Mohon tunggu...
Ali Razief
Ali Razief Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa universitas Pamulang program studi sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rekaan Pencahayaan dalam Pementasan Teater Sekarewa Pagebluk Masa Kini

3 Juli 2023   20:02 Diperbarui: 3 Juli 2023   20:23 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teater adalah seni pertunjukan yang memiliki kemampuan Untuk merepresentasikan realitas kehidupan sehari-hari dari sebuah kultur masyarakat, suatu peristiwa atau sebuah ide tertentu, melalui Tanda-tanda budaya yang dipadatkan dalam durasi waktu tertentu.

Representasi Tersebut diungkapkan dalam bahasa visual dan Verbal diatas panggung Secara Langsung melalui pemeranan!oleh para aktor, didukung dengan penataan panggung sebagai latarbelakang dan suasana dari cerita yang dipentaskan. Suyatna Anirun (2002:3) lebih jauh menyatakan bahwa "Teater terdiri dari segala jenis pertunjukan yang mengandalkan tubuh dan sukma manusia sebagai media, diusung oleh empat unsur dasar yang terdiri dari: ide dasar (naskah/lakon), pemain, tempat berlangsungnya permainan (panggung) dan penonton".

Interpretasi sutradara terhadap naskah cerita merupakan sebuah ide dasar bagi terbangunnya sebuah bentuk pertunjukan, pemilihan pemain yang!tepat sesuai dengan perannya, perhitungan terhadap kondisi panggung pertunjukan yang akan menjadi kanvas bagi penciptaan kreatifitasnya adalah hal penting untuk dipertimbangkan.

Elemen-elemen ini boleh dikenali sebagai sinografi dari sudut teater. Sinografi adalah pandangan visual daripada pengarah dan ahli artistik lain tentang pementasan dimana pementasan ini akan dipersembahkan kepada penonton melalui kesatuan keseluruhan bentuk seni visual (Howard, 2002), contohnya, rekaan set, tatacahaya, kostum, dan tatarias. Kajian ini berkaitan dengan elemen pencahayaan.

Setting juga memperlihatkan ruangan yang seolah-olah terpotong pada sisi kiri panggung semakin menegaskan konvensi teater panggung dalam pementasan Pagebluk Masa Kini. Meski terpotong, bukan berarti bahwa konsep tata artistik tidak menganut pakem realisme. Dalam dunia panggung, realisme bukan berarti sekedar memindahkan apa yang ada di kehidupan sehari-hari ke atas panggung, tetapi harus dilakukan penyesuaian. Dalam kaidah pemanggungan, pembuatan set sesuai kehidupan nyata justru akan menyulitkan. Apabila tembok ruang tamu dan pintu serta jendela dibuat secara utuh, akan banyak sekali adegan yang tak terlihat penonton.

Hal ini tentunya sangat bertolak belakang dengan realitas sinema. Dalam sinematografi, pandangan penonton bisa diwakili oleh kamera bahkan dalam sebuah ruang tertutup tanpa pintu sekalipun.

Pada teater Sekarewa yang memperlihatkan adanya level atau trap untuk menaikkan area permainan. Pada pertunjukan di atas panggung, penggunaan level seperti ini sangat lazim dilakukan. Hal ini untuk membantu penonton fokus terhadap suatu adegan. Dengan bantuan pencahayaan tertentu, perbedaan level ini memberikan dapat kesan close up seperti pada film. membuat seorang pemain tetap terlihat saat yang bersangkutan berada di panggung bagian belakang.

Dalam konteks tata cahaya, dari pola pencahayaan, jenis lampu, warna dan intensitasnya menunjukkan bahwa Sekarewa adalah pertunjukan teater. Berbeda dengan film meski sama-sama menggunakan kamera pada prosesnya, Siti Seroja tetap menggunakan konsep pencahayaan teater. Penggunaan jenis lampu, pola lampu dan intensitasnya memperlihatkan hal tersebut. Timbulnya bayangan pada wajah para pemain menjadi hal jamak dalam pertunjukan teater tetapi tidak pada film.

Tata Cahaya Pada panggung pertunjukan istilah 'tata cahaya' identik dengan penataan Lampu untuk keperluan pertunjukan yang diatur dan dikoordinasikan sesuaidengan naskah cerita,dalam arti "cahaya bukan sekedar penerangan belaka namun dikaitkan dengan kepentingan untuk mencapai suatu kualitas penyajian, pemanfaatan gelap terang dijadikan sebagai penguat perupaan yang secara inderawi memberikan ilusi tersendiri, memberikan respon dan kesan tersendiri"(Toekio.1990). Dengan demikian pencapaian kesan tentang tempat, waktu dan saat dari kejadian dapat terpenuhi. Menurut Kusnara (2010) 

  • Penerangan: secara sederhana dapat dikatakan sebagai kemampuan untukmelihat!apa yang terjadi di atas panggung. Pencahayaan tidak akan efektif jika penonton tidak! bisa! melihat karakter diatas panggung, kecuali memang dimaksudkan demikian.
  • Kesan bentuk: menguatkan persepsi terhadap kesan bentuk diatas panggung, terutama untuk elemen-elemen panggung yang bersifat tiga dimensi.    

WARNA

Dalam kehidupan sehari-hari warna sering digunakan untuk mengekspresikan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik,dan bahkan mungkin keyakinan agama, meski ekspresi itu bisa tidak sama pada beberapa negara dengan latar kebudayaan Berbeda. Setiap warna memiliki karakteristik tertentu, yaitu ciri-ciri atau sifat-sifat khas yang dimiliki oleh warna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun