersamaan, sangat pantas dikategorikan sebagai dinasti kekuasaan. Tak bisa juga dinafikan kalau kondisi dan posisi Ibas demikian, adalah indikator kuat adanya proyeksi menjadikan Ibas sebagai calon atau ahli waris pemegang pucuk pimpinan di Partai Demokrat.
Sebagai putra kandung Presiden SBY, ditambah lagi posisinya sebagai politisi, mantan anggota DPR RI dan Sekretaris Jenderal partai Demokrat sekaligus tanden ayahnya meminpin Partai Demokrat, maka wajar jika Ibas jadi perhatian publik. Sebagai anak presiden sekaligus sebagai politisi, wajar pula jika lensa kamera para paparazzi selalu mengarah kepadanya. Gestur, gaya dan performa Ibas, dan secuil apapun tentang diri dirinya akan tetap jadi pusat perhatian. Informasi tentang Ibas maupun penampilannya jadi objek amatan, oleh siapa saja, baik kalangan pencari berita maupun orang-orang yang memang hobbinya tukang mengamati. Di alam demokrasi blak-blakan seperti sekarang ini sosok seorang Ibas termasuk salah satu sasaran utama untuk dipantau, terutama untuk disoroti dan dikritik, apalagi ketika ada sisi negatif yang terkait dengan aktivitas dan sosok Ibas .
Memang kiprah Ibas sejak menjadi politisi, selalu diwarnai kritikan dan sorotan. Kritikan dan sorotan terhadap Ibas juga sangat intens. Tingginya frekwensi sorotan dan kritikan terhadap Ibas, tak terlepas karena posisi ayahnya sebagai Presiden dan Pemegang kekuasaan tertinggi di Partai penguasa tersebut. Kondisi Partai Demokrat yang tengah tersuruk dan terpuruk, dimana Ibas menduduki posisi strategis di partai itu, juga menjadi salah satu penyemangat untuk mengkrtik dan meyoroti sosok Ibas berikut kinerjanya.
Keberadaannya di Partai Demorkat sempat membuat dia dituding sebagai politisi karbitan. Perkawinannya dengan putri Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang juga Menko Perekonomian Hatta Radjasa dinilai banyak kalangan sebagai perkawinan politik. Aktivitasnya saat menjadi anggota DPR juga kerap mendapat sorotan. Dia termasuk jajaran anggota DPR yang paling banyak bolos. Pengunduran dirinya dari DPR pasca tertangkap kamera bolos dari sidang DPR, dan kemudian mencaleg lagi pada Pileg 2014 juga menjadi cibiran banyak kalangan.
Tak hanya kritikan dan sorotan, menurut versi keluarga SBY, Ibas termasuk sosok yang sering kena fitnah. Bahkan SBY sendiri, sebagaimana dicurhatkannya dalam buku yang baru diluncurkan berjudul “Selalu Ada Pilihan” , bahwa putra bungsunya Edhi Baskoro Yudhoyono adalah anggota keluarganya yang paling sering di fitnah. “Tampaknya disamping saya, Ibas lah yang paling sering dihujani fitnah dan pergunjingan. Seperti tak ada habis-habisnya. Isteri saya sering menitikkan air matanya mendengar betapa tiada hari tanpa fitnah bagi Ibas” curhat SBY dalam bukunya tersebut.
Memang sorotan terhadap Ibas selalu menjadi perhatian. Dari sejumlah sorotan terhadap Ibas, yang menarik yaitu soal pakaian Ibas. Suami Aliyah yang selalu memakai baju lengan panjang sempat jadi pergunjingan di dunia maya melalui media social. Karena sang pangeran Ibas kerap memakai baju lengan panjang, maka lengannya dicurigai memiliki tato dan penuh goresan silet tanda pengguna narkoba, Soal baju lengan panjang sang pangeran pun sempat jadi polemik antara Ibu Ani dengan sejumlah pengguna media sosial di dunia maya.
Soal Kasus korupsi Proyek Hambalang yang membuat sejumlah politisi Partai Demokrat indekost gratis di sel KPK, juga mengaitkan nama sang pangeran berlengan panjang tersebut. Mantan anggota DPR RI itu, diduga menerima aliran dana proyek Hambalang sebesar 200.000 Dollar AS. Hal itu terungkap berdasarkan pengakuan Yulianis mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai usai bersaksdi di persidangan kasus korupsi Hambalang 14 Mei 2013. Pernyataan Yuliani itu pun menggurita dan jadi isu hangat. Ibas melaporkan Yulianis ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Sebelumnya nama Ibas juga disebut-sebut menerima uang dari Proyek Hambalang berdasarkan dokumen yang pernah beredar pada tanggal 28 Fenruari 2013, di kalangan wartawan yang bertugas di DPR RI Senayan Jakarta, beredar selebaran dokumen laporan keuangan milik PT Anugrah Nusantara milik Nazaruddin. Dalam selebaran itu tertera bahwa Ibas menerima uang 900.000 Dollar AS, yang diterima sebanyak empat kali. Tanggal 29 April 2010 sebanyak dua tahap yaitu 500.000 Dollar AS, dan 100.000 Dollar AS. Lalu tanggal 30 April 2010 juga dua tahap yaitu 200.000 Dollar AS dan 100.000 Dollar AS. Dan kemungkinan 200.000 Dollar AS seperti pengakuan Yulianis merupakan bagian dari 900.000 Dollar AS yang diterima Ibas. Karena dalam selebaran yang beredar ada disebutkan Ibas menerima 200.000 Dollar AS.
Sebulan sebelum Anas Urbaningrum ditahan KPK terkait Kasus Korupsi Proyek Hambalang, kembali persoalan 200.000 Dollar AS, munciut ke permukaan, Pernyataan Yulianis bahwa Ibas ada menerima 200.000 Dolar AS dalam persidangan direspon Ketua KPK Abraham Samad saat acara Refleksi Akhir Tahun Pekan Politik Kebangsaan di Kantor Internationel Confrence of Islamic Scholars (ICIS) di Jakarta (12 Desember 2013). Abraham menyebut Yulianis aneh, karena keterangan terkait nama Ibas hanya dilontarkan dalam persidangan tak pernah dikatakannya secara resmi saat di periksa KPK untuk dimasukkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Pernyataan Abraham itupun dibantah Yulianis, dia pun mendatangi Gedung KPK 18 Desember 2013 untuk menyampaikan surat resmi kepada Ketua KPK agar mengklarifikasi pernyataannya tersebut..
Usai menyampaikan surat kepada KPK, Yulianis kembali menegaskan bahwa dia pernah menyebutkan nama Ibas saat diperiksa KPK. Yulianis menyebut nama Ibas saat penyidik KPK menayakan soal Kongres Partai Demokrat 2010. Di dalam suratnya Yulianis yang salinannya dibagi-bagikan kepada wartawan di gedung KPK, Yulianis mengaku telah menyebut semua orang yang berkaitan dengan Nazaruddin dalam persidangan. Dalam suratnya Yulianis juga mengatakan bahwa keterangannya dalam persidangan bukanlah hasil rekayasa atau titipan pihak tertentu.
Soal 200.000 Dollar AS kembali marak diperbincangkan, pasca penahanan Anas Urbaningrum oleh KPK. Ucapan terima kasih Anas kepada SBY tampaknya menjadi siratan peringatan bagi SBY dan Partai Demokrat termasuk bagi Ibas. Setelah ditahan Anas menunjukkan tanda-tanda keseriusan untuk mengungkapkan keterlibatan Ibas menerima 200.000 Dollar AS dari Proyek Hambalang. Seusai diperiksa KPK sebagai tersangka dalam kasus korupsi Proyek Hambalang, Jumat 17 Januari 2014, Anas pun langsung menyampaikan pernyataan terkait pemeriksaannya, dan pernyatannya itu menyiratkan keseriusan membongkar keterlibatan pihak-pihak yang menerima gratifikasi Proyek Hambalang.
Dikatakannya bahwa pemeriksaan dirinya tersebut sangat produktif . Katanya kalau diibaratkan sebuah buku, maka apa yang disampaikannya kepada penyidik baru bagian pendahuluan. Menurutnya apa yang disampaikannya kepada KPK adalah sesuatu yang sangat penting.
“ Tentu pernyataan, juga keterangan-keterangan informasi yang saya sampaikan itu, babak baru pendahuluan, baru bagian awal. Meskipun bagian awal, awal yang penting, karena tak mungkin ada tengah yang penting atau akhir yang penting. Keterangan-keterangannya Insya Allah sesuatu yang sangat penting,” ujar Anas seusai diperiksa KPK Jumat 17 Januari 2014.
Pasca penahanan Anas, Nazaruddin pun sepertinya mulai berhasrat ingin membongkar pihak-pihak yang terlibat menerima dana proyek Hambalang, dan tampaknya akan mengarah pada soal 200.000 Dolar AS yang diungkapkan Yulianis diterima Ibas melalui Nazaruddin pada Kongres partai Demokrat 2010 di Bandung. Keinginan Nazaruddin tersebut tersirat dari permintaan Nazaruddin yang dikirim melalui surat kepada Yusril Ihza Mahendra untuk mendampinginya mengungkapkan mengungkapkan kasus-kasus besar yang diketahuinya. Permintaan Nazaruddin tersebut terkait banyaknya tekanan yang diterima di LP Suka Miskin, setelah mengungkapkan berbagai kasus korupsi ke publik. Dalam surat permintannya itu Nazaruddin juga menyebut Kasus Hambalang.
Tampaknya soal 200.000 Dolar AS yang diungkapkan pernah diterima sang pangeran legan panjang, kemungkinan akan terus jadi cerita panjang. Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Yulianis dan sejumlah orang yang terkait dengan kisah 200.000 Dollar AS, akan berposisi menjadi nara sumber yang menarasikannya. Apakah kisah uang 200.000 Dollar AS, akan membuat Ibas pindah tugas ke sel KPK mengikuti jejak sejumlah koleganya, itu akan tergantung apa yang dinarasikan Anas Urbaningrum, Nazaruddin, Yulianis dan orang yang dianggap mengetahuinya. Dan itu juga tergantung KPK apakah mampu menggali cerita dari narasumber yang mengetahui kisah uang 200.000 Dollar AS itu. Sepenuhnya terpulang kepada KPK, apakah mampu menggali data, lalu menyusun dan mengemasnya menjadi rangkaian cerita yang berfakta, ataupun menjadi kisah nyata.
Penulis : M Alinapiah Simbolon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H