Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Serba-serbi Livery MotoGP, dari Corporate Color, Sponsor, hingga Personalitas

10 April 2021   14:05 Diperbarui: 11 April 2021   02:02 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejeran motor pada MotoGP 2021 (Foto: motogp.com)

Bagi para penonton balapan MotoGP sejati, setiap awal musim balapan punya pekerjaan baru, yaitu mengamati kelir atau corak (livery) motor tunggangan jagoan mereka. 

Mengenali kelir ini menjadi penting mengingat dalam tayangan di televisi, seringkali nomor pemain tak selalu dapat dilihat dengan jelas. Apalagi saat balapan baru dimulai dimana motor-motor masih saling berdekatan dan saling menyalip.

Setidaknya, dengan mengenali kelirnya, kemungkinan salah menebak pebalap makin berkurang, hingga tinggal 50 persen. Itu karena rata-rata satu tim memiliki dua pebalap dengan kelir yang sama. 

Ada juga yang lebih susah yaitu menebak pebalap dari tim Aprilia yang tahun ini punya tiga pebalap. Sebaliknya, ada juga tim yang punya dua pebalap tapi dua-duanya memakai kelir yang berbeda.

Misalnya saja, tahun ini ada dua pebalap Tim LCR Honda yang memakai kelir yang berbeda, yakni Alex Marquez dan Takaaki Nakagami. 

Begitu pula dengan Esponsorama yang punya dua pebalap beda kelir, yaitu Luca Marini dan Enea Bastianini. Semuanya karena perbedaan sponsor masing-masing pebalap.

Dimulai dari Penggunaan Fairing

Sejak resmi dimulai dengan sebutan Grand Prix tahun 1949, para pebalap hanya bisa dikenali dari nomor yang dipakainya. Nomor bisa terlihat jelas di bagian depan dan buntutnya. 

Lalu ketika motor mulai menggunakan fairing alias penutup mesin, nomor pebalap makin terlihat jelas karena terlihat jelas dari samping, bagian yang paling mudah dilihat oleh penonton.

Penggunaan fairing awalnya bertujuan teknis, yaitu untuk menambah aerodinamika motor sehingga lajunya bisa lebih cepat 'menembus angin.' 

Ternyata hal ini belakangan juga mendatangkan fungsi yang lain. Penampang fairing yang cukup besar menarik minat para pemilik usaha untuk menaruh logo dan merek produknya di situ. Apalagi ketika balapan motor ini semakin populer tahun 1960-an.

Motor-motor pebalap tenar seperti Angel Nieto (1947-2017) mulai ditempeli logo sponsor. Jika sebelumnya hanya merek-merek motor yang bersangkutan yang terpampang, produk-produk pendukung balapan seperti produk ban dan oli mulai terlihat dipasang di bagian fairing. Castrol, Agip, Elf (pelumas), Michelin, Pirelli, dan Dunlop (ban), adalah contohnya.

Motor Angel Nieto mulai dipenuhi sponsor (Foto: motogp.com)
Motor Angel Nieto mulai dipenuhi sponsor (Foto: motogp.com)

Iklan Rokok yang Merajalela

Memasuki tahun 1980-an, ketika penggunaan fairing makin mapan dan bentuknya makin sedap dipandang, seiring dengan penggunaan kapasitas mesin yang terus membesar hingga 500cc (masih mesin dua langkah alias 2 tak), popularitas balapan ini juga semakin melejit.

Jika sebelumnya motor yang digunakan pebalap adalah pilihan dirinya atau timnya, pabrikan-pabrikan motor besar baik dari Eropa dan Asia (terutama Jepang) mulai turun gunung mengelola tim sendiri. 

Tim-tim ini bersaing dengan tim privateer alias perseorangan atau perusahaan non-motor. Saat itu, tim seperti ini lebih banyak jumlahnya ketimbang tim pabrikan.

Di saat yang sama, para sponsor juga memanfaatkan popularitas balapan ini sebagai ajang promosi produk mereka. Bagi tim, masuknya sponsor jelas menguntungkan karena biaya yang terus membengkak akibat ketatnya persaingan dan jumlah seri balapan dalam satu musim yang terus bertambah.

Menariknya, sponsor-sponsor besar yang masuk bukan saja dari kalangan produsen produk yang berkaitan dengan motor seperti oli dan ban, tapi juga produk yang tidak berkaitan dengan motor.  

Misalnya saja produk elektronik seperti Toshiba atau Yashika. Tapi yang paling banyak kemudian adalah muncul dari perusahaan-perusahaan rokok.

Merek-merek rokok seperti Marlboro, Gauloises, Bastos, Lucky Strike, Camel, Fortuna, Rizla, dan lain-lain tampak dominan. Merek-merek rokok terlihat mendominasi karena mereka umumnya menjadi sponsor utama, bukan hanya sponsor penggembira.

Status sebagai sponsor utama biasanya diikuti dengan hak istimewa, selain menampilkan logo produk secara dominan baik dalam ukuran dan jumlah, juga ikut mempengaruhi warna utama dari livery motor itu.

Ketika sponsor rokok mendominasi (Foto: p300.it)
Ketika sponsor rokok mendominasi (Foto: p300.it)
Misalnya saja, Tim Honda Racing Corporation (HRC) yang semula menampilkan motor dengan warna kebesaran mereka merah-putih-biru karena tak memiliki sponsor utama sejak bergabung musim 1982-1984, motor yang dipakai musim 1985 berubah total dengan dominasi warna biru karena masuknya sponsor rokok Rothmans.

Tim Suzuki yang aslinya berwarna biru tua, muncul di arena tahun 1992 dengan warna dominan putih mengikuti sponsor utama mereka, merek rokok Lucky Strike. 

Pun dengan Yamaha yang muncul tahun 1992. Warna asli mereka sebetulnya biru, tapi karena digandeng oleh merek rokok Marlboro, motor yang dikendarai Wayne Rainey dan John Kocinski (dua-duanya dari AS) muncul dengan warna merah-putih.

Tim Ducati lebih beruntung, ketika mulai bergabung tahun 2003, mereka muncul dengan warna dominan merah yang merupakan warna kebesarannya. Beruntung karena sponsor yang digandengnya (rokok Marlboro) juga dominan merah, tinggal dikasih sedikit sentuhan warna putih.

Larangan Iklan Rokok

Memasuki tahun 2000-an, banyak negara yang melarang munculnya iklan rokok, termasuk dalam balapan motor. Sebagian tim yang bersponsor rokok harus memutar otak dan terpaksa ganti-ganti livery. 

Ducati misalnya, Hingga tahun 2020 sebetulnya disponsori oleh Marlboro. Saat tampil di sirkuit yang negaranya melarang iklan rokok (dan minuman beralkohol), tulisan 'Marlboro'-nya dihilangkan. 

Kadang diganti dengan barcode, ditempeli nama 'Ducati' sendiri, hingga diganti dengan 'Mission Winnow' yang tak lain dari tagline Philip Morris, perusahan produsen Marlboro. 

Ini pun akhirnya dilarang muncul. Hingga akhirnya, entah karena aturan yang makin ketat atau Marlboro yang merasa rugi, musim 2021 ini Ducati muncul dengan sponsor baru, Lenovo.

Beruntung bagi Ducati, mereka tak perlu lagi mengganti warna dominan motor mereka, karena Lenovo yang punya warna hitam sebagai identitasnya, tak meminta Ducati mengganti warna utama motor mereka, hanya menambahkan blok hitam dengan tulisan Lenovo saja.

Sementara tim-tim lain harus terus berganti-ganti warna mengikuti sponsornya. Setelah dengan Lucky Strike, Suzuki pernah 'membiru' ketika disponsori Telefonica (perusahaan telekomunikasi Spanyol), lalu birunya menjadi biru muda saat disponsori Rizla (rokok), dan akhirnya biru 'Suzuki' setelah tak menggandeng sponsor utama lagi hingga musim 2021 ini.

Honda juga begitu. Setelah era Rothmans berakhir, musim 1994 mereka kembali ke warna kebesarannya yaitu merah-putih-biru, sebelum akhirnya digandeng perusahaan oli Repsol sejak tahun 1995. Sejak itu, hingga kini, warna dasar Honda tak pernah lagi terlihat di tim pabrikan ini, dan yang melekat dalam ingatan adalah warna oranye-putih-merah yang merupakan warnanya Repsol.

Pun dengan Yamaha, setelah lama memerah karena Marlboro, motor mereka sempat menjadi perak musim 2003 saat disponsori Fortuna (rokok), lalu biru tua saat digandeng Gauloises (rokok) musim 2004 dan 2005, kemudian menguning tahun 2006 saat digandeng Camel (rokok), dan mulai sedikit menunjukkan warna dirinya (biru) saat disponsori FIAT (mobil) dengan mengabungkannya dengan warna putih. 

Dan mereka baru 'bener-bener' Yamaha yang biru setelah disponsori Movistar (Merek perusahaan milik Telefonica) dan kemudian menggandeng merek minuman energy Monster Energy hingga sekarang.

Sponsor rokok berkurang, sponsor makin beragam (Sumber: gridoto.com)
Sponsor rokok berkurang, sponsor makin beragam (Sumber: gridoto.com)
Tim lainnya seperti Aprilia juga harus mengalah dari merah terang menjadi hitam menyesuaikan dengan sponsor. Pabrikan lain yang baru bergabung, KTM (2016) juga tak pernah muncul dengan warna kebesarannya, oranye, karena mengalah pada warna merek minuman Red Bull. Justru pada musim ini, KTM oranye malah muncul di tim satelitnya, Tech3 KTM.

Di antara tim-tim pabrikan yang pernah muncul di ajang ini, mungkin hanya Cagiva yang konsisten dengan warna merahnya, lalu Kawasaki dengan hijau muda-nya yang tak pernah berganti warna utama. Entah karena ingin mempertahankan warna aslinya atau tak ada sponsor yang berani 'nembak.' Sayangnya, dua tim ini sudah tak lagi muncul di MotoGP. 

Sementara itu, tim-tim privateer seperti Marc VDS, Tech3, Avintia, Pramac, LCR, Esponsorama, dan belakangan SRT (Sepang Racing Team, Malaysia) selalu berganti-ganti kelir, bukan saja karena motor yang digunakan berganti, tapi yang paling utama warnanya ya mengikuti sponsor utama mereka.

Sentuhan Pribadi dan Even Khusus

Ketika sebuah tim memiliki motor kembar, pembedanya di sirkuit tentu saja nomor yang dipakai pebalap. Tapi itu juga seringkali membingungkan karena banyak pebalap yang sering berganti nomor. 

Mereka yang berganti nomor bisa saja yang menjuarai di musim sebelumnya kemudian menggunakan nomor '1,' sebuah tradisi yang sudah jarang lagi digunakan. Atau juga karena alasan pribadi, misalnya Jorge Lorenzo pernah menggunakan nomor 48 sebelum pensiun dengan nomor 99.

Itu juga masih susah. Cara lainnya untuk mengenali mereka adalah dengan mengenali identitas pribadi pebalap melalui berbagai aksen, dari warna hingga logo. Soal ini, pebalap kawakan Valentino Rossi bisa disebut sebagai pelopornya.

Pertama, ia tak pernah mengganti nomor 46-nya yang keramat. Bahkan ketika juara pun, ia ogah menggunakan nomor 1 di motornya. Kedua, tulisan 'The Doctor' yang khas di beberapa bagian motornya, termasuk di pakaian balapnya. Dan ketiga yang sentuhan warna kuning yang muncul pada motornya.

Selalu saja ada cara Rossi untuk memasukkan unsur warna kuning ini di motornya. Sesuatu yang mulai terlihat sejak ia berlaga di kelas 250cc dengan motor Aprilia-nya. 

Ketika masuk kelas premier dengan Honda, warna kuningnya terlihat dominan. Di tim Repsol-Honda pun begitu. Ketika beralih ke Ducati, motornya yang merah juga masih diberi sentuhan kuning, berbeda dengan motor rekan setimnya, Nicky Hayden. 

Begitupun ketika pindah ke Yamaha. Sayangnya ketika Yamaha menggandeng Monster Energy, sentuhan kuning Rossi mulai menghilang. Pun sekarang, saat Rossi bergabung dengan Tim Petronas SRT, warna kuning di motornya sudah lenyap, hanya tersisa di bagian nomornya saja.

Selain sentuhan pribadi, kadang-kadang sebuah tim juga melakukan penyegaran pada livery-nya, entah itu perseorangan atau semua tim. Biasanya ini berkaitan dengan even tertentu. Ada beberapa livery motor khusus yang cukup diingat meski hanya muncul dalam satu kali seri balapan saja.

Menutup kerjasamanya dengan Repsol Honda, pada balapan di Valencia 2003 Rossi tampil dengan livery khusus yang nyentrik untuk merayakan kemenangannya musim itu. Musim berikutnya, giliran Marco Melandri yang mencuri perhatian. 

Motor Yamaha-nya dilabur dengan kelir Spiderman, berkaitan dengan peluncuran film Spiderman 2 tahun 2004. Lalu tahun 2008, Jorge Lorenzo tampil di seri terakhir Valencia dengan menampilkan bendera-bendera negara tempat ia juara di motornya. 

Tahun yang sama, Rossi juga muncul dengan motor Fiat Yamaha yang dilabur biru untuk mendukung timnas sepakbola Italia di ajang Euro 2008. Sayangnya, Italia kalah dari Spanyol, sama dengan Rossi yang kalah dari Pedrosa di balapan seri Barcelona itu.

Livery Spiderman-nya Marco Melandri (Foto: motorsport.com)
Livery Spiderman-nya Marco Melandri (Foto: motorsport.com)
Secara tim, Repsol Honda juga pernah membuat penampilan dua pebalapnya pangling. Di Valencia 2008 Pedrosa dan Hayden tampil dengan motor putih dengan garis biru-merah. 

Tahun 2009 pebalap Ducati Nicky Hayden tampil dengan motor putih beraksen bendera AS di Indianapolis, dan di Philip Island, giliran Casey Stoner yang tampil dengan aksen bendera Australia-nya.

Tapi mungkin yang paling asyik adalah saat duo Fiat-Yamaha yaitu Rossi dan Colin Edward tampil di Assen 2007, motor mereka dilabur livery rame dengan bendera Italia.

Menular ke Tunggangan Pribadi

Asyiknya livery tunggangan para pebalap ngetop itu juga menarik minat para penonton dan penggemarnya. Tidak sedikitpenggemar yang juga punya motor pengen punya tunggangan dengan livery ala-ala Rossi dkk itu. 

Dan itupun sudah ditangkap oleh para produsen sepeda motor. Tiga merek, Yamaha, Honda, dan Suzuki, masing-masing punya varian produk yang dilabur grafis ala tunggangan di ajang itu.

Harganya tentu sedikit lebih mahal. Tapi kalau modal cekak, ya bisa saja dengan akal-akalan stiker buatan sendiri. Pokoknya, asal mirip Rossi atau Marqez lah....

Motor bebek livery ala Marqiez, gak bisa beli bikin aja sendiri pake stiker (Foto: aripitstop.com)
Motor bebek livery ala Marqiez, gak bisa beli bikin aja sendiri pake stiker (Foto: aripitstop.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun