Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (117) Belajar Bahasa Jerman, atau...

1 April 2021   20:32 Diperbarui: 8 April 2021   10:41 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku juga menyukainya," tukas Soso. "Sebagai teman..."

"Dia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu!" kata si Hans lagi. "Aku bisa melihatnya saat ia jalan-jalan denganmu dulu. Ia memakai pakaian terbaiknya. Dan ia tampak sangat berbahagia. Tapi setelah itu, ia mulai murung, sampai akhirnya memutuskan untuk pulang!"

"Tapi aku..."

"Bukan salahmu..." si Hans memotong omongan Soso. "Aku hanya ingin kau tahu saja soal itu!"

Soso terdiam sejenak, "Ya, terimakasih. Aku akan kembali lagi besok untuk menanyakan kesediaan bibimu, mmm ibunya Sabine itu!"

Hans mengangguk.

*****

Apa pula ini, rutuk Soso. Niatnya belajar Bahasa Jerman itu adalah agar ia bisa memahami teks-teks layaknya Valdimir Ulyanov, lah ini balik-balik malah jadi kepikiran soal cewek Jerman; Sabine. 

Ia tadinya berpikir 'tutup buku' soal gadis itu. Ya, ia memang menyukainya. Mungkin Sabine juga begitu. Tapi di obrolan saat 'kencannya' berkeliling Tiflis dengan kereta kuda itu kan tak mengarahkan apapun. Sabine bercerita tentang hubungannya dengan pasangannya, anggota angkatan laut itu. Dan Soso bercerita tentang gadis-gadis itu, termasuk Tatiana.

Lalu kenapa si Hans yang ternyata sepupunya itu, malah mengatakan hal yang tadi. Ah, pusing. Maunya sih Soso nggak memikirkannya, tapi tetap saja kepikiran. Apalagi besok, kalau jadi, ia malah akan belajar Bahasa Jerman pada ibunya Sabine!

Atau ia batalkan saja dan mencari guru yang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun