Kabayan menggeleng, "Bosen ah kalau merebusnya sampai dua jam. Saya bantuin ngupasin aja nanti..."
"Masih lama atuh, dua jaman lagi..." kata Mang Tarmedi.
"Nggak apa-apa Mang, saya tiduran dulu. Nanti kalau sudah selesai merebusnya, tinggal ngupas, saya bangunin ya..." kata Kabayan sambil menebas daun pisang dengan goloknya, lalu mendekati pohon nangka yang tak jauh dari situ dan menggelar daun pisang di bawahnya dan rebahan. Tak perlu menunggu lama, ia sudah ngorok.
Beberapa jam kemudian, ia dibangunkan oleh Sanhuri, anak Mang Kemed. "Kang Kabayan, bangun, katanya mau bantuin ngupas. Itu caruluk-nya sudah selesai direbus..." kata Sanhuri sambil mengguncang-guncang pundak Kabayan.
Kabayan membuka matanya. "Kalau sudah dikupas nanti digeprek kan biar empuk?" ia menatap Sanhuri dengan mata yang masih setengah tertutup.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Nanti saja, saya bagian geprekin..." jawab Kabayan.
"Itu langsung Kang, habis dikupas dipukul-pukul... bagi-bagi kerjaan..." kata Sanhuri.
"Habis itu diapain?"
"Direndam air..."
"Ya sudah, saya bagian merendamnya saja kalau begitu..." kata Kabayan tanpa bergerak, masih rebahan.