Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (112) Cerita Si Kamo dari Markas Tentara

22 Maret 2021   21:23 Diperbarui: 23 Maret 2021   22:36 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode Awal Vol. III: (101) Digantung Status

Episode Sebelumnya: (111) Senko Menjadi Kamo

*****

Meski rada-rada oon, si Kamo ternyata penuh kejutan juga. Pertama, soal keterlibatan tentara. Mungkin benar bahwa demo buruh di Tiflis nyaris enam bulan lalu itu tak bisa dikategorikan demo biasa. Kelihatannya hanya ada segitiga pihak saja; buruh, polisi, dan pemilik usaha.

Tapi yang terlupakan, siapa para pemilik usaha itu. Jelaslah mungkin mereka rugi ketika buruhnya pergi berdemo, alih-alih bekerja. Seberapa besarnya, itu yang tak tahu. Jangan-jangan bukan soal besaran kerugian, tapi mereka melihatnya sebagai ancaman yang harus segera dibungkam.

Dugaan pembungkaman itu jelas terlihat ketika serombongan orang berusaha membubarkan demo sehingga akhirnya berujung rusuh. Siapa mereka? Jelas bukan polisi. Polisi semuanya berjaga dengan berdiam diri saja. Polisi seolah membiarkan kelompok itu bertindak sesukanya. Kelompok itu berasal dari kelompok buruh lain? Tak mungkin, karena mereka tidak dikenali oleh buruh manapun.

Tentara? Nah ini, bisa jadi. Memang tak berseragam, tapi penampilan fisik hingga cara bergerak seragam atau banyak kesamaan. Seperti yang sudah dilatih dulu apa yang harus dilakukan, dan seterusnya.

Kenapa tentara ikut-ikutan? Kalau ada kepentingan keluarga atau kroni Tsar yang terusik, lalu polisi dianggap tidak mampu menyelesaikannya, hal biasa jika tentara diturunkan. Seperti yang dikatakan si Kamo, ia ingat peristiwa penggantungan tiga pencuri komplotan Sandro Khubuluri di alun-alun Gori dulu. Ia sendiri ikut menontonnya.

Dalam peristiwa itu, tentara Tsar bukan hanya menjaga berlangsungnya eksekusi, tapi juga berandil besar dalam penangkapan ketiganya yang sangat licin sehingga polisi pun menyerah.

Karena itu, kemungkinan keterlibatan tentara dalam demo buruh di Tiflis, bukan hal yang mengada-ada. Itu masuk akal.

Seperti yang diminta Soso, si Kamo jadi berangkat menemui keluarganya yang jadi tentara di Tiflis itu. Ia pergi sendiri tanpa ditemani si Ararat. Iya lah, markasnya kan tak jauh, bahkan cukup dekat dengan Sarang Setan. Jelas pula Soso tak bisa ikut karena harus berada di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun