Mohon tunggu...
Ali Razief
Ali Razief Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa universitas Pamulang program studi sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sosial dalam Naskah Drama Kisah Cinta dan Lain Lain

18 Desember 2022   22:11 Diperbarui: 18 Desember 2022   22:20 2443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naskah drama KCLL (1972---1973) dilatarbelakangi oleh sejarah kesusastraan Indonesia angkatan 70-an dan Arifin C. Noer termasuk di dalamnya. Sastrawan pada saat itu cenderung bereksperimen dalam menggali nilai-nilai tradisi masa lalu budaya leluhur. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya tokoh Dukun yang ditambahkan ke dalam naskah drama KCLL sebagai tokoh yang dipanggil ke rumah oleh Tuan dan Nyonya untuk menyembuhkan Tony

Selain mengeksplorasi nilai-nilai tradisi budaya leluhur, di dalam naskah drama KCLL juga ada detail keluhan sosial yang muncul dari gaya hidup masyarakat kemegahan zaman dulu yang lebih tinggi di dalam Pemerintahan Orde Baru (1966-1998) agar ada lubang sosial karena pedoman pemerintah yang berorientasi pada pertumbuhan menyebabkan kesetaraan dan distribusi yang jujur diabaikan.

Naskah drama KCLL berisi tentang beberapa konflik sosial yang terjadi di antara tokoh Tuan dan Nyonya dengan Otong dan Wilem sebagai pekerja dan ditambah dengan Perempuan dan Pemuda sebagai tokoh pembantu yang hadir di bagian akhir cerita.

Dalam naskah drama KCLL terdapat konflik batin yang dialami oleh tokoh Nyonya yang diceritakan sebagai seorang istri dari Tuan Manto yang kaya raya, tetapi karena suaminya terlalu sibuk bekerja, Nyonya menjadi kesepian di rumah sehingga membutuhkan sosok yang bisa menemaninya setiap saat sehingga Nyonya menjadi sangat menyayangi anjingnya, Tony, karena Tony selalu ada bersamanya. Saat akhirnya Tony mati, Nyonya menjadi sangat sedih bagai kehilangan belahan jiwanya. Nyonya pun berkeluh kesah tentang dirinya yang kesepian itu dalam beberapa dialognya.

Nyonya: ... Tuhan-Tuhan-Tuhan, jangan tinggalkan saya, saya tidak mau kesepian lagi.

Nyonya: suami saya yang masih hidup , sejak dua puluh tahun hanya ribut dengan cita-citanya.....(menangis).

Konflik selanjutnya adalah konflik sosial yang muncul ketika Tony yang diceritakan sejak awal dalam kondisi sekarat tersebut tidak bisa disembuhkan oleh dokter, profesor, hingga dukun, membuat Nyonya kalang kabut. Dukun tersebut meyakinkan Nyonya untuk berdoa kepada Tuhan karena Dukun tersebut mengaku tidak bisa menyembuhkan Tony karena adanya makhluk gaib di sekitar Tony. Nyonya pun mengajak Tuan Manto, Otong, dan Wilem untuk berdoa bersama demi kesembuhan Tony. Akan tetapi, Nyonya dengan kesedihannya yang mendalam tersebut justru menjadi abai terhadap dirinya sendiri dan justru salah dalam memahami makna kata "kemanusiaan".

Nyonya: Ada apa, Pap? Rupanya sejak tadi kau tidak berdoa. Kau kejam, Pap. Kau tidak punya rasa kasihan. Kau tidak punya rasa perikemanusiaan. ...

Tuan: Sayang, sekali lagi saya bilang kau jangan salah terima. Terus terang saya tidak tega melihat kau semakin berduka. Wajahmu begitu kusut hanya karena memikirkan Tony.

Nyonya: Hanya karena? Kau anggap Tony itu apa? Oo, kau sungguh-sungguh kejam. Sungguh-sungguh kau tak punya hati

Karena kesedihan Nyonya yang sangat kehilangan Tony tersebut, Nyonya pun pada akhirnya membuat semua orang harus menaruh perhatian penuh kepada kematian Tony.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun