"Semalam saya bermimpi ketemu dengan Kanjeng Nabi...." kata Kabayan pada teman-temannya yang berkumpul di pos ronda Cibangkonol selepas tarawih.
"Wah, pertanda bagus itu Kang, bisa berkah!" kata Kang Jana. "Bagaimana ceritanya?"
"Namanya juga mimpi Jang, saya lupa awalnya. Yang jelas, saya dijemput rombongan kereta kuda di depan rumah saya. Ada satu orang yang mengajak saya untuk ikut," kata Kabayan. "Mulanya saya nggak mau, takut. Tapi salah seorang meyakinkan kalau saya harus ikut, rugi katanya kalau saya nggak mau. Dia bilang, di kereta depan ada Kanjeng Nabi, terus berikutnya sahabat-sahabatnya..."
"Terus, mau dibawa ke mana?" Mang Odon ikut penasaran.
"Katanya sih ke tempat yang tak bakalan bisa saya datangi lagi kalau nggak ikut saat itu!" jawab si Kabayan.
"Terus?" Mang Sadut juga ikut penasaran.
"Saya bilang, saya mau pamitan dulu pada istri saya, si Iteung, takutnya dia nyariin," lanjut si Kabayan. "Tapi orang itu melarang. Katanya, saya hanya punya kesempatan saat itu saja. Langsung ikut naik salah satu kereta, atau ditinggal!"
"Jadinya?" tanya Mang Odon lagi.
"Ya saya langsung ikut," jawab si Kabayan. "Saya pikir, nanti saja lah ngomong sama si Iteungnya kalau saya sudah pulang..."
"Terus dibawa ke mana?" Mang Sadut bertanya.
"Setelah saya naik, orang itu jadi kusirnya. Kereta langsung melesat cepat. Saya nggak tau dibawa kemana. Yang jelas, sangat cepat, terus makin lama kaki kuda dan roda keretanya tak lagi menapak tanah. Makin tinggi, awan-awan, tapi ya itu, saya nggak bisa melihat ke bawah, gelap. Lagipula rombongan kereta yang di depan juga sangat cepat!" Kabayan melanjutkan.