Habis sahur si Kabayan nggak kemana-mana. Biasanya sahur jam tigaan, jam setengah empat dia langsung ngelayap ke pos ronda bergabung dengan tetangga-tetangganya. Entah sekadar ngobrol atau nonton TV. Tapi kali ini cuaca dingin banget, baru buka pintu saja angin sudah berhembus serasa membekukan tulang.
"Tumben, diam aja di rumah!" sindir Nyi Iteung.
"Dingin. Di rumah saja lah, tidur lagi..." jawab si Kabayan.
"Solat subuh dulu, sana ke masjid, berjamaah!"
"Dingin. Di rumah saja lah, kita berjamaah!"
"Sudah nambah berapa surat mau ngimamin saya?"
"Sudah nambah alkapirun...."
"Lah, bukannya dulu sudah apal. Yang lain dong!"
"Dulu apal, terus lupa. Sekarang sudah apal lagi. Berarti kan surat saya nambah..." jawab si Kabayan.
"Bukan nambah, kalau dari hapal enam berkurang tinggal tiga, dan sekarang jadi empat!" kata Nyi Iteung lagi. "Alhamdulillah saya malah nggak pernah berkurang, buat solat ada lah apal lebih dari dua puluh surat pendek..."
"Kamu kan dulu mesantren, Teung, nggak kayak saya..."