Mohon tunggu...
Novalisa Intan Cahya
Novalisa Intan Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

menyukai hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Keresahan Masyarakat dan Tantangan Mahasiswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan

2 Juli 2024   21:26 Diperbarui: 2 Juli 2024   21:58 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Masalah penumpukan sampah telah menjadi isu krusial yang dihadapi oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan urbanisasi yang pesat, volume sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 175.000 ton sampah setiap harinya, dengan mayoritas berasal dari kawasan perkotaan. Penanganan sampah yang tidak efektif dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan memperparah situasi ini.

Di sisi lain, mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang terdidik memiliki peran strategis dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan. Kampus sebagai miniatur masyarakat ideal diharapkan mampu menjadi contoh dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar. Namun, kenyataannya, banyak kampus masih bergulat dengan masalah sampah yang menumpuk. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya fasilitas pendukung, rendahnya kesadaran individu, serta kurangnya edukasi dan program berkelanjutan terkait pengelolaan sampah.

Penumpukan sampah tidak hanya mencemari lingkungan fisik tetapi juga menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan hidup. Masyarakat sering kali merasa resah dan terganggu oleh bau tidak sedap, pemandangan yang tidak menyenangkan, serta potensi munculnya penyakit yang ditularkan oleh sampah. Kondisi ini mendorong perlunya tindakan nyata dari berbagai pihak, termasuk mahasiswa, untuk mengatasi masalah ini.

Mahasiswa memiliki potensi besar dalam mendorong perubahan perilaku dan mempromosikan kesadaran lingkungan. Melalui kegiatan kampanye, edukasi, dan inovasi teknologi, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang efektif. Studi kasus mengenai penumpukan sampah di lingkungan kampus dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tantangan dan solusi yang dapat diimplementasikan. Dengan demikian, peran aktif mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya akan mengurangi keresahan masyarakat tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Faktor Penyebab Penumpukan Sampah Di Lingkungan Kampus Dan Sekitarnya

Penumpukan sampah di lingkungan kampus dan sekitarnya disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu faktor utama adalah meningkatnya jumlah mahasiswa dan kegiatan kampus, yang secara langsung meningkatkan volume sampah yang dihasilkan. Kegiatan akademik, non-akademik, serta acara-acara kampus sering kali menghasilkan banyak sampah, seperti kertas, plastik, dan sisa makanan. Selain itu, kebiasaan konsumsi mahasiswa yang cenderung menggunakan produk sekali pakai, seperti botol plastik dan wadah makanan sekali pakai, turut memperburuk situasi ini.

Kurangnya fasilitas dan infrastruktur pengelolaan sampah di kampus juga menjadi penyebab utama. Banyak kampus yang belum menyediakan tempat sampah yang memadai dan terpisah untuk sampah organik dan anorganik. Bahkan jika tempat sampah tersedia, sering kali tidak ada sistem pengelolaan yang efektif untuk mengangkut dan mengolah sampah tersebut. Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pemilahan sampah dan pengelolaan sampah yang baik di kalangan mahasiswa dan staf kampus.

Kesadaran dan perilaku mahasiswa terhadap pengelolaan sampah juga masih rendah. Banyak mahasiswa yang belum memiliki kesadaran yang cukup tentang dampak lingkungan dari sampah yang mereka hasilkan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan atau tidak memilah sampah dengan benar masih umum ditemui. Sikap apatis ini sering kali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum akademik maupun kegiatan ekstrakurikuler.

Selain itu, kurangnya dukungan dari pihak kampus dalam hal kebijakan dan regulasi juga memainkan peran penting. Tanpa adanya aturan yang jelas dan penegakan hukum yang tegas, mahasiswa dan staf kampus mungkin merasa tidak ada konsekuensi dari tindakan mereka terhadap lingkungan. Kampus yang tidak memiliki kebijakan lingkungan yang kuat cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola sampah secara efektif.

Partisipasi masyarakat sekitar kampus dalam pengelolaan sampah juga mempengaruhi situasi ini. Jika masyarakat sekitar tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, maka sampah dari lingkungan kampus juga berpotensi untuk menumpuk dan menyebar ke area sekitar. Kerja sama antara kampus dan masyarakat sekitar sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh karena itu, penumpukan sampah di lingkungan kampus dan sekitarnya merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk peningkatan jumlah sampah, kurangnya fasilitas, rendahnya kesadaran, kurangnya dukungan kebijakan, dan partisipasi masyarakat yang minim.

Tingkat Kesadaran Dan Perilaku Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan

Tingkat kesadaran dan perilaku mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan di berbagai kampus menunjukkan variasi yang signifikan, sering kali dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, akses terhadap informasi, serta budaya kampus itu sendiri. Secara umum, meskipun ada peningkatan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, banyak mahasiswa yang masih kurang peduli dan tidak konsisten dalam menerapkan praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa mahasiswa menunjukkan kepedulian yang tinggi, terlibat dalam kegiatan-kegiatan kebersihan dan kampanye lingkungan, serta berusaha meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai. Namun, sebagian besar mahasiswa masih cenderung mengabaikan kebiasaan baik ini, sering kali karena kurangnya fasilitas pendukung atau kebiasaan yang telah terbentuk sejak lama.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih menjadi masalah yang cukup signifikan. Mahasiswa yang tidak menemukan tempat sampah terdekat cenderung membuang sampah di tempat yang tidak semestinya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kesadaran tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya, implementasinya masih kurang optimal. Selain itu, pemahaman tentang pemilahan sampah juga masih terbatas. Banyak mahasiswa yang tidak memilah sampah organik dan anorganik, yang akhirnya menyulitkan proses daur ulang dan pengelolaan sampah lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun