"Ya coba aja lagi, kalau mau. Tapi masak mau gagal terus? Itu namanya nggak belajar dari kegagalan!" kata Kabayan dengan enteng.
"Terus, maksud kamu apa?" Mang Odon terengah-engah menahan emosinya, takut keluar, takut batal puasanya.
"Ya kalau sudah tau di sini nanam cabe gagal terus, ya jangan nanam cabe. Tanam lah yang lain. Barangkali tanahnya memang tidak cocok, hawanya tidak pas, terlalu banyak hama cabe di sini. Kan gitu? Ibarat saya mau jadi tentara, badan kurang tinggi, gagal. Tahun depan nyoba lagi, gagal lagi. Ya tahu diri lah, jangan maksa jadi tentara. Kalau saya maksa terus, kira-kira bakal sukses, kan enggak... kalaupun tahun berikutnya tinggi badan nambah, kan belum tentu diterima juga! Daptarlah yang lain, jadi hansip kek, atau jadi satpam..."
Mang Odon diam, mencoba memahami pikiran tetangganya yang ajaib itu. Ada benernya juga. "Bener juga sih. Di sini yang nanam cabe banyak-banyak pasti gagal. Kalau satu-dua pohon sih ada yang bagus, tapi kalau banyak jarang yang bagus!"
"Nah itu!" kata Kabayan. "Pertanyaannya, Mamang mau sukses mau jadi petani cabe atau sukses jadi petani. Kalau mau sukses jadi petani cabe, di sini gagal terus, ya harus nyari lokasi lain. Tapi kalau mau jadi petani sukses, sudah tahu nanam cabe di sini gagal, tanamlah yang lain, mungkin tomat, terong, leunca, atau kacang!"
"Iya yah..." Mang Odon garuk-garuk kepala. "Jelang lebaran tahun kemarin juga saya gagal nanam cabe. Kenapa sekarang nanam lagi ya! Ini gara-garanya selalu tergoda dengan harga cabe yang selalu mahal jelang lebaran. Padahal di sini belum tentu cocok ya!"
"Nah itu!" kata si Kabayan.
"Terus, saya harus nanam apa dong yang kira-kira bisa dipanen sebelum lebaran dan harganya mahal?"
"Jangan nanya saya lah Mang," kata si Kabayan, "Sudah tahu saya nggak pernah nanam apa-apa yang tujuannya buat panen sebelum lebaran. Malah nanya sama saya. Nanya itu sama yang sudah pernah! Mamang ini gimana mau sukses, kalau nanya saja pada orang yang nggak pernah nyoba!"
Mang Odon makin emosi. Tapi sayangnya, omongan si Kabayan itu bener. Ia hanya menyesal sudah mengajaknya ngobrol soal itu. Sudah bikin emosi, tak dapat solusi pula. Untung saja ia sukses menahan emosinya. masak iya, sudah panennya gagal, puasanya juga gagal gara-gara nabok si Kabayan...
*****