"Kadang-kadang, Jang. Tapi kata si Iteung, bosen kalau saya yang jadi imam, kurang mantep..."
"Makanya belajar Kang, nambah-nambah doa sama ayat. Biar kayak tabungan, makin lama makin banyak. Makin banyak yang bisa didapat juga!" tambah Kang Jana.
"Susah Kang, ingatan saya mah pendek. Hari ini ingat, besok sudah lupa..."
"Kalau utang gampang inget?"
"Nggak juga..."
"Hebat atuh kalau ngutangin terus lupa..."
"Bukan, yang cepet lupa itu kalau saya yang ngutang. Tapi kalau ngasih utangan mah pasti inget. Soalnya seinget saya, saya nggak pernah ngasih utangan sama siapapun!" jawab Kabayan.
Kang Jana garuk-garuk kepala. "Terus doa apa saja atuh yang inget?"
"Ya bismillah aja Kang. Kata UTS, Ustad Tatang Somad, bismillah itu induk segala doa. Inama a'malu binniah. Segala sesuatu itu tergantung niatnya. Nah niat itu katanya nggak harus pake bahasa Arab. Cukup nyebut dalam hati, tambahi bismillah, sudah selesai. Sah..." jawab Kabayan lagi.
"Iya bener, tapi masak segala sesuatu cuma punya yang minimal...." kata Kang Jana. "Lama-lama Allah juga ngasih Akang juga minimal. Makan asal makan, rumah asal rumah, sehat asal sehat. Nggak ada lebih-lebihnya!"
"Coba bayangkan Kang Kabayan punya niat sama istrinya, tapi cuma menyebut namanya saja. Kira-kira akan dikasih nggak?" lanjut Kang Jana. "Panggilannya didengar, tapi dikabulkan kan belum tentu. Akang harus ngomong, maunya apa. Lebih jelas lebih baik..."