Saya sendiri tak berlangganan majalah Bobo secara terus-menerus, hanya membelinya sesekali. Jadi meski dimuat secara bersambung, saya malah tak mengikutinya di situ, melainkan dari bukunya; sebuah komik seukuran majalah dengan gambar hitam putih.
Dalam buku, penggalan petualangan Deni menjadi lebih utuh, setidaknya ketika menyelesaikan sebuah misi "tambahan" seperti menggagalkan penyelundupan tadi. Membaca bukunya juga tak harus berurutan, meski tentu saja kalau bisa urut lebih baik.
Saya juga tak membeli serialnya secara urut. Kapan ada uang dan ketemu bukunya ya dibeli, banyak seri yang bolong, atau baru dibaca kemudian. Saya juga tak tahu, buku ini ada berapa seri. Sehingga, pertanyaan terbesarnya, apakah pada akhirnya si Deni ini bertemu kembali dengan orangtuanya atau tidak, saya tak tahu. Jika bertemu, saya juga tak tahu, apakah Deni kemudian pindah ke darat, layaknya Tarzan yang sempat hidup dalam peradaban manusia tapi memilih kembali lagi ke dalam hutan.
Meski secara garis besar mirip dengan cerita Tarzan, Deni tak punya kekasih seperti Tarzan yang jatuh hati pada Jane. Jadi, kisahnya bener-bener tak diberi bumbu kisah asmara. Hal yang sebetulnya cocok untuk anak-anak. Saya sendiri waktu itu juga tak merasakan perlunya cerita Deni jatuh cinta, meski itu bisa saja, kalau penulisnya mau memanjang-manjangkan ceritanya.
Yang jelas, kisah bergambar Deni Manusia Ikan ini, tidak sekadar komik yang "kosong". Ia penuh dengan berbagai pelajaran, dari soal makhluk hidup di lautan tadi, hingga pelajaran-pelajaran moral; sesuatu yang tak lagi banyak ditemukan dalam komik-komik keluaran baru.
Kalau saja koleksinya masih ada (sekarang tak tersisa satupun), saya sungguh ingin membacanya lagi, secara lengkap, untuk menjawab pertanyaan tadi, bagaimana akhirnya, apakah ia bertemu dengan kedua orangtuanya?
Ada yang tahu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H