Mohon tunggu...
Alira Arwaa
Alira Arwaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad Saw: dari Mekah ke Madinah

24 Juni 2024   23:27 Diperbarui: 24 Juni 2024   23:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Problematika Dakwah Pada Masa Nabi
Oleh: Syamsul Yakin dan Alira Arwaa
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Problematika dakwah pada masa Nabi akan ditelisik secara kronologis. Pertama, pada periode Mekah yang berlangsung kurang lebih tiga belas tahun. Namun selama itu, pengikut Nabi tidak berkembang secara signifikan. Tak disangka, jumlah pengikut Nabi hari ini menembus angka 1,9 miliar."

Sejarah mencatat bahwa mereka yang pertama kali masuk Islam berasal dari kalangan keluarga sendiri. Pertama, istri beliau bernama Khadijah binti Khuwailid (wafat 619 Masehi). Kedua, Ali bin Abi Thalib (wafat 661 Masehi), yang merupakan sepupu Nabi. Saat itu, Nabi masih berdakwah secara sembunyi-sembunyi atau dengan menggunakan strategi dakwah personal.


Disusul oleh kalangan sahabat seperti Abu Bakar Shiddiq (wafat 634 Masehi), Zaid bin Haritsah (wafat 629 Masehi), dan Utsman bin Affan (wafat 656 Masehi), serta tokoh-tokoh besar lainnya, hingga mencapai jumlah 23 orang. Mereka dikenal sebagai al-Saabiqun al-Awwalun.

Pada periode Mekah, problematika dakwah Nabi yang paling terasa adalah tiga hal: Nabi diejek, disiksa, dan hendak dibunuh. Secara politis, Nabi disingkirkan dari komunitas Quraish. Kaum kafir melakukan propaganda dan agitasi politik di tengah masyarakat Arab untuk memusuhi Nabi.

Problematika dakwah semakin terasa ketika Nabi dan Khadijah diboikot secara ekonomi, padahal keduanya dikenal sebagai pedagang. Kaum menyatakan bahwa barang dagangan Muhammad tidak boleh dibeli dan barang yang dibeli oleh Muhammad tidak boleh dijual.

Pada saat Nabi dalam kesulitan, paman beliau yang bernama Abu Thalib (wafat 619 Masehi) melindungi Nabi. Abu Thalib sangat dihormati oleh kaum kafir Quraish, namun mereka berusaha memprovokasi Abu Thalib untuk menghentikan dakwah Nabi, meskipun tawaran mereka berupa harta dan wanita tidak membuahkan hasil.

Problematika dakwah di Mekah semakin bertambah saat istri beliau meninggal. Kejadian ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian, yang dalam sejarah dikenal sebagai tahun kesedihan atau amul huzni pada tahun 620 Masehi. Para ahli menulis bahwa setelah tahun kesedihan tersebut, Nabi dihibur oleh Allah dengan peristiwa Isra dan Mikraj.

Solusi yang diberikan Allah untuk mengakhiri problematika dakwah di Mekah adalah hijrah atau migrasi besar-besaran ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Sebanyak 75 orang ikut hijrah, terdiri dari 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, yang kemudian dikenal sebagai kaum Muhajiri.

Kedua, problematika dakwah Nabi pada periode Madinah. Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun. Meskipun lebih singkat dari periode Mekah, kompleksitas masalah dakwah semakin meningkat. Namun, keberhasilan dakwah Nabi juga meningkat pesat, meskipun dihadapi dengan hambatan dan tantangan.

Setelah membangun Masjid Quba dan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, dua masalah dakwah terurai.

Masalah pertama adalah masalah ibadah. Nabi memerlukan masjid untuk shalat karena perintah shalat sudah berlaku sesuai dengan peristiwa Isra Mikraj. Masalah kedua adalah kesenjangan sosial antara kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah mereka bahu-membahu membangun pranata sosial, termasuk membangun pasar sebagai sokoguru ekonomi.

Namun, selain kaum Anshar, ada komunitas lain di Madinah, yaitu Yahudi dan Nasrani. Ada tiga komunitas Yahudi di Madinah yang mengalami konflik internal, yaitu Qunaiqah, Quraizhah, dan Nadhir. Mereka dilarang melakukan dua hal: membunuh sesama mereka dan mengusir sesama mereka, namun larangan itu tidak diindahkan.

Pada tahun 622 Masehi, Nabi dan seluruh komunitas yang tinggal di Madinah membuat kesepakatan bersama yang dikenal sebagai Perjanjian Madinah. Tujuannya adalah untuk membangun tatanan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Namun sayangnya, Yahudi kemudian melanggar perjanjian itu.

Jika dipetakan, problematika dakwah Nabi pada periode Madinah menyasar empat persoalan. Pertama, persoalan internal seperti pembinaan akidah, syariah, akhlak, dan muamalah di kalangan umat Islam. Kedua, persoalan umat Islam dan Kristen Najran yang kemudian berakhir damai.

Ketiga, persoalan umat Islam dan Yahudi yang memunculkan peperangan, seperti Perang Khaibar pada tahun 629 Masehi. Keempat, problem yang masih muncul dari kaum kafir Mekah, seperti yang terjadi dalam Perang Khandaq pada tahun 627 Masehi di mana Yahudi bersekutu dengan kaum kafir Quraish."

Untuk mengatasi problematika dakwah pada periode Mekah, Nabi melakukan serangkaian upaya seperti membentuk sistem politik di Madinah hingga menjadi Negara Madinah. Nabi juga memperkuat barisan militer dan tatanan sosial-ekonomi berdasarkan ajaran Islam."


Semoga dengan artikel ini dapat membantu menjelaskan  lebih jelas tentang sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode Mekah dan Madinah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun