Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Buku saat Rehat di Kompasiana

8 Oktober 2021   17:35 Diperbarui: 8 Oktober 2021   17:36 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potongan sampul buku (dokpri)

Tak terasa hampir empat bulan istirahat menulis di Kompasiana. Bukan berniat pensiun atau gara-gara K-Rewards yang imut-imut. Sama sekali bukan soal itu. Tapi bener-bener soal waktu. 

Menjelang akhir semester dan awal semester baru (apalagi awal tahun ajaran baru), pekerjaan menumpuk di sana-sini, dari urusan akademik sampai non-akademik.

Sejak pandemi dan kuliah daring, pekerjaan dosen --dan saya yakin para pengajar lainnya---bukannya berkurang, malah rasanya bertambah. Urusan presensi mahasiswa saja misalnya, dulu tinggal bagikan, ditandatangani oleh mahasiswa (dicek ulang kalau ada yang mencurigakan seperti titip absen), lalu diserahkan kepada pegawai Tata Usaha, selesai. Tapi sejak kuliah daring, input presensi mahasiswa pun menjadi tanggungjawab dosen.

Hal lainnya, sebelum pandemi memang banyak waktu terbuang untuk persiapan berangkat ke kampus. Waktu dibutuhkan untuk perjalanan, selama mengajar, basa-basi dengan mahasiswa, mampir ke ruang dosen, dan bisa 'kabur' untuk mengerjakan hal lain. 

Tapi sejak kuliah daring, memang tak ada waktu terbuang untuk perjalanan ke kampus. Tinggal buka laptop atau PC, buka Zoom atau GoogleMeet, selesai. 

Tak perlu mandi dulu kalau kuliah pagi karena tak perlu takut mahasiswa kebauan. Modal kemeja atau baju kerah lainnya, langsung on, pakai kolor, sarung, atau celana pendek pun tak jadi soal, hati-hati saja tersorot kamera.

Tapi... rasanya kok persiapan materinya jadi lebih panjang ya. Kuliah luring modal PPT tahun lalu dan cuap-cuap sudah cukup. Pas kuliah daring tak cukup, mendadak harus belajar aplikasi, belajar cara penggunaannya, menyiapkan perangkatnya, siap-siap kuota internet, dan banyak lagi. 

Kadang harus mengubah materi ke audio atau bahkan video. Dosen mendadak jadi podcaster juga youtuber. Bukan mau cari subscriber, follower, atau mikir soal monetisasi, tapi demi perkuliahan yang tak garing; karena kasihan mahasiswa, tak semuanya selalu bisa on saat tatapmuka daring. Entah itu karena sinyal, pulsa, kuota, dan sebagainya.

Habis itu ngurusi administrasinya, buat laporan perkuliahan, isi presensi, dan sebagainya. Kalau ditunda-tunda nanti, bisa numpuk dan lebih melelahkan. 

Belum lagi pas ujian, baik tengah maupun akhir semester, tak cukup buat soal, digandakan tata usaha, tinggal periksa, tapi harus berpikir bagaimana supaya mahasiswa bener-bener mengerjakannya dengan keringat dan pemikirannya sendiri, nggak copas, apalagi pinjem milik temannya, modal ganti nama dan NIM. 

Buat soal dan tugas harus lebih kreatif, meski tetap tak menjamin itu hasil karya mahasiswa sendiri (urusan itu serahkan saja sama Tuhan, repot kalau mendadak mengambil alih tugas malaikat juga). Husnudhon saja.

Sementara, tugas dosen bukan itu saja. Selain pendidikan, harus juga tetap menjalankan dua aspek tridharma lain; pengabdian dan penelitian. Kegiatan pengabdian di masa pandemi lebih susah, penelitian pun banyak terkendala.

Untunglah, kemampuan menulis --meski sekadarnya, cukup membantu. Jelang semester baru, ketika mata kuliah yang akan diampu sudah diumumkan, saya niatkan untuk menulis buku ajarnya. 

Semester ini, ada satu mata kuliah 'baru' yang saya ampu; Dasar-Dasar Periklanan. Maka, sambil mempersiapkan bahan ajar (tentu saja dengan membaca berbagai sumber), saya juga menyusunnya menjadi buku ajar.

Karena mata kuliah yang baru saya ampu, saya tak punya banyak bahan, jadi hampir dikatakan dari nol. Mulai dari menyusun kerangka, mencari sumber, hingga menuliskannya. Pontang-panting mengejar tenggat waktu. 

Niatnya ingin selesai sebelum perkuliahan dimulai, tapi apa daya, tetap saja molor. Naskah baru jadi setelah kuliah perdana dimulai. Padahal naskah itu harus diolah oleh penerbit, dari layout hingga pencetakannya. Untung saja, sudah punya penerbit langganan, jadi tak bertele-tele, naskah jadi, diperiksa sebentar, langsung 'tayang.'

Itulah kenapa saya tak lagi sempat menulis di Kompasiana, meski kadang ada godaan untuk 'rehat' dan menulis untuk Kompasiana dulu. Tapi bagi saya, itu seringkali berbahaya, karena bisa membelokkan mood. 

Apalagi kalau kemudian ditambah godaan menulis fiksi yang seringkali lebih mengasyikkan --karena tak perlu berpusing-pusing riset dan baca buku rujukan.

Alhamdulillah, buku sudah beres. Sudah digunakan oleh mahasiswa pula. Urusan mengajar tinggal jalan, karena bahan sudah lengkap hingga akhir semester lagi. Paling butuh sedikit modifikasi untuk presentasi saat kuliah.

Banyak kolega yang bingung, bagaimana saya bisa menulis buku secepat itu. Saya jawab, rumusnya cuma dua, niat dan melaksanakan niat itu. Kalau niat sudah kuat --termasuk niat untuk mewujudkannya---maka yang lain bisa diatasi. Itu saja. Bukan soal hebat-hebatan. Toh saya yakin yang lain juga bisa, apalagi kan tiap dosen punya mata kuliah andalan yang mungkin sudah diampu bertahun-tahun lamanya. Masak iya tak punya bahan untuk ditulis?

Dan, tulisan ini juga bukan untuk gaya-gayaan. Selain diniatkan sebagai pembuka untuk aktif lagi di Kompasiana, sekalian saja mungkin untuk menginspirasi dosen atau pengajar yang lain untuk berkarya. Lalu pertanyaan berikutnya, kalau naskahnya sudah jadi, bagaimana menerbitkannya? 

Kalau untuk urusan itu, silakan japri saya saja, nanti saya bantu hubungkan dengan penerbit yang bisa membantu. Tenang saja, saya bukan makelar yang cari persenan kok, hehe....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun