Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ngabuburit Mudah, Murah, Bahkan Bisa Dihitung Ibadah

24 April 2021   08:39 Diperbarui: 24 April 2021   16:10 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pos ronda Cibangkonol memang strategis, letaknya di pojok kampung, di dekat rumah Mang Ebeng yang paling ujung dan dekat dengan jalan menuju kebun dan pesawahan. 

Maklum, kalau lagi musim, jalan menuju pesawahan itu adalah jalur masuk dan keluar favorit para maling, karena banyak tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri.

Tapi Alhamdulillah, meski di kampung sebelah sudah mulai terdengar adanya maling lagi, di Cibangkonol masih aman. Selain letaknya paling ujung dekat dengan sungai besar, penduduk Cibangkonol tak punya banyak harta seperti di Cisumpil yang banyak kemalingan motor.

Dulu sih Cibangkonol juga sering disatroni, terutama maling ayam dan kambing, karena memang banyak yang miara. Sekarang, bukan karena nggak ada yang miara lagi, tapi malingnya yang sudah mengubah sasaran. 

Mungkin daripada nyolong ayam dan kambing yang nggak seberapa nilainya --tapi digebukinnya sama kalau ketangkep, mendingan nyolong motor yang lebih mahal dan lebih mudah dibawa kabur.

Meski begitu, pos ronda tetap aktif di malam hari. Bukan karena pada rajin ronda, tapi karena di rumah masing-masing kurang hiburan, jadi lebih enak nongkrong di pos ronda. Banyak teman, kadang sambil rame-rame bakar-bakar, entah itu singkong atau jagung. Lumayan, daripada bengong di rumah.

Dan siang hari, apalagi bulan puasa ini, juga selalu ada orang. Setidaknya yang numpang ngaso atau tiduran, karena hawanya memang sejuk dan suasananya tenang.

Sore itu pun Si Kabayan pun berniat numpang bobo di sana. Kalau di saung sawah takutnya ketahuan Abah, disuruh kerja jagain kolam malah tidur. Kalau di rumha, pasti diomelin terus istrinya, Nyi Iteung. Tapi ternyata di pos ronda sudah ada si Ubed, remaja lulusan SMA yang belum juga dapat kerjaan. Disuruh macul males, katanya pengen kerja di pabrik.

"Kamu ngapain di sini Bed?" tanya si Kabayan.

"Nyari sinyal, Mang..." jawab Ubed sambil memegangi hapenya. "Di sini sinyalnya bagus, nggak kayak di rumah..."

"Nyari sinyal apa nyari aman?" tanya si Kabayan.

Ubed nyengir, "Dua-duanya, Mang.." jawabnya. "Habis di rumah diomelin terus. Kalau di sini kan tenang..."

"Nyari sinyal buat nelepon?" tanya Kabayan lagi.

"Internetan lah Mang. Buka aplikasi ini itu, cetingan sama temen biar nggak sepi, yaa, ngabuburit lah!" jawab Ubed.

"Bingung saya liat anak sekarang mah Bed," kata Kabayan. "Kalau saya ngabuburit itu nyari tempat yang rame yang banyak temennya, jadi bisa ngapa-ngapain. Kalau ngabuburit sendirian mana enak, bawaannya malah ngantuk, terus tidur. Lah kamu, ngabuburit malah ke tempat yang sepi, ngomong sendiri, senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri, marah-marah sendiri!"

"Beda jaman lah Mang. Ini juga nggak ketawa sendiri, ada temennya, tapi temennya jauh, nggak di sini..." jawab Ubed.

"Memangnya ngapain aja kalau ngabuburit di hape?" tanya Kabayan.

"Macem-macem lah Mang. Mau baca berita, dengerin radio, nonton pidio, main gim sendirian atau barengan yang lain, mau belajar ngaji juga ada. Terserah, Mang Kabayan sukanya apa untuk ngabuburit. Di sini lengkap-kap..." jawab Ubed. "Saya sih sambil nyari-nyari lowongan kerja juga..."

"Dulu saya sih ngabuburit itu sambil usaha ngejar-ngejar si Iteung juga, usaha nyari jodoh!" kata Kabayan.

"Nah itu juga bisa. Banyak. Tapi kalau bulan puasa mah jangan lah, nanti malah kepikiran yang aneh-aneh!" kata Ubed.

"Kamu sendiri sukanya apa?" tanya Kabayan.

"Main gim Mang, turnamen mancing!" jawab Ubed sambil menunjukkan layar hapenya. "Tuh kan, saya bisa dapat ikan arapaima gigas 300 kilo!" jawab Ubed. "Mudah-mudahan aja dapet yang lebih gede, soalnya saya posisi dua nih, beda tiga kilo sama yang nomor satu!"

"Kenapa nggak ikut turnamen mancing di pemancingan Mang Dikin saja sekalian? Ikannya asli, bisa dibawa pulang, bisa dimakan, bisa dapet hadiah juga kalau juara!" kata Kabayan.

"Beda lah Mang, ini kan cuma iseng, cuma modal kuota, nggak harus punya joran beneran dan nyari umpan asli!" kata Ubed. "Mamang sendiri sukanya apa kalau ngabuburit?"

"Baringan sambil dengerin lagu Sunda, kacapi suling atau cianjuran!" jawab Kabayan. "Ada di hapemu?"

 "Ada lah Mang, sini saya cariin..." katanya. Tak lama Ubed memberikan earphone-nya pada si Kabayan. "Nih dengerin Mang, asyik kan. Saya titip dulu ya, mau ke belakang dulu nih rada-rada mules..."

Kabayan mengangguk lalu berbaring di lantai pos ronda. Angin sepoy-sepoy bertiup. Dan, lantunan musik kacapi suling itu bikin suasana tambah syahdu.

Saat Ubed kembali, Kabayan sudah ngorok. Ngabuburit paling mudah dan murah, bahkan katanya, juga dihitung ibadah.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun